Sabtu, 26 Desember 2009

ARTIKEL: PRO DAN KONTRA SINTERKLAS

Ho..ho..ho.., suara tawa seperti ini tentu sudah tak asing ditelinga Anda, bukan? Apalagi menjelang hari Natal seperti saat ini, kita semua pasti sudah kangen mendengar tawa renyah sang kakek berperut buncit, berjenggot tebal & selalu membawa kantong besar penuh hadiah ini, bukan? Ya..dialah tokoh yang digandrungi mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, siapa lagi kalau bukan Santa Claus atau Sinterklas. Si tokoh murah hati ini begitu populer sehingga suasana Natal tidaklah meriah tanpa kehadirannya, mulai dari kartu, film, iklan, sampai ke mal-mal berlomba-lomba menampilkannya.
Kehadirannya yang fenomenal seperti ini memang tidak terlepas dari sikap pro & kontra diantara orang-orang Kristen yang merayakan Natal. Ada yang menganggap kehadirannya sah-sah saja, bahkan sangat dinanti-nantikan, namun ada pula yang merasa bahwa si kakek tua ini sebagai “ancaman” terhadap sang Bayi Kudus karena Sinterklas lebih populer. Sikap kontra seperti ini terkadang ditunjukkan dengan melarang penampilan Sinterklas ini pada acara-acara perayaan Natal yang dilakukan di gereja-gereja. Mereka beranggapan bahwa kehadiran Sinterklas bisa menggeser makna Natal yang sesungguhnya, yakni merayakan “ulang tahun” Yesus Kristus. Terhadap kondisi pro & kontra seperti ini, bagaimana kita menyikapinya?

Asal Usul Sinterklas
Nama sebenarnya adalah Nicolaas, lahir sekitar tahun 280 SM di Patara, tidak jauh dari Myra (Demre), di negara Turki (d/h Bynzantium). Ayahnya adalah seorang Arab yang bernama Ephiphanius, sedangkan ibunya bernama Nonna. Jadi, sejatinya Sinterklas itu adalah orang Arab. Dia merupakan anak keluarga berada, namun Nicolaas kecil kemudian menjadi yatim piatu karena ke-2 orangtuanya meninggal karena wabah penyakit. Kepatuhannya atas ajaran cinta kasih kepada sesama seperti yang dilakukan Yesus Kristus membuat ia tidak segan-segan menyisihkan kekayaan yang diwarisi dari orangtuanya kepada orang-orang yang menderita kekurangan. Ia lalu mengabdikan dirinya menjadi seorang uskup di Myra.

Kontroversi
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa Sinterklas adalah salah satu santo (saint/orang suci) dari gereja Katolik, namun Paus sendiri tidak terlalu yakin akan kebenarannya, karena pada kenyataannya lebih banyak dongeng yang beredar dibandingkan fakta. Sejak tahun 1970, Vatikan bahkan telah mencabut nama Sinterklas dari daftar nama orang-orang sucinya!
Hal senada juga dikemukakan oleh Pastor Richard P.Bucher. Dalam artikelnya yang berjudul The Origin of Santa Claus and the Christian Response ti Him, ia menjelaskan bahwa tokoh Sinterklas lebih merupakan hasil polesan cerita legenda dan mitos yang kemudian diperkuat serta dimanfaatkan pula oleh pelaku bisnis, terutama Coca Cola. Selama lebih dari 30 tahun Coca Cola telah berhasil mempertahankan wujud Sinterklas sebagai kakek tambun berjanggut putih, periang, dan berkelana dengan kereta rusa terbang dari kutub utara sambil membawa banyak hadiah untuk anak-anak diseluruh dunia. Padahal, berdasarkan rekonstruksi komputer dari tulang tengkorak Sinterklas yang asli ditemukan bahwa tampangnya sepintas lebih mirip seorang kriminal.

Pandangan Kekristenan
Nilai-nilai yang ditanamkan oleh Sinterklas sebenarnya tidak sesuai dengan dengan ajaran iman Kristen. Sinterklas menanamkan nilai bahwa kalau seorang anak mau mendapatkan hadiah, maka ia harus bersikap baik & manis. Sebaliknya, kalau mereka nakal maka Piet Hitam akan memberikan hukuman dengan memasukkan si anak nakal tersebut ke dalam karung yang dibawanya. Sebenarnya kondisi ini seperti ini juga dikenal dalam ilmu psikologi, disebut teori reward & punishment (hadiah & hukuman). Jika cara seperti ini hanya dimaksudkan untuk melatih sikap disiplin & merangsang motivasi anak untuk bersikap baik, tentulah tidak ada yang perlu dikuatirkan. Namun jika para orangtua tidak mengimbanginya dengan prinsip Kristiani, yakni konsep anugerah, dimana manusia diselamatkan hanya oleh kasih Kristus dan bukan oleh usaha/perbuatan baik, tentu akan menimbulkan pemahaman iman yang keliru dalam diri anak kelak. Orangtua jangan mengajarkan kepada anak bahwa mereka harus berbuat baik dulu, baru mendapat hadiah. Tentu jangan pula salah dimengerti bahwa perbuatan baik dalam iman Kristen itu tidak perlu. Perbuatan baik bukanlah kunci ke surga, tapi merupakan bukti dari iman, sebab iman tanpa perbuatan adalah mati. Jadi antara iman & perbuatan baik adalah “satu paket”. Oleh karena itu, ajarkanlah kepada anak bahwa mereka harus selalu berusaha bersikap baik karena Yesus menginginkan demikian.
Berdasarkan hal diatas, sah-sah saja kalau anak-anak mengikuti perayaan Natal yang menampilkan Sinterklas, selama anak-anak tetap menyadari bahwa pusat perayaan Natal adalah Yesus Kristus yang telah lahir ke dunia. Kekaguman & kepercayaan anak pada tokoh Sinterklas biasanya bersifat sementara, sama seperti pada tokoh Superman, Batman, Spiderman, Satria Baja Hitam, dsb. Lagipula Sinterklas tidak mempunyai dampak apa-apa terhadap anak (I Kor 8:4-6). Sesudah mencapai usia 6-8 tahun, mereka mulai menyadari bahwa tokoh Sinterklas adalah fiktif. Selamat menyambut hari Natal.

(Penulis adalah Novel Priyatna, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2006)

Kamis, 24 Desember 2009

RENUNGAN: ADVENT DAN VISI BARU

“…Tutur kata orang yang mendengar firman Allah,
dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi,
yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa,
sambil rebah, namun dengan mata tersingkap,..
bintang terbit dari Yakub…”
(Bilangan 24:15-17)

Catatan Awal
X KOTA BERIMAN! X adalah Kota BERadab, Indah dan nyaMAN! Ini contoh dari sebuah pencitraan sebuah kota. Pada masa ini tampaknya tidak ada kota yang tidak berupaya untuk menciptakan pencitraan yang positip. Yogya yang kota pelajar juga ingin memulihkan pencitraannya yang pernah ada. Bagaimana dengan pencitraan gereja?

Gereja Butuh Visi Baru
Tidak ada kota atau desa atau perusahaan atau apa saja yang tinggal diam. Semua seakan terbangun untuk menata diri. Untuk penataan yang lebih terencana dan efektip dibutuhkan kejelasan konsep. Itulah yang kita sebut dengan Visi.
Kebutuhan akan Visi lahir dari kesadaran akan perjuangan dari sembarang komunitas yang ingin eksist. Tidak hanya sekadar eksist tapi mendapat tempat di hati masyarakat. Banyak pelajaran kita petik dari dunia bisnis yang selalu berusaha untuk mencuri hati dari pengguna produk. Pemerintah kota juga harus mencuri hati warganya kalau kota itu ingin hidup. Tidak sekadar hidup! Tapi bagaimana agar kota menjadi lebih hidup. Biar saja orang bilang, pasti tujuannya agar pembayar PBB makin lancar. Itu hukum alam, kok! Untuk menggugah hati warga perlu sejumlah cara!
Kita yang berkecimpung dalam ranah gereja juga ikutan membedah Visi. Ah, sepertinya kita ketinggalan kereta melulu. Setelah yang lain ngomong SOP, kita agak hati-hati menyeminarkan tentang SOP. Setelah diluar banyak yang rame tentang perlunya pengawasan penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki sebuah organisasi maka kita pun agak tersipu-sipu mulai terhenyak dan berkata, ya kita juga perlu pengawasan. Tampaknya setan-setan tidak cuma mau menggoda para birokrat sekuler tapi juga para anggota jemaat yang terkenal penyumbang dan tanpa pamrih pun mau diganggu oleh si penggoda iman dengan cara apa saja.
Lalu kita yang pencinta gereja akhirnya melakukan mawas diri. Kita mendapat tugas ganda, di satu sisi mencari pembenaran untuk apa yang akan kerjakan dan di sisi lain menyatukan daya untuk memaksimalkan apa yang sedang kita kerjakan. Itulah kesulitan kita. Kita tidak bisa bergerak tanpa kepastian moral. Lebih tepat: kepastian dasar berpijak!
Nah, ini harus dipermudah. Kalau tadi kita ingin mengadopsi cara luar (cara kota atau cara perusahaan) yang ternyata terus-menerus membenahi diri dengan pencitraan baru, dengan mengasah Visi, dst, lantas, kita tidak bisa legowo sebelum yang satu ini dituntaskan: apakah jika cara-cara itu kita tiru bisa kita pertanggungjawabkan secara iman? Di sini tugas ganda itu!

Tugas Visioner Gereja
Untuk berkali-kali, kita harus malah menjadi tersenyum lebar selebar-lebarnya. Begitu kerap terjadi. Teman-teman dari LSM amat bergairah untuk memperjuangkan saudara-saudara kita yang beruntung padahal ternyata itu mestinya tugas gereja. Para pejuang idealisme bangsa demikian getol membisingi birokrat kita untuk membawa bangsa ini ke negeri yang amat kita impikan (sebetulnya bukan utopia!).
Bukankah dari dulu kita selalu terperangkap kepada Mission Impossible. Yang buta melihat, yang tuli mendengar, yang lumpuh berjalan! Itu gawenya Allah. Manalah bisa pendeta kita yang begitu!
Tampaknya kita tidak perlu bertele-tele di sini. Kita yang gereja, juga punya tugas visioner! Kita punya hutang untuk diledakkan. Jangan tunggu sampai menjadi bom waktu. Waktu ternyata ada di pihak kita. Jaman ketidakmungkinan menjadi jaman kemungkinan. Ada sejumlah perjalanan gereja yang amat mencengangkan. Ternyata bukan soal otot dan… juga bukan soal otak! Bukan gagah perkasa! Dan juga bukan kepintaran atau ke-lihay-an!
Kita telah berada di tengah-tengah jaman yang amat menentukan. Ini adalah saat untuk menjadi gereja atau tidak sama sekali. Tidak cukup bagi kita hanya berdecak kagum atas prestasi keagamaan dari gereja lain yang kita lihat sebagai berkat eskhatologis! Kita juga gereja!
Mengapa kita mendiamkan saja selama ini visi akan kemenangan Yesus atas segala sesuatu? Dia adalah pelayan di dalam gereja! Tapi Dia adalah juga pelayan di dunia! Dia tidak untuk gereja, tapi untuk dunia!
Detik-detik waktu yang hendak menaruh segala sesuatu di bawah wilayah ketergerakan hati Sang Khalik makin tegas. Tidak ada bisikan yang hilang. Semua menjadi semakin nyaring untuk menyuarakan: Kita hidup dalam dunia yang satu! Kita tinggal dalam dunia yang diciptakan oleh Allah yang satu! Kita memiliki medan pelayanan di dunia yang satu! Kita memperoleh Yesus yang satu untuk semua dan sekali untuk selamanya!

Catatan Penutup!
Dengan Minggu Advent kita memasuki kalender gerejawi yang baru. Tema-tema yang diangkat dalam kotbah adalah tema tentang penantian kedatangan Yesus. Tema kedatangan itu selanjutnya dapat pula dijabarkan meliputi: kedatanganNya pertama, kedatanganNya kedua, kedatanganNya dalam hidup kita dan kedatangan perayaan Natal. Intinya adalah: kedatangan Yesus dalam hidup kita, baik dalam arti menebus, menggugah hati kita maupun dalam arti membela kita pada hari penghakiman kelak adalah peristiwa perwujudan rencana Allah di dalam hidup kita. Allah punya rencana, bagaimana pun cara Dia dalam memulai, melanjutkan sampai kepada menyempurnakannya. Satu hal: gereja diikutsertakan sebagai mitraNya, dan di sana kita ikut serta.
Yesus sudah datang pertama kali dan akan datang kembali untuk menyempurnakan perwujudan rencana Allah. Rencana Allah adalah rencana pemulihan. Benar, panggilan pemulihan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna. Namun setiap yang berasal dari Allah adalah mulia. Sama seperti bahwa kehidupan kita selama di dunia ini adalah sementara, namun demikian ia tetap merupakan kehidupan yang ajaib dan patut disyukuri, maka demikian juga panggilan pemulihan yang Allah canangkan selama kita hidup di dunia ini tetap merupakan keajaiban ilahi. Siapa yang tidak mau ikutan dalam panggilan ilahi yang demikian mulia? Itulah Visi gereja yang baru: kita diberdayakan untuk menjadi saksinya pada abad ke-duapuluh satu ini!

(Penulis adalah Pdt. Maurixon Silitonga, M.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2009)

Sabtu, 19 Desember 2009

ARTIKEL: UCAPAN SYUKUR DI HARI ULANG TAHUN

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”
Mazmur 90:12

Pencarian tujuan hidup telah membingungkan banyak orang. Hal ini disebabkan oleh karena kita pada umumnya memulai dengan titik awal yang keliru, yaitu diri kita sendiri. Kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada diri sendiri seperti, Ingin menjadi apakah aku kelak? Apa yang sebaiknya aku lakukan dengan hidupku? Apakah sasaran-sasaranku, ambisi-ambisiku, impian-impianku untuk masa depanku? Tetapi memusatkan perhatian pada diri sendiri tidak akan pernah menyingkapkan tujuan hidup kita. Firman-Nya menyaksikan bahwa “di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia” (Ayub 12:10). Itu menjadi suatu pertanda bahwa Tuhan-lah yang empunya segala sesuatu dalam hidup kita. Lalu, pertanyaan yang muncul - bagaimana kita menemukan tujuan Tuhan Allah menciptakan kita? Kita diperhadapkan dengan dua pilihan. Pilihan pertama adalah spekulasi, yang merupakan pilihan sebagian besar orang. Banyak orang menebak, menduga, dan berteori. Ketika orang berkata, “Aku selalu berpikir bahwa hidup ini adalah…,” yang mereka maksudkan ialah “inilah perkiraan terbaik yang bisa ku hasilkan.” Banyak sekali ‘orang pintar’ disekitar kita bahkan termasuk diri kita sendiri, berspekulasi tentang makna kehidupan. Dengan berupaya mengkaitkannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita cenderung mendefenisikan bahwa tujuan hidup adalah seperti ini, seperti itu, dan sebagainya – menurut cara berpikir kita masing-masing.” Filsafat adalah suatu ilmu penting dan memiliki manfaat, tetapi apabila filsafat menentukan tujuan hidup, bahkan para filsuf yang paling bijak sekali pun hanyalah sekedar mampu menebak saja. Itu berarti, tiada satu pun di dunia ini yang dapat merumuskan tujuan hidup manusia secara utuh. Ini sangat penting untuk kita pahami.
Kemudian pilihan kedua adalah penyataan, yang merupakan cara Tuhan Allah sendiri menyatakan tentang kehidupan di dalam Firman-Nya. Cara termudah untuk menemukan suatu jenis barang tertentu adalah dengan bertanya langsung pada si pembuat (pencipta) barang tersebut. Demikian pula hal yang sama berlaku untuk menemukan tujuan hidup kita, mari kita tanyakan pada Tuhan Allah Sang Pencipta, bukan sebaliknya malah bertanya apalagi sampai menaruh pengaharapan terhadap kuasa duniawi. “Hikmat Allah…tersembunyi jauh di dalam maksud-maksud-Nya…” Apa yang Tuhan Allah tentukan sebagai cara untuk memunculkan hal terbaik yang Ia ciptakan di dalam kita merupakan berita yang sudah ada sejak semula – sebelum dunia dijadikanNya (1 Korintus 2:7). Tuhan Allah adalah sumber kehidupan, maka untuk menemukan tujuan hidup kita harus melihat FirmanNya yang mengandung hikmat dan kebijaksanaan, bukan sebaliknya hikmat dunia. Kita harus membangun kehidupan ini di atas kebenaran-kebenaran kekal, bukan dari psikologi umum, motivasi sukses, atau kisah-kisah yang memberi inspirasi. Itu memang diperlukan, tetapi sifatnya hanyalah pelengkap – sedangkan yang menjadi substansi pokok adalah hikmat dari Tuhan Allah sendiri. Sebab FirmanNya berkata, “Di dalam Kristuslah kita menemukan siapa kita dan untuk apa kita hidup” (Efesus 1:11). Ini sungguh mengajak kita untuk dapat lebih mengenal diri sendiri sebagai pribadi yang otentik, pribadi yang unik, pribadi yang berharga di mata-Nya.
Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi kita, ketika kita memasuki satu kesempatan yang baru dengan mengenang kembali peristiwa hari lahir ke dunia, itulah yang selanjutnya kita sebut dengan peristiwa ‘Ulang Tahun’. Peristiwa ulang tahun bagi sebagian orang kerap sekali dijadikan sebagai moment perayaan, yang di dalamnya kita dapat saling berbagi, tertawa bersama, saling menguatkan dengan cara memberikan kata-kata peneguhan dan motivasi sebagai pelengkap tujuan hidup itu tadi, dan yang terpenting adalah mengucap syukur kepada-Nya atas berkat dan perlindungan yang sudah diberikan. Dengan bertambahnya usia terhadap seseorang diharapkan dapat menambahkan kedewasaan berpikir dan bertindak. Oleh karena itu dibutuhkan suatu panduan yang mampu menuntun arah perjalanan hidup seseorang supaya lebih baik adanya di waktu mendatang. Pemazmur dalam nas renungan ini menyampaikan maksudnya kepada kita dengan mengkemasnya dalam bentuk doa permohonan. Doa permohonan tersebut lahir dari keyakinan imannya bahwa Tuhan Allah adalah Penolong Israel yang setia dan Penolong yang mahakuasa bagi manusia ~ manusia yang sungguh begitu tiada berarti dan patut menerima penghukuman. Dalam permohonan itu disebutkan supaya diberi ‘hati yang bijaksana’ yakni hati yang sadar akan hakikat kepapaan manusia dan tahu hidup sesuai dengannya. Sebab hidup ini merupakan benar-benar singkat dan selalu berada dalam ancaman hukuman Tuhan bila kita menyimpang dari jalanNya, maka dibutuhkan suatu pengontrol bagi kita agar mampu menjalani hidup supaya baik adanya dengan memiliki hati yang bijaksana. Hati yang bijaksana ialah hati yang “mengenal kekuatan murka Tuhan” (bnd.Mazmur 90:11). Oleh karena itu untuk memperoleh hati yang bijaksana maka manusia perlu dibimbing oleh Tuhan Allah (“ajarlah”). Ungkapan “Ajarlah kami menghitung hari-hari…” sungguh mau mengatakan bagi kita, tidak perlu malu untuk belajar, membuka diri terhadap kekurangan dan kelemahan diri sendiri, meminta pertolonganNya supaya kita dianugerahkan hati yang bijaksana. Justru banyak orang pada zaman sekarang sangat sulit untuk membuka diri, belum mampu mengenali diri sendiri dan menerimanya apa adanya. Hal ini sungguh patut untuk dipergumulkan.
Mengenai hal ini, seseorang pernah menulis catatan ini:
"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulitnya mengubah seluruh dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja. Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku pun mulai mengubah keluargaku. Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri. Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."
Pesan yang kita peroleh dari tulisan di atas ialah:
Tidak ada yang bisa kita ubah sebelum kita mengubah diri sendiri.
Tak bisa kita mengubah diri sendiri sebelum mengenal diri sendiri.
Takkan kenal pada diri sendiri sebelum mampu menerima diri ini apa adanya.
Saudara, para pembaca Buletin Narhasem Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, ulang tahun merupakan moment yang sangat penting bagi kita untuk dapat mengevaluasi karya dan upaya yang sudah dikerjakan pada masa lampau, selanjutnya kita dapat berbenah diri untuk melangkah lebih pasti pada masa yang akan datang dengan dibekali hati yang bijaksana sebagai bentuk penyertaan Tuhan Allah dalam hidup kita. Sungguh patutlah kita mengucap syukur kepada-Nya, sebab Tuhan itu sungguh baik. Perjalanan pelayanan HKBP Semper yang sudah memasuki usia ke-35 merupakan bukti nyata penyertaanNya, bahwa Tuhan Allah itu sungguh baik sehingga Dia memelihara gerejaNya, memberkati jemaatNya, serta memperlengkapi hamba-hambaNya dengan hikmat dan kebijaksanaan daripadaNya, agar melalui pelayanan HKBP Semper semakin bertambah bilangan orang percaya demi perwujudan kerajaanNya di tengah-tengah dunia ini. Selamat Ulang tahun yang ke-35 untuk HKBP Semper. Selamat merayakan Natal bagi segenap pembaca sekalian. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. Amin.

(Penulis adalah Pdt. Mangara Pakpahan, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2009)

Selasa, 15 Desember 2009

ARTIKEL: HKBP SEMPER BAGI JIWA MUDA (SEBUAH EVALUASI)

A. PENDAHULUAN
Zaman yang Berubah dengan Cepat
Kita hidup di sebuah dunia yang berubah dengan cepat, dan perubahan yang terjadi saat ini lebih cepat dibandingkan dengan perubahan mana pun yang pernah tercatat dalam sejarah. Setiap aspek dan wilayah kehidupan kita sedang berubah dan kita tidak dapat menghentikannya. Kita bahkan tidak bisa memperlambat atau menundanya.
Indonesia, misalnya. Negara ini sedang mengalami perubahan yang sangat radikal dalam hal berdemokrasi. Sejak digulirkan pada tahun 1998 oleh para tokoh reformasi sampai dengan saat ini, demokrasi di Indonesia mengalami suatu revolusi yang cukup cepat.
Begitu pula dengan teknologi. Dimana-mana kita dapat menjumpai mereka yang sedang “asyik” facebook-an, atau “BB-an” (baca Blackberry). Mulai dari anak kecil sampai dengan orang dewasa, mereka semua adalah penikmat dari perubahan teknologi yang sangat radikal. Komputer jinjing (laptop) bukan lagi menjadi suatu barang yang asing bagi anak-anak saat ini. Teknologi merubah cara kita membuat dokumen, dari cara manual memakai tulisan tangan menjadi tanpa kertas (paperless).

Kondisi Gereja (HKBP)
Ironisya, perubahan zaman yang sangat cepat tersebut sepertinya cenderung membawa angin negatif bagi sebagian besar gereja di Indonesia, khususnya HKBP. Menurut survey yang penulis lakukan di beberapa gereja yang mencakup HKBP, GKI dan GPIB, secara umum kondisi jemaat memiliki kesamaan, yaitu “LESU”. Rata-rata jumlah jemaat yang aktif dalam pelayanan hanya sekitar 3-10% dari jumlah seluruh jemaat. Kemanakah yang 90-97% itu? Mengapa hanya sedikit jemaat saja yang memberikan dirinya untuk melayani Tuhan dan sesama, khususnya di HKBP?
Gejala di atas sebetulnya dapat menggambarkan bagaimana kondisi jemaat pada umumnya, kemunduran. Mereka tidak memiliki visi dan arah hidup, tidak memiliki semangat juang, gampang menyerah terhadap permasalahan, kesenangan menjadi ukuran sukacita (hedonisme) dan malas untuk memulai melakukan segala sesuatu, kecuali untuk kesenangan dirinya.
Kita seharusnya menyadari bahwa teknologi diciptakan bukan untuk kerusakan manusia tetapi kebaikan. Namun demikian jika kita tidak dapat melakukan kebaikan akibat dari teknologi, itu berarti kita tidak siap menyambut dan mengendalikan perubahan zaman tersebut.
Perubahan yang terus menerus bukan hanya sebuah keniscayaan hidup, melainkan juga perlu bagi perkembangan, evolusi dan bagi kesejahteraan kita secara umum. Tanpa “perubahan” tidak akan ada pergerakan atau pertumbuhan, baik secara personal maupun gereja. Kemonotonan yang berlebihan akan menimbulkan stagnasi.

B. RESPON TERHADAP PERUBAHAN ZAMAN
Visi yang Kuat
Gereja HKBP telah berumur 148 tahun. Kita bersyukur pada Tuhan bahwa gereja HKBP telah dipakai-NYA untuk membawa jiwa mengenal KRISTUS dan bersaksi bagi KRISTUS.
Rasa terima kasih dan penghargaan tertinggi patut kita berikan kepada Ompui Pdt. DR. Ingwer Ludwig Nommensen yang memiliki visi dan cita-cita yang kuat bagi bangsa batak. Pada saat pertama kali ke tanah batak, beliau barulah berusia 28 tahun. Seorang pemuda yang sangat berani dan teguh pada visinya untuk memenangkan bangsa batak dari kesesatan. Ditengah sifat orang batak dan sifat permusuhan raja-raja batak, beliau tetap teguh tidak tergoyahkan untuk melayani mereka.
Dalam sepucuk surat yang dikirimkannya ke Barmen, dia berbicara tentang suatu penglihatan yang dia perolah tentang hari depan masyarakat yang dilayani ini:
"Dalam roh saya melihat dimana-mana jemaat-jemaat Kristen, sekolah-sekolah dan gereja-gereja kelompok orang Batak tua dan muda yang berjalan ke gereja-gereja ini. Di setiap penjuru saya mendengar bunyi lonceng gereja yang memanggil orang-orang beriman datang ke rumah Alah. Saya melihat dimana-mana sawah-sawah dan kebun-kebun yang telah diusahakan, padang-padang penggembalaan dan hutan-hutan yang hijau, kampung-kampung dan kediaman-kediaman yang teratur disalamnya terdapat keturunan-keturunan yang berpakaian pantas. Selanjutnya, saya melihat pendeta-pendeta dan guru-guru orang pribumi Sumatera berdiri di panggung-panggung dan di atas mimbar-mimbar, menunjukkan cara hidup Kristen kepada yang muda maupun yang tua. Anda mengatakan bahwa saya seorang pemimpi, tetapi saya berkata : tidak, saya tidak. Saya tidak bermimpi. Iman saya melihat ini semua; hal ini akan terjadi, karena seluruh kerajaan akan menjadi milikNya dan setiap lidah akan mengetahuibahwa Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Karena itu, saya merasa gembira, walaupun rakyat mungkin menentang firman Allah, yang mereka lakukan tepat seperti mudahnya mereka mencegah firman Allah dari hati mereka. Suatu aliran berkat pastilah akan mengalir atas mereka. Hari sudah mulai terbit. Segera cahaya terang akan menembus, kemudian Matahari Kebenaran dalam segala kemulianNya akan bersinar atas seluruh tepi-langit tanah Batak dari Selatan bahkan sampai ke pantai-pantai Laut Toba"
Visi yang kuat telah membimbing dan meneguhkan Ompui untuk menjadi terang bagi bangsa batak.

Visi & Misi HKBP
Di dalam visi HKBP dituliskan bahwa HKBP berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka, serta mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen, demi kemuliaan Allah Bapa yang mahakuasa.
Dan di dalam misinya, HKBP berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu malaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad-21.
Menurut penulis, visi dan misi HKBP telah relevan dan mengikuti perubahan zaman, bersifat inklusif, dialogis dan terbuka. Namun sejauh apakah implementasi visi tersebut bagi para jemaat?

Keefektifan Sentralisasi Kebijakan
Kebijakan HKBP yang menganut metode sentralisasi. Gereja HKBP adalah gereja yang besar yang memiliki struktur organisasi yang cukup luas dan bertingkat. Dalam mengambil suatu keputusan strategik, seorang Pimpinan Jemaat harus melalui Rapat Jemaat, kemudian disetujui oleh Pendeta Ressort melalui Rapat Ressort, kemudian disetujui oleh Praeses ditingkat Distrik, lalu disetujui oleh Ephorus ditingkat Pusat. Oleh sebab itu, kebesaran HKBP dalam hal ini, justru menurut penulis menjadi sesuatu yang memperlambat implementasi visi tersebut.
Diperlukan suatu improvisasi atau modifikasi yang dilakukan secara desentralisasi untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu, improvisasi atau modifikasi tersebut tetap sesuai dengan Firman Tuhan yang terinterpretasi dalam Konfesi, RPP dan Aturan/Peraturan HKBP.
Untuk dapat melakukan improvisasi atau modifikasi dibutuhkan sumber daya yang memadai, terampil dan energik. Tidak lain dan tidak bukan PEMUDA adalah aktor yang paling tepat untuk melakukannya. Mengapa Pemuda? Karena Pemuda memiliki skill, semangat, keberanian, dan kecepatan untuk menghadapi tantangan zaman ini. Contoh yang paling konkrit adalah Ompui Nommensen, yang memulai misinya pada umur 28 tahun. Lalu kita bisa menemukan tokoh di Alkitab yang masih muda pada saat dipakai Tuhan, seperti Raja Daud, Nabi Daniel, Yosua, Timotius dll.
Salah satu kebijakan yang kontraproduktif terhadap visi dan misi HKBP adalah masa jabatan sintua yang sama seperti usia pensiun seorang guru (+/- 60 tahun). Katakanlah seorang sintua rata-rata terpilih pada umur 35-40 tahun, berarti sintua tersebut memiliki masa pengabdian 20-25 tahun. Artinya untuk mengganti seorang sintua diperlukan waktu begitu panjang, padahal belum tentu seorang sintua dapat terus-menerus secara maksimal dalam melayani.
Menurut penulis, sintua itu sebaiknya menjabat 4 tahun dan dapat diperpanjang 1 kali, atau dengan kata lain selama-lamanya 8 tahun. Hal ini juga dapat memberikan kesempatan kepada jemaat yang lain untuk dapat aktif melayani dalam gereja, sesuai dengan misinya yaitu meningkatkan mutu segenap masyarakat, khususnya warga HKBP. Jika jemaat dilibatkan secara aktif, maka gereja juga akan semakin berkembang dan bertumbuh.

C. KEBIJAKAN HKBP SEMPER
Gereja HKBP Semper telah berusia 35 tahun. Sebuah usia yang relatif matang bagi seorang manusia. Matang dalam mengambil keputusan san kebijakan yang berguna bagi para jemaat lokal. Jika memang diperlukan, maka gereja HKBP Semper juga harus berani mengambil tindakan out the box, dalam arti keluar dari zona nyaman dan berusaha membuat suatu improvisasi/modifikasi namun tetap sesuai dengan kaidah yang ada. Ompui Nommensen juga telah melakukannya, meskipun beliau mendapat tantangan dari lembaga zending di Barmen pada waktu itu, namun dia tetap berpegang teguh pada visinya.
Oleh karena itu, diperlukan peranan pemuda dalam mengaplikasikan sesuatu yang inklusif, dialogis dan terbuka sebagai peran sentral untuk melakukan perubahan tersebut. Buatlah suatu terobosan dengan melakukan perekrutan pelayan-pelayan muda (baik sebagai sintua/aktivis) yang memenuhi kualifikasi tertentu yang telah ditetapkan. Kualifikasi dapat ditetapkan melalui Rapat Pimpinan Jemaat dengan para atributnya, Dewan-Dewan dan Seksi.
Sudah banyak gereja yang menjadikan Pemuda sebagai motor sentral dalam pelayanan mereka. Dengan jiwa pemuda yang penuh kreativitas dan inovasi, gereja akan semakin hidup dan dinamis, mengikuti perkembangan zaman yang cepat. Bukan berarti para tua-tua, tidak lagi memiliki fungsi utama. Tetap mereka memiliki fungsi, namun lebih kepada mengawasi dan mengayomi.

D. SELAMAT ULANG TAHUN HKBP SEMPER
Biarlah di hari Ulang Tahun yang ke-35 ini, HKBP Semper dapat bercermin dan mengevaluasi diri, sudah sejauh manakah gereja kita yang tercinta ini dapat mengimplementasikan visi dan misi HKBP, khususnya yang telah diletakkan dengan baik oleh Ompui Nommensen, sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus, menjadikan seluruh bangsa murid-KU, membaptis mereka dan mengajarkan mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah Tuhan perintahkan.
Bagi para Pemuda, gereja memanggil kita untuk berkarya di zaman ini. Milikilah keberanian, skill, integritas dan tampilah dalam setiap lini. Janganlah kita terlena, lakukanlah sesuatu untuk sesama! Jangan pernah berkata masalah pribadi saya saja belum beres, bagaimana bisa berbuat untuk sesama? Ini sebuah prinsip yang benar-benar keliru. Ingatlah bahwa kita diciptakan Tuhan untuk perbuatan baik kepada sesama. Dengan kita memikirkan dan mendoakan pergumulan orang lain maka kita pun akan merubah mind set kita dari self oriented kepada people oriented. People orinted timbul dari God oriented. Pada waktu kita mendoakan dan menggumulkan orang lain, keajaiban kasih Tuhan akan nyata dalam kehidupan kita, yaitu DIA akan membuka jalan terhadap semua permasalahan hidup kita. Jika kita ingin menjadi besar, mulailah memikirkan orang lain dari hal-hal yang paling kecil. Bangkitlah, dan menjadi berkat bagi orang lain. Kenakanlah segenap perlengkapan senjata Allah dan berperanglah.

SELAMAT ULANG TAHUN HKBP SEMPER KE-35. TUHAN SENANTIASA MELINDUNGI DAN MEMBERKATI KITA. AMIN

(Penulis adalah Maurice G. Nainggolan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2009)

Selasa, 08 Desember 2009

ARTIKEL: DEFINISI, ARTI DAN MAKNA DOA SERTA MEMPERSIAPKAN DOA

Beberapa Pengertian Tentang Doa
Dapat dikatakan bahwa setiap orang yang beragama pasti berdoa. Doa menjadi bagian yang esensial dalam kehidupan manusia yang beragama. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir disetiap perjalanan hidup manusia beragama, ia akan berdoa untuk melakukan segala sesuatu agar ia memperoleh selamat dan sejahtera.
Apa pengertian doa itu? Menurut kamus besar bahasa Indonesia, doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan,permintaan dan pujian.
Menurut Xavier Leon – Dufour, dalam bukunya ensiklopedi perjanjian baru doa dalam bahasa Yunani mempunyai beberapa arti diantaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan kebebasan si pemberi): kata-kata ini dipakai baik di bidang2 profan maupun keagamaan, namun mengandung ide meminta dengan sangat,berdoa dan mengemis.
Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di ensiklopedia aklkitab masa kini jilid I, menuliskan bahwa doa merupaklan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui dan memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya.
Dalam alkitab, doa bukanlah suatu”tanggapan wajar dari manusia” karena “apa yang dilahirkan dari daging adalah daging” Sebagai akibatnya, Tuhan tidak mengindahkan setiap doa. Ajaran alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Allah, lalu secara penuh masuk kedalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.
Melihat semua keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa doa adalah suatu relasi antara manusia dengan Allah yang didalamnya manusia roh manusia berkomunikasi, memohon, meminta, memuji dan mengakui keberadaan Allah yang transendental.

Perintah Untuk berdoa
Titah ketiga dalam hukum taurat dikatakan, Jangan menyebut nama Tuhan Allah dengan seenaknya karena Allah akan menghukum orang yang menyalahgunakan nama-Nya”. Martin Luther menjelaskan maksud sebagai berikut:
Kita harus takut serta kasih kepada Allah,sebab itu jangan mengutuki, mengumpat, memakai guna-guna, berbohong, menipu dengan memakai nama Allah; sebab hanya dalam penderitaan, kesusahan, dan di dalam doa serta pujianlah kita layak menyebut nama Tuhan Allah.
Nama Tuhan Allah diberikan kepada kita untuk dimanfaatkan dengan sepantasnya. Allah ingin agar gereja Kristen mengerti bahwa nama-Nya harus digunakan dengan sepantasnya. Karena titah kedua tidak membolehkan orang Kristen menggunakan nama yang kudus itu untuk mendukung dusta dengan segala yang salah, maka dengan demikian Firman ini juga menyuruh orang Kristen untuk menggunakan nama Tuhan untuk mendukung kebenaran dan segala yang baik.Nama Tuhan Allah digunakan menurut luther, apabila orang Kristen mengajar dengan benar, berseru kepada-Nya dalam kesukaran, memuji dan berterima kasih kepada-Nya pada waktu senang dan sebagainya.Semuanya itu nyata dari Mazmur 51:15. Menggunakan nama Tuhan Allah adalah demi mendukung kebenaran dan ketaatan kepada diri-Nya. Dengan demikian nama-Nya dikuduskan dan dihormati.
Penghormatan kepada nama Allah terlaksana dengan berseru dan berdoa kepada-Nya. Pengakuan dan penghormatan terlahir dari hati dan dengan kata pengakuan tersebut terekspresikan.
Dengan adanya doa kepada Allah dan kepatuhan kepada perintah-Nya, maka dengan demikian orang Kristen akan dimampukan untuk melawan iblis. Kuasa-kuasa gelap ini akan terpukul mundur bila orang Kristen menyebut nama Kristus dalam doa-doa orang percaya. Banyak hal yang akan menyerang orang percaya seandainya Allah tidak memelihar gereja secara kontinuitas karena doa-doa gereja kepada Tuhan Kristus. Untuk menyerang segala tipu daya setan maka gereja Kristen berseru kepada Allah dalam segala waktu.
Untuk itu berdoa hendaknya menjadi kebiasaan yang baik. Doa dilaksanakan dalam setiap kehidupan umat (menyerahkan diri, tubuh dan jiwa, istri dan anak-anak, segala yang dimiliki, pekerjaan, rencana dan kegiatan dll).Karena itu berdoa perlu diajarkan kepada seluruh orang Kristen agar firman Allah digenapi dan nama Tuhan Allah dihormati. Doa menjadi kebiasaan yang dan mendarah daging bagi gereja Kristen,kebiasaan berdoa yang baik,brtumbuh berbuah dan berkembang akan memberikan kegembiraan dan kesukaan bagi seluruh keluarga dan gereja.

Cara berdoa
Dalam hal berdoa terlebih dahulu gereja harus memahani unsur-unsur doa untuk dapat berdoa dengan benar.Unsur-unsur doa yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1.Doa diisi dengan pujian kepada Allah-Mazmur 95:6
2.Di dalam doa ada pengakuan dosa- Mazmur 32:5
3.Pengucapan syukur kepada Allah atas segala berekat dan pertolongan-Nya - Filipi 4:6
4.Permintaan permohonan- 1 Timotius 2:1
Dalam hal unsur-unsur doa ini, tidak ada rumusan yang pasti. Alkitab tidak memberi suatu pola yang pasti akan dijawab oleh Allah. Hal ini menghindari agar doa tidak menjadi sutau rumusan mantra yang seolah-olah dengan dipakinya unsure2 doa itu sudah pasti Tuhan akan menjawabnya.
Setelah memahami dengan jelas perihal doa ini, maka dimulailah gereja atau orang Kristen berdoa. Doa orang Kristen atau gereja diarahkan kepada Tuhan. Hal ini seperti yang diajarkan Alkitab kepada gereja. Doa gereja ditujukan kepada Allah Bapa, Putra dan Roh kudus, tidak kepada berhala, orang-orang kudus atau segala sesuatu yang diciptakan Allah.

Bagaimana Hendaknya Gereja Kristen Berdoa?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan gereja Kristen dalam berdoa:
1.Berdoa hendaknya dilakukan didalam nama Yesus Kristus dengan iman akan Dia juruselamat gereja
2.Dengan penuh iman yaitu iman yang teguh kepada Yesus
3.Berdoa hendaknya menurut kehendak Allah seperti yang diwahyukan dalam alkitab
4.Harus berdoa dengan tidak putus-putusnya
5.Dengan kerendahan hati dan pertobatan
6.Tidak bertele-tele
7.Mengampuni orang lain
8.Tinggal tetap dalam Tuhan Yesus
Cara berdoa yang sudah disajikan di atas harus dikembalikan jawabannya kepada pihak Tuhan Allah sendiri.Artinya, jawaban doa adalah hak prerogatif Allah sendiri gereja Kristen berdoa tetapi Tuhan dengan penuh anugerah akan menjawab doa-doa umat atau tidak menjawabnya. Hal ini tergantung kepada Tuhan sendiri.
Kapan hendaknya gereja Kristen berdoa? Memang Martin Luther sudah mengatur dengan tepat bagi anak2 kristen untuk belajar berdoa.
Walaupun sudah ada pengaturan yang demikian,hendaknya orang Kristen juga dapat berdoa secara teratur dan sesering mungkin, khususnya di saat-saat sulit.

Mempersiapkan Diri Untuk Berdoa
Apa yang disajikan ini bukanlah suatu rumusan yang baku. Tetapi hanya merupakan bantuan bagi orang-orang Kristen agar dapat mengonsentrasikan dirinya masuk kedalam suasana doa.
Saran yang diberikan untuk mempersiapkan diri untuk berdoa adalah :
1.tentukan waktu yang tepat menurut pribadi si pendoa untuk memulai doanya. Apakah pagi atau malam hari
2.tentukan tempat yang tenang dan ambillah posisi yang nyaman,yang membuat si pendoa menjadi rileks,namun tetap terjaga. Banyak orang menganjurkan posisi duduk dengan punggung tegak dan tangan diletakkan secara santai.
3.Tenangkan roh si pendoa. Di dalam hati si pendoa tinggallah Roh kudus yang dianugerahkan kristus disaat Ia menebus dirinya. Berdiam diri dalam batin dan mengarahkan diri kepada Yesus dan cinta ksihnya di kayu salib.
4.Setelah memasuki relung hati yang tenang, mulailah berdoa dengan terlebih dahulu menyapa Allah Bapa dengan penuh kehormatan dan sukacita.

Penutup
Berdoa merupakan suatu komunikasi antara diri oaring percaya (si pendoa) kepada Allahnya. Tetapi dengan lebih dalam, doa merupakan hak istimewa untuk berbicara, bertegur sapa dan memohon kepada yang Mahakuasa. Bukankah itu merupakan hak istimewa yang dipunyai manusia?
Untuk itu doa hendaknya dipelajari dengan baik dan diterapkan dalam sisi kehidupan si pendoa. Orang Kristen harus mempelajari perihal doa secara sungguh-sungguh. Dengan kesungguhan mempelajari doa maka diharapkan orang Kristen dapat berkomunikasi dan berelasi dengan Allah dengan benar. Melalui doa yang benar ini berkat Allah mengalir dan orang Kristen mengalami kuasa doa yang ajaib serta kemenangan terhadap segala problematik yang sedang dihadapi.

Daftar Bacaaan :
- Alfred Mc Bride, O. Praem, Image of Jesus- mengalami 10 rahasia Pribadi Yesus, Jakarta: Penerbit Obor, 2003.
- Xavier Leon – Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Yogyakarta: Penerbit kanisius, 1990.
- J.G.S.S Thompson, “Doa” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1A-L, (F.f Burce, dkk., Peny.), Jakarta: Yayasan komunikasi bina kasih/OMF, 1992.
- Martin Luther, Katekismus Besar Martin Luther, (Anwar Tjen, Penerj.), Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1994.
- ------------, Katekismus kecil Dr. Martin Luther, (Lutheran Church of Australia, penerj.), t.p. t.t.
- Landasan Iman Kristen Dengan Penjelasannya, St. Louis – Missouri: Concordia Publishing House, 1986.

(Penulis adalah Pdt. Josua Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juni 2009)

Jumat, 04 Desember 2009

ARTIKEL: PERANAN POSISI GEMBALA DAN ORANG MAJUS PADA MASA KELAHIRAN YESUS

Dalam Injil Lukas, orang-orang pertama yang mengenali makna kelahiran Yesus ialah para gembala. Para gembala termasuk golongan masyarakat yang terpinggirkan. Mereka termasuk masyarakat yang berpenghasilan rendah. Domba yang mereka jaga bukan milik mereka sendiri. Dalam pekerjaan sehari-hari para gembala membawa semacam tas terbuat dari kulit kambing yang berisi bekal makanan, tongkat, semacam kain selendang (yang digunakan sebagai selimut kalau tidur malam hari diudara terbuka) dan suling terbuat dari buluh alang-alang. Terhadap orang-orang golongan sosial yang paling rendah ini, malaikat menyampaikan kabar Natal untuk pertama kalinya.
Dalam Injil Matius peran yang sama dijalankan orang-orang majus. Baik para gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan langsung dari langit tetapi dengan "bahasa" yang sesuai dengan cara berpikir mereka. Kepada para gembala Tuhan berbicara lewat malaikat dan balatentara surgawi. Kepada para ulama yang ahli ilmu pengetahuan itu, Ia berbicara lewat isyarat bintang dan mimpi. Ia bahkan dapat berbicara lewat orang yang memiliki niat yang kurang lurus seperti Herodes yang memberi petunjuk agar mereka ke Betlehem. Namun, baik para gembala maupun orang-orang majus itu sama-sama mencari Dia yang baru lahir. Mereka membuat orang-orang yang mereka jumpai tidak dapat tinggal diam. Dalam Luk 2:18 dikatakan, ketika mendengar para gembala itu, orang-orang "keheranan". Dalam Mat 2:3 dikisahkan Herodes dan seluruh isi Yerusalem "terkejut" ketika mendengar kata-kata para majus.
Ironinya, mereka yang heran dan yang terkejut itu orang-orang yang sebetulnya sudah berada dekat dengan Dia yang baru lahir. Dalam Injil Lukas mereka itu sudah ada di tempat Maria baru saja melahirkan. Ahli-ahli Taurat di Yerusalem dan Herodes yang disebut Matius dekat dengan kelahiran Yesus lewat buku-buku suci. Namun mereka tidak menginsyafi apa yang terjadi di dekat mereka. Bukannya mereka tidak mampu untuk itu. Mereka dapat melacaknya lewat pengetahuan mereka seperti jelas dari Mat 2:5. Tetapi mereka tidak sungguh menerimanya. Juga di antara orang-orang yang mendengar kata-kata para gembala, hanyalah Maria yang diberitakan dalam Luk 2:18 "menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan merenungkannya", artinya bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya. Orang-orang lain akan tetap terheran-heran saja.
Tiga Orang Majus, adalah tiga orang ahli nujum yang dikabarkan menengok Yesus beberapa hari setelah hari kelahirannya. Para ahli umumnya berpendapat bahwa mereka itu para ulama suatu agama timur di wilayah Babilonia dan Persia dulu (sekarang Iraq & Iran utara) yang juga ahli ilmu perbintangan. Dalam kisah Matius, mereka mewakili orang-orang yang bukan Yahudi yang datang dari jauh untuk menghormati kelahiran raja Yahudi yang mereka simpulkan dari bintang dan yang diketahui orang Yahudi dari nubuat Nabi Mikha (Mat 2:6, kutipan dari Mi 5:1). Ini contoh bagaimana Tuhan berbicara kepada manusia tidak hanya lewat wahyu alkitab.
Mereka dipercayai berasal dari Persia dan merupakan penganut agama Zoroaster.Alkitab sendiri tidak menyebutkan berapa jumlah orang yang berkunjung. Tapi karena mereka memberikan tiga jenis hadiah, emas, mur dan kemenyan, maka banyak yang mengambil kesimpulan mereka berjumlah tiga orang. Selain itu juga tidak disebutkan jenis kelamin maupun nama-nama mereka.
Tradisi Suriah menyebut nama-nama mereka Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf, sementara tradisi Armenia hanya menyebutkan dua nama, yaitu Kagba dan Badadilma. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para "Tiga Raja", yang bernama Baltasar, Melkior dan Kaspar. Lalu mereka digambarkan sebagai orang Asia, Afrika dan Eropa. Origenes, seorang bapak gereja yang meninggal pada sekitar tahun 254 M. adalah orang pertama yang menggunakan nama-nama ini. Pada abad ke-6 kisah tentang Tiga Orang Majus ini muncul sebagai cerita yang populer.
Malah dengan kisah para majus ini Matius hendak mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umatNya lewat orang-orang bukanYahudi. Orang-orang Yerusalem baru sadar tentang kelahiran Yesus setelah mendengarnya dari para majus itu. Beberapa bagian dalam Perjanjian Lama sebenarnya sudah mengatakan hal ini walaupun caranya agak berbeda. Misalnya, bacaan pertama (Yes 60:1-6) menegaskan bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan berduyun-duyun ke Sion, yakni tempat Tuhan bertahta, tempat Ia menyinarkan terangNya (terutama ayat 3). Maksudnya, kini Tuhan bukan hanya bagi orang Yahudi belaka.
Mengenai persembahan yang mereka bawa, apa ada makna khusus? Matius boleh jadi ingat akan Yes 60:6 (bacaan pertama hari ini: "...mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan."). Dalam tradisi selanjutnya emas dihubungkan dengan kedudukan mulia Yesus sebagai raja, dupa dengan martabat ilahinya, dan mur dengan wafatnya sebagai manusia nanti (mur dipakai dalam merawat jenazah). Namun bagi Matius, pesembahan itu menandai terjalinnya hubungan antara orang bukan Yahudi dengan dengan pemimpin umat Tuhan yang baru lahir itu.
Kita sudah terbiasa mengira bahwa orang Majus datang pada malam kelahiran Yesus. Alkitab tidak mengatakan demikian. Menurut Matius 2:1 , kedatangan orang Majus adalah ”sesudah Yesus dilahirkan”. Beberapa hari atau beberapa bulan sesudahnya tidaklah kita ketahui dengan pasti. Tentang para gembala dikatakan bahwa mereka menjumpai “bayi” itu (Lukas 2:16), sedangkan tentang orang-orang majus dikatakan bahwa mereka menjumpai “Anak” sampai digunakan tiga kali (Matius 2:3-11). Tentang tempatnya juga berbeda. Para gembala menjumpai Yesus “terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:16), sedangkan orang-orang majus menjumpai Yesus di sebuah rumah (Mateus 2:11).
Dari pemaparan di atas bahwa peranan posisi gembala dan orang majus adalah sangat penting. Para gembala adalah orang-orang pertama yang mengenali makna kelahiran Yesus. Golongan masyarakat yang direndahkan justru yang pertama kali melihat bayi Yesus. Hal ini hendak mengatakan bahwa Tuhan berpihak kepada orang-orang kecil, orang-orang miskin, yang dipinggirkan dan terpinggirkan. namun bukan berarti Tuhan tidak mengasihi orang-orang besar. Sekali-kali tidak. Kemudian berita kelahiran Yesus sampai kepada orang majus. Merekalah yang kemudian melihat bayi Yesus setelah para gembala. Hal ini hendak mengatakan bahwa Tuhan berbicara kepada umatNya lewat orang-orang bukan Yahudi. Tuhan bisa memakai siapa saja. Tuhan tidak hanya milik orang tertentu, golongan tertentu, atau agama tertentu, tapi milik semua manusia yang percaya.

(Penulis adalah Pdt. Palti Hatoguan Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2006)

Kamis, 03 Desember 2009

ARTIKEL: BAGAIMANA MEMBERANTAS KEMUNAFIKAN DALAM DIRI KITA

Munafik, kata ini sudah sering sekali kita dengar di telinga kita, dan pada dasarnya banyak orang tidak meyukai sikap ini. Tetapi pada kenyataannya banyak orang yang memiliki sikap yang satu ini, di sadari ataupun tidak di sadari. Bahkan kemunafikan mendapat tempat yang paling aman di gereja. Mengapa? Karena tidak seorang pun yang tahu dengan dosa ini. Kadang kemunafikan sering tersamar oleh senyuman, kerajinan beribadah dan nyanyian. Meskipun kita mendengar nada yang merdu dari pemimpin pujian dan jemaat, tetapi nyanyian itu menjadi nada yang sumbang di telinga Allah. Karena banyak dari kita beribadah dalam ketidaktulusan. Orang dapat berperilaku dan menjalankan peran sebagai orang ramah, suka menolong, berlaku sebagai dermawan yang murah hati, tetapi perilaku ini bukan lahir dari hati yang tulus. Banyak orang yang karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain maka ia bersikap munafik.
Munafik adalah perilaku yang penuh dengan kepura-puraan. Yesus memberikan pengertian kemunafikan seperti ini : “ Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” ( Mat 23:28 ). Siapa yang tahu kalau orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah orang-orang munafik? Tidak seorang pun menyangka, karena dari luar mereka adalah orang-orang saleh. Tapi Yesus mengerti isi hati mereka, sebab Yesus melihat hingga tembus ke dalam hati kita. Bagaimana dengan diri kita masing-masing ? Apakah kita juga merupakan salah satu orang yang memiliki sikap ini? Bagaimana agar kita dapat dengan tegas berkata tidak pada sikap munafik ini..? Allah Bapa menginginkan agar kita sebagai anak-anakNya memiliki ketulusan dan kejujuran hati di hadapanNya.
Firman Tuhan mengajarkan kita untuk kita tidak bersikap munafik dalam segala tindakan ritual dan hidup sehari-hari seperti : dalam hal berdoa, berpuasa, memberi sedekah, dll ( Mat Psl 6&7). Diperlukan hidup yang selalu di pimpin Roh Kudus Tuhan agar kita tidak bersikap munafik. Kita harus selalu berusaha dan berusaha untuk selalu bersikap jujur, tulus di hadapan Tuhan. Kita juga harus menjaga kemurnian hati kita di hadapan Tuhan, karena hanya orang yang murni hatinya saja akan mendapat berkat (Maz 24:3-5). Dalam Mat pasal 5-7, di sini Tuhan mengajarkan bagaimana dapat hidup sebagai warga kerajaan Allah, dan bagaimana dapat hidup sebagai murid Yesus yang sungguh-sungguh. Hidup sebagai murid Yesus yang sungguh-sungguh tidak hanya dengan mulut mengaku percaya, tetapi mau melakukan apa yang menjadi kehendak BapaNya, karena hanya orang yang melakukan KehendakNya saja yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah, bukan orang yang selalu berseru Tuhan Tuhan saja, tapi dia tidak melakukan Firman Tuhan dalam kehidupannya. Tuhan menghendaki agar kita menjaga kekudusan hidup kita di hadapanNya ( I Pet 1:14-16).
Kita semua sadar bahwa kedagingan kita sangat lemah, dan sangat sulit untuk memberantas kemunafikan dalam diri kita. Kita semua mencoba menyembunyikan sisi jelek kita atau kita membuatnya kelihatan lebih baik. Tapi hati nurani kita yang terdalam mengetahui bahwa kita jauh dari harapan kita. Tak seorangpun yang dapat lolos dari cap “orang munafik”, kecuali Yesus Kristus sendiri. Dialah satu-satunya yang hidup dalam standar Tuhan, yang secara sempurna menjalani apa yang di ajarkanNya. Hanya melalui Kristuslah kita dapat lolos dari dakwaan kemunafikan yang kita lakukan. Dengan hidup dalam takut dan kasih Kristus kita dapat menanggalkan topeng kemunafikan kita dan menjadi diri kita yang sebenarnya. Kita mau menyerahkan hidup kita untuk taat di jalanNya. Dengan pertolongan Roh Kudus Tuhan biarlah kita bisa memberantas kemunafikan dalam diri kita. Apa yang lebih penting bagi kita, menjaga agar terlihat rohani atau dengan murni ingin menjadi seperti apa yang Tuhan kehendaki ? Membangun penampakan luar saja, itu berarti membawa kematian pertumbuhan rohani. Karena bukan apa yang diperlihatkan secara lahiriah di depan orang yang paling penting, tetapi keserasian antara tindakan lahiriah yang di padukan dengan isi hati yang tulus. Biarlah semua yang kita perbuat dalam kehidupan kita hanya untuk kemuliaan namaNya.

Sumber:
www.sahabatsurgawi.net
www.christiananswers.net

(Penulis adalah Rosintan Silaen, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2006)

Selasa, 17 November 2009

ARTIKEL: SINAMOT, RELEVENKAH DENGAN IMAN KRISTEN?

Pengertian Sinamot atau tuhor (uang mahar pernikahan) sebagian orang berpendapat itu suatu transaksi dari pihak Laki-laki kepada pihak perempuan tetapi harus diartikan sebagai biaya (cost) yang diperlukan untuk menciptakan sukacita bersama dalam mewujudkan suatu pesta pernikahan, dan sampai saat ini masih berlangsung bagi kalangan orang Batak bahkan juga suku lainpun masih berlaku juga hal demikian dalam meminang seorang putrinya yang sedang dilamar untuk menuju kepelaminan seperti bagi etnis Jawa Asok tukon (Asok=setor, kayak:arisan, Tukon=uang beli, kata dasar tuku=beli) ((baca: marhata Sinamot)).
Bagi etnis Batak pelaksanaan yang Marhata Sinamot Artinya: Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang bermufakat pada rumah kerabat wanita untuk membicarakan marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur (tuhor) kepada pihak perempuan, sebelum menerima pemberkatan pernikahan. Kesan penulis seolah-olah pihak laki-laki mau membeli si-perempuan itu dan boleh saja pihak lelaki memperlakukan semena-mena, seolah-olah sudah menjadi hak sepenuhnya, namun yang harus kita ingat bukan semata-mata hanya itu tetapi kita menunjukkan kasih sayang yang mendalam yang akan dibuktikan dalam suasana kedua bela pihak. Disanalah dibicarakan secara mendetiil rancangan pesta pernikahan yang akan disepakati bersama. Tetapi jika penulis mengamati ada beberapa kejadian dikalangan etnis Batak baik orang miskin dan kaya, baik Awam atau Rohaniawan tidak terlaksana pernikahannya karena dilatarbelakangi uang sinamotnya yang tidak dengan banyak jumlahnya (dang godang sinamotna manang tuhorna), tidak terpenuhi sesuai dengan target (keinginan) yang diharapkan oleh pihak Perempuan. Bahayanya seolah sinamotlah ukuran segala-galanya sehingga bisa terhambat sesuatu pernikahan gara-gara tidak dengan jumlah uang besar. Maka akibatnya nanti angkatan muda akan bisa lari mencari dan memilih gadis dan pria dari suku-suku yang lain gara-gara sinamot yang tidak bisa dibayarnya, mungkin karena alasan ekonomi, sikon yang terjadi, dll. Tetapi ke depan bagaimana membangun kehidupan rumah tangga mereka agar menjadi rumah tangga yang saling mengasihi dan takut akan Tuhan serta teladan dalam masyarakat banyak ini sebenarnya yang menajadi prioritas kita bersama.
Menyimak pengalaman nyata Abraham berkaitan dengan konteks sinamot bahwa pada masa Abraham menyuruh Eliezer-pembantunya untuk meminang seorang perempuan ke Mesopotamia ternyata disana Eliezer sudah membawa membawa unta, membawa berbagai-bagai barang, dan sarana yang dibawanya itulah dapat menemukan Ribka untuk menjadi istri Ishak semuanya itu dapat dilaksanakan karena sudah penuh doa dan mendengar petunjuk Tuhan juga. Kesimpulannya adalah disaat dia mau menuruti perintah bahwa Tuhan sudah menyediakan istri Ishak, pembantunya dapat melakukan itu tentu tidak lepas mengandalkan kekuatan Tuhan, setelah perempuan itu memberi minum unta-untanya lalu Elieser mengambil dan mengeluarkan anting-anting emas yang setengah syikal beratnya, dan sepasang gelang tangan yang sepuluh syikal beratnya dan dipasangkan kepada Ribka (Kejadian 24 22 ff). Memang tidak dijelaskan secara eksplisit bahwa itulah uang maharnya (sinamotnya) tetapi secara implisit dapat kita katakan bahwa benar-benar dengan adanya pemberian itu membuatnya sangat bersukacaita dan bersyukur kepada Tuhan dan melaporkan keadaan itu kepada orangtuanya. Ribka terhadap permintaan Eliezer hambanya Abraham. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa itu sudah merupakan rencana Tuhan bagi kehidupan Ribka menjadi istri Ishak. Penulis mengatakan bahwa uang mahar (sinamot) sudah ada sejak dulu tetapi ada banyak bentuk yang dilakukan mereka masing-masing sesuai dengan kebiasaan mereka yang berlangsung sampai menuju ke jenjang pernikahan (baca: pesta adat).
Dalam kajian yang dituliskan oleh Pdt. Daniel T.A. Harahap Dahulu yang disebut adat Batak adalah segala sesuatu konsep, nilai, ide, hasil karya dan kegiatan orang Batak (menanam padi, membangun rumah, membuka kampung baru, berperang, mengikat perjanjian antar marga dll). Dalam perkembangan terakhir makna adat telah mengalami proses depolitisasi dan domestikasi. Kini adat Batak direduksi atau diminimalisasi menjadi sekedar ritus domestik (rumah tangga): ritus pernikahan, kelahiran dan kematian. Apa akibatnya? Peranan dalihan na tolu menjadi sangat dominan atau menonjol walaupun pada prakteknya kurang berpengaruh kepada kehidupan ekonomi dan politik komunitas Kristen-Batak itu sendiri. Sebab itu tantangan bagi kita sekarang adalah mencari dan menemukan hakikat atau esensi adat Batak itu sendiri agar tidak larut dan hanyut dalam ritus atau seremoni konsumtif belaka.
Memang pada saat sekarang ini dalam setiap pelaksanaan namarhata sinamot seringkali terjadi ketegangan, perbedaan pendapat walaupun jarang yang menimbulkan konflik, (jarang bukan berarti tidak pernah). Kenapa hal ini bisa terjadi? Banyak hal yang dapat menimbulkannya antara lain, kemajemukan, asal dan etnis dalam suatu daerah, defusi marhata sinamot yaitu misalnya karena perkawinan berlainan suku, pengaruh era globalisasi dan lain-lain. Untuk menghindarkan ketegangan dan beda pendapat kita harus mengetahui dan semufakat bahagian dilaksanakan dalam namarhata sinamamot; Pertama: saling menerima. Kedua: jangan memaksakan kehendak. Ketiga: harus diikat persaudarahan yang sedang dibangun. Keempat: bukan uang segala-galanya tetapi harapan kita bagi mereka bagaimana agar rencana pernikahan mereka dapat mewujudkan kedamaian dalam hidup rumahtangga mereka. Ingat: Adat adalah aturan yang ditetapkan oleh Tuhan Pencipta, yang harus dituruti sepanjang hari dan tampak dalam kehidupan (Simanjuntak, 1966) betul! tetapi dalam membentuk suatu rumah tangga harus dapat menunjukkan pengorbanan dalam berbagai hal. Selalu mengutamakan permufakatan untuk mencari solusi yang terbaik demi terwujudnya suatu rumah tangga yang saling mengasihi. Selalu ditonjolkan seperti ungkapan falsafah Batak yang di bawah ini:
Aek godang tu aek laut
Dos ni roha do sibahen na saut, artinya
Kesamaan pendapat untuk jadi dilaksanakan
Nangkok si puti tuat si deak
a i na ummuli ima tapareak, artinya
Sesuatu yang lebih baik itulah yang dilaksanakan

Sikap Gereja
Ada juga kemungkinan kelompok yang menolak jika dilaksanakan namarhata sinamot dalam menuju kejenjang pernikahan ini adalah sebahagian dari kelompok agama Kristen sekte kharismatik dan juga kelompok agama Kristen Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) dan mungkin individu-individu pada gereja suku yang menolak pelaksanaannya. Menurut kelompok ini kesan mereka seolah-olah karena diukur uang maharnya mereka melangsungkan pernikahan itu bukan lagi karena hidup saling mengasihi. Oleh karena itu sinamot itu bukan hanya sebagai transaksi (tawar menawar) dengan menghargai dengan sejumlah materi atau suatu aktivitas sosial yang berdiri sendiri tetapi terkait dengan suatu penghargaan terhadap mereka dan diwujudkan dengan bentuk pemberian semata.
Gereja HKBP memiliki anggota yang mayoritas Batak (minimal sampai saat ini). Anggota HKBP karena itu juga dalam hidupnya menerima pelaksanaan namarhata sinamot dan nilai sinamot itu sebagai wujud tanda kasih dan kebersamaan untuk menuju suatu tahap pernikahan. Gereja HKBP menerima prinsip sinamot dan menurut penulis masih relevan dalam segi iman Kristen, karena disanalah dibuktikan harus dihargai keluarga pihak perempuan dengan perkataan dan perbuatan. Seperti yang kita tahu bahwa iman itu harus disertai perbuatan. Iman tanpa perbuatan adalah buta (tidak ada apa-apanya). Tetapi yang menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama adalah janganlah gara-gara sinamot dengan jumlah besar tidak jadi pernikahan mereka. Jika itu mungkin ”sekedar” sesuai dengan kemampuan mereka harus disyukuri masing-masing dan diterima apa adanya. Disaat dua sejoli sudah saling memadu dan saling mencintai, disinilah posisi dan peranan pihak keluarga membantu agar terwujud dengan baik rencana pernikahan mereka.

Penutup
“Seandainya” ada sisi negatif dari pelaksanaan sinamot tetapi masih lebih banyak sisi positifnya. Oleh karena itulah masih banyak (mayoritas) etnis Batak Toba membuat adanya dulu sinamot disaat mau menikahkan putrinya. Sinamot yang dilaksanakan pada saat sekarang adalah berlandaskan kepada ajaran agama yang diterangi oleh Firman Tuhan. Dengan demikian sinamot merupakan media perwujudnyataan “kasih” seperti yang diajarkan oleh Tuhan Allah. Sesudah agama Kristen dianut mayoritas etnis Batak Toba. Mari beriman dan berbuat. Sinamot adalah media untuk menunjukkan kasih kepada pihak perempuan, dan pengorbanan akan ada jika sudah saling mengasihi. Sinamot bukan segala-galanya tetapi cinta kasih dari Tuhan itulah yang utama dan terutama. Siapapun jangan takut mangoli/muli termasuk penulis he...he..nyidir nieh.... karena sinamot/uang/tuhor semua bisa diatur dalam permufakatan bersama, disana yang sangat penting bagaimana kasih pengorbanan Tuhan yang sedang kita nyatakan bersama baik sekarang dan ke depan terhadap orang lain. Mari kita mulai sekarang juga. Horas. Maulite.

(Penulis adalah Pdt. Haposan Sianturi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2008)

Senin, 16 November 2009

ARTIKEL: MEMULIHKAN HATI YANG BERDUKA AKIBAT KEMATIAN

I.Pendahuluan
Bagi seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini, baik yang kaya maupun yang miskin, raja maupun rakyat jelata, cantik maupun jelek, baik dan jahat, ada satu peristiwa yang pasti akan dijalani yaitu kematian. Bagi kebanyakan orang, mendengar kata kematian saja tentu sudah memunculkan kengerian dalam perasaan. Kenapa hal itu bisa terjadi? Tentunya bermacam alasan orang untuk merasa takut menghadapi kematian, antara lain: sampai saat ini tidak ada satu orang pun yang dapat memastikan apa yang terjadi di balik kematian itu(bagaimana pemahaman Alkitab mengenai kematian akan kita bahas pada pejelasan di bawah), selanjutnya dikarenakan ketidakrelaan kehilangan kehidupan dunia ini. Bagaimana dengan saudara?
Seperti yang telah disinggung di atas, kematian dapat juga dikatakan sebagai ”kehilangan”. Bagi yang mengalami kematian berarti dia kehilangan kesempatan, harta benda, sanak-saudara yang dimiliki di dunia ini. Di sisi lain yang masih hidup tentu juga merasa kehilangan orang yang dikasihi sehingga menimbulkan rasa duka yang sangat mendalam. Hal inilah yang sekarang menjadi pokok bahasan kita. Bagaimanakah memulihkan hati yang berduka akibat kematian?

II. ”Kematian” Dari Perspektif Alkitab
Sehubungan dengan tema kita pada saat ini adalah seputar kematian maka ada baiknya kita bahas sepintas mengenai kematian dalam tulisan ini. Berikut kita akan melihat bagaimana pandangan Alkitab seputar kematian.
Jika kita meneliti Alkitab secara khusus hal-hal yang berkaitan dengan kematian tubuh sering disamaartikan dengan istilah tidur, berarti kematian bukanlah pembinasaan yang sempurna sifatnya melainkan hanyalah sementara. Kitab Perjanjian Lama melukiskan Daud, Salomo dan raja-raja Israel lainnya begitu pula dengan Yehuda sebagai sedang tidur dengan leluhur mereka (1 Raj. 2:10; 11:43; 14:20; 31; 15:8; II Taw. 21:1; 26:33, dsb. ). Ayub menyebut maut itu sebagai tidur (Ayb. 14:10-12), sebagaimana halnya Daud (Mzm. 13:4), Yeremia (Yer. 51:39), dan Daniel (Dan. 12:2). Kitab Perjanjian Baru juga menggunakan istilah yang sama untuk mengartikan maut atau kematian. Dalam pelukisan keadaaan putri Yairus, yang telah mati itu, Yesus mengatakan bahwa anaknya itu tidak mati melainkan tidur (Mat. 9:24; Mrk. 5:39), demikian juga halnya dengan Lazarus (Yoh. 11:11-14). Dari terjemahan Alkitab berbahasa Inggris, stefanus yang mati syahid diartikan dengan ”ia jatuh tidur” (Kis. 7:60). Paulus maupun Petrus juga mengatakan bahwa mati itu hanyalah tidur (I kor. 15:51, 52; I Tes. 4:13-17; II Ptr. 3:4).
Jika demikian pemahaman Alkitab mengenai kematian, selanjutnya timbul pertanyaan: bagaimana dengan tubuh dan roh kita setelah kematian? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu kita perhatikan beberapa situasi atau pun gambaran keadaan mati oleh Alkitab yang keseluruhannya sejajar dengan pengertian tidur secara harafiah, antara lain: 1. Orang yang tidak sadar (Pkh. 9:5 ”Tetapi orang yang mati tidak tahu apa-apa”). 2. Waktu orang tidur, ia berhenti berpikir (Mzm. 146:4 ”Apabila nyawanya melayang, pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya”). 3. Tidur menghentikan segala kegiatan sehari-hari (Pkh. 9:10 ”karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau pergi?”). 4. Tidur memisahkan kita dari orang-orang yang bangun, dan juga dari segala kegiatan mereka (Pkh. 9: 6 ”Untuk selama-lamanya tak ada lagi kebahagiaan mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah Matahari). 5. Tidur membuat emosi tidak aktif (Pkh. 9:6 ”baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang”). 7. Tidur mengandaikan adanya kebangkitan (Yoh. 5:28-29 ”saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit”).
Manusia diciptakan dari debu tanah yang dipadukan dengan nafas kehidupan dari Allah yang menghasilkan makhluk atau jiwa yang hidup. Pada waktu mati maka debu dari tanah minus nafas hidup menjadikan seseorang mati atau jiwa yang mati tanpa memiliki kesadaran apapun (Mzm. 146:4). Unsur-unsur yang menjadikan tubuh itu kembali ke tanah tempat asalnya (Kej. 3:19). Jiwa tidak memiliki kesadaran bila terpisah dari tubuh, dan tidak ada ayat di dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa pada waktu mati maka jiwa tetap hidup sebagai suatu wujud yang memiliki kesadaran.
Menurut Perjanjian Lama tempat tinggal orang yang telah mati ialah sheol (dalam bahasa Ibrani), sedangkan dalam Perjanjian Baru disebut hades (dalam bahasa Yunani). Di dalam Alkitab, kata sheol paling sering digunakan untuk pengertian kubur, demikian juga dengan hades. Semua orang mati masuk ke dalam tempat seperti ini (Mzm. 89:49), baik orang benar maupun orang jahat. Dalam Kej. 37:35 Yakub berkata ”Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati (sheol)!". Sheol menerima seluruh pribadi pada waktu mati. Ketika Yesus mati, Ia dimasukan ke dalam kubur (hades) akan tetapi waktu kebangkitan jiwaNya meninggalkan kubur (hades, Kis. 2:27, 31, atau sheol, Mzm. 16:10). Kubur bukanlah tempat adanya kesadaran. Karena seperti yang dijelaskan di atas mati merupakan tidur, maka orang yang mati tetap pada keadaan tidak memiliki kesadaran di dalam kubur sampai tiba hari kebangkitan, saat kubur (hades) menyerahkan orang mati (Why. 20:13).
Satu hal lagi yang perlu diingat adalah kalau tubuh kembali ke asalnya menjadi debu tanah, maka demikian jugalah halnya dengan roh. Roh kembali kepada Allah yang memberikannya. Dalam Pengkhotbah 12:7 dikatakan bahwa pada waktu mati ”roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”, tidak terkecuali roh orang yang benar ataupun yang jahat sebab semuanya adalah berasal dari Allah. Dalam Alkitab berbahasa Ibrani maupun Yunani istilah untuk roh (ruach dan pneuma) tidaklah menunjuk kepada adanya wujud yang berakal yang memiliki kesadaran terpisah dari tubuh. Justru sebaliknya, istilah-istilah ini digunakan untuk menyatakan ”nafas”, percikan yang esensial bagi eksistensi kehidupan. Pernyataan Pengkhotbah yang menyataka bahwa roh (ruach) kembali kepada Allah yang memberikannya menunjukkan bahwa apa yang kembali kepada Allah ialah sebuah prinsip kehidupan yang telah diberikanNya. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa ruach yang dimaksudkan di sini dapatlah disamakan dengan ”nafas hidup” yang dihembuskan Tuhan kepada makhluk manusia yang pertama yang menghidupkan tubuh yang tidak bernyawa (bnd. Kej. 2:7).

III. Memulihkan Hati Yang Berduka Akibat Kematian
Setiap peristiwa kematian pasti akan menimbulkan rasa duka yang sangat mendalam, terlebih jika yang meninggal tersebut adalah orang yang sangat kita kasihi. Begitu hebatnya rasa duka akibat kehilangan orang yang sangat dikasihi dapat mengakibatkan perubahan watak dan kepribadian seseorang, yang tadinya periang menjadi pendiam atau bahkan menjadi pemarah, yang sebelumnya memiliki tujuan hidup yang jelas menjadi gamang dan kehilangan arah.
Kematian seseorang selalu merupakan kejutan bagi orang-orang yang mengasihinya. sekalipun kita tahu bahwa penyakit yang dideritanya membawa kematian, orang tetap merasa sukar untuk percaya bahwa orang itu telah benar-benar tiada.Tidak diduga-duga sebelumnya, tidak ada tanda-tanda peringatan lebih dulu, tidak ada persiapan yang benar-benar bisa memperingan goncangan, goncangan dan ketidakpercayaan merupakan reaksi-reaksi yang wajar terhadap kehilangan seseorang yang dikasihi.
Apakah berduka dan bersedih salah? Tidak, Yesus sendiri digambarkan mengalami kesedihan yang sangat mendalam ketika mendengar kabar sahabatnya Lazarus telah meninggal, sampai-sampai dia rela berputar haluan dari perjalanannya walaupun dengan resiko akan mendapat hambatan bahkan kekerasan dari orang-orang Yahudi yang ada di Betania (Yoh. 11: 1-44). Dari peristiwa ini dapat kita simpulkan bahwa bersedih dan seolah-olah tidak terima terhadap kenyataan yang terjadi adalah hal yang wajar terjadi. Namun yang tidak baik adalah terus larut di dalam kesedihan dan duka. Dalam kitab pengkhotbah dikatakan bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya, ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk tertawa ada waktu untuk menangis, dst. (Pkh. 3:1-8).
Bagi orang percaya yang telah dibaptis di dalam nama Allah Bapa, anakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus janganlah menganggap kematian sebagai suatu hal yang sangat menakutkan dan menyeramkan bahkan akhir dari segala-galanya. Rasul Paulus justru mengatakan kematian itu adalah sebagai suatu keuntungan (Flp. 1:21). Paulus mampu mengatakan demikian karena sebagai pengikut Kristus dia meyakini bahwa setiap orang percaya adalah orang-orang yang telah mati dan bangkit bersama Kristus melalui baptisan kudus (Rom. 6:3-4). Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya, kematian adalah sebuah proses yang memang harus dilalui oleh setiap yang hidup untuk memberikan kesempatan kepada yang lain untuk hidup. Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa kematian adalah juga untuk hidup. Dari pemahaman di atas cukup menjadi alasan bagi setiap orang percaya untuk tidak terlarut di dalam kesedihan dan duka yang berkepanjangan.

IV. Penutup
Dimanapun kematian akan meninggalkan rasa duka bagi orang yang masih hidup, apalagi kematian orang yang kita kasihi tentu akan mengakibatkan rasa duka yang sangat mendalam, namun Allah tidak menginginkan kita larut di dalam kesedihan dan duka sebab kematian orang percaya hanyalah kematian tubuh saja {”Hanya tubuh yang tunduk pada kematian” (pasal2 smalkalden hl. 387)} menunggu anugerah hidup yang kekal.
Yesus sendiri mengatakan ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Pertanyaan itu juga ditujukan kepada kita sekalian sekarang, ”percayakah engkau akan hal itu?” kalau kita percaya maka marilah kita bangkit dan meninggalkakn rasa duka yang berkepanjangan untuk kembali berkarya melakukan missi Allah yang mencipta kita.

(Penulis adalah Pdt. Morrys S. Marpaung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2009)

Kamis, 12 November 2009

ARTIKEL: KELUARGA MENJADI TERANG DITENGAH MASYARAKAT

Pendahuluan
Mahatma Gandhi adalah seorang tokoh swadesi India, Beliau adalah seorang yang sangat mengagumi ajaran dari Jesus Kristus dan nyaris menjadi seorang Kristen. Dikatakan nyaris karena pada saat beliau akan menjadi Kristen setelah mendalami dan mempelajari Injil dengan tekun, tetapi beliau melihat bahwa penerapan dari penerimaan Injil tersebut dimasyarakat oleh orang-orang Kristen sangat berlainan dan jauh dari harapan beliau. Setelah melihat hal tersebutlah maka beliau membatalkan maksudnya untuk masuk Kristen, coba anda bayangkan apabila beliau jadi menerima injil, berapa puluh bahkan ratusan juta orang India yang menjadi pengikut Mahatma Gandhi saat itu bisa dipastikan akan mengenal Kristus karena apapun yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi pasti mereka ikuti karena apapun yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi pasti mereka ikuti karena bagi mereka Mahatma Gandhi adalah seorang Nabi yang harus ditiru dan diteladani.

I. Keluarga Menjadi Terang Di Masyarakat
Pohon dikenal dari buahnya sedangkan orang dikenal dari perbuatannya, demikian bunyi pribahasa yang sudah kita kenal. Untuk menjadi terang di masyarakat itu perlu terlebih dahulu kita harus mempersiapkan diri dengan membangun suatu image terhadap diri kita sbb:
1) Membangun dan meningkatkan rasa percaya diri atas keyakinan kita dengan tindakan positip.
2) Membangun cara berpikir positip terhadap diri keluarga, anak-anak dan orang lain di sekitar kita apapun yang menjadi tindakan kita selalu mendapat perhatian dari orang-orang disekitar kita.
3) Membangun dan mengembangkan keterampilan kita dan hasilnya sebagian dapat kita sumbangkan untuk masyarakat sekitar kita.
4) Membangun hubungan balk dengan menerapkan keterampilan dan kemampuan kita itu kepada masyarakat sekitar bahwa keberadaan kita diperlukan oleh masyarakat dan kita juga membutuhkan mereka.
5) Membangun keterampilan dan memberi sesuatu apakah itu bantuan tenaga, materi dan pemikiran atas sesuatu hat kepada masyarakat lingkungan kita selalu diperhitungkan mungkin ini hanya sebagai pendapat dimana pada saat gereja kita melaksanakan suatu pesta, apakah itu pesta Natal, pesta tahun barn atau pesta-pesta pembangunan lainnya maka masyarakat disekitar kita selalu membantu pengamanan pesta secara swadaya sehingga perjalanan pesta tidak terhalang oleh sesuatu hal apapun.
6) Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi dengan masyarakat sekitar sehingga dalam keadaan tertentu mereka dengan sukarela akan menawarkan diri memberi bantuan. Kita ambil contoh pada peristiwa Tanjung Priok beberapa belas tahun yang lalu, ada sekelompok orang yang saat itu berusaha merusak gereja HKBP Semper tetapi oleh saudara-saudara kita disekitar dengan keras menolak mereka untuk masuk kekomplek Kavling Tipar tempat domisili Gereja clan amanlah gereja kita dari pengerusakan padahal saat itu puluhan gereja di Jakarta sempat dirusak oleh masse. Hal ini disebabkan jemaat gereja dengan masyarakat sekitar sudah menyatu.
7) Mengembangkan keterampilan dalam mengatasi kesulitan masyarakat sekitar. keberadaan kita dengan kondisi masyarakat yang golongan menengah kebawah tentunya perlu suatu usaha untuk membantu mereka. Usaha-usaha RNHKBP Semper membantu dengan penjualan sembako murah, pengobatan gratis yang sudah dilaksanakan beberapa kali patut diacung jempol. Alangkah indahnya kalau hal tersebut lebih ditingkatkan dengan kedasama yang lebih balk lagi dengan Dewan Diakonia terutama untuk tahun ini seperti telah sama-sama kita ketahui telah ditetapkan sebagai tahun Diakonia.
8) Membangun komitmen dalam menghindari komplain dari masyarakat sekitar. Kita harus sama-sama percluli bahwa ketidak sadaran kita yang terlalu asyik latihan koor, latihan bermain musik atau hanya sekedar santai ber ha ha hi hi digereja pada malam hari sudah jam 22.00 adalah pasti mengganggu jam istirahat masyarakat sekitar yang sudah mulai masuk ketempat peraduan. Kadang-kadang masyarakat "menjaga perasaan" untuk itu kitalah yang harus terlebih dahulu menjaga perasaan masyarakat untuk mendisiplinkan diri untuk tetap mengakhiri suatu kegiatan tepat waktu.
9) Membangun dan meningkatkan kesadaran atas, lingkungan hidup untuk daerah sekitar. Kita telah berusaha melestarikan penghijauan di komplek gereja kita dengan pencanangan tahun Diakonia 2009 pads tanggal 21 mei 2009 dimulai dengan kebaktian singkat didepan gereja kita dipimpin oleh Pendeta Eisa Tambunan, MTh. yang dihadiri oleh seluruh jemaat yang akan meengikuti kebaktian Pesta Peringatan Kenaikan Tuhan Jesus ke Surga. Kata sambutan dari ketua Dewan Diakonia St. Mijan Pakpahan dan doa syafaat oleh Ketua Dewan Marturia, Kamaruli Pohan Siahaan dan pencanangan pohon clikomandoi oleh Pendeta HKBP Ressort Semper Pdt. Maurixon Silitonga, MTh. dengan Pendeta diperbantukan di HKBP Ressort Semper Pdt. Elisa Tambunan, MTh. dan Ketua Dewan Diakonia bersama utusan 9 lunggu di HKBP Semper dan doa penutup oleh Pdt. Maurixon Silitonga, MTh, sekaligus setiap peserta memasukkan uang Rp 1000,- pada dua buah poti parasian yang dijaga oleh Casi M. br. Sitinjak dan Casi H. br Nababan. Kita telah ikuti menjadi pelaku dan peserta pencanangan tahun Diakonia tersebut. Dengan menanam 12 pohon dari satu juta yang direncanakan HKBP diseluruh dunia. Tentunya hal ini akan membuat lingkungan disekitar gereja kita akan lebih asri lagi. Untuk itu diperkarangan rumah kita sendiri juga harus kita tanam pepohonan sepanjang memungkinkan untuk mendukung hal tersebut. Bukankah kita sebagai keluarga juga harus berpartisipasi dalam mengantisipasi pemanasan global dewasa ini sebagai efek rumah kaca?.
10) Membangun dan mengembangkan hubungan masyarakat yang terus menerus dengan lingkungan kita dimana hubungan tersebut menjadi saling membutuhkan satu sama lain. Tetangga adalah saudara kita yang paling dekat, untuk itu jadilah menjadi bagian dari mayarakat itu jangan mengurung diri dengan tembok tinggi pagar yang kokoh tetapi keluarlah dari tembok itu untuk bergaul dengan masyarakat sekitar.

II. Prinsip Hubungan Bermasyarakat
Untuk menjadi seorang yang Professional dalam hubungan bermasyarakat perlu menguasai beberapa prinsip-prinsip sbb:
-Jadilah pribadi yang ramah kepada semua orang. Jangan hanya ramah kepada orang bersepatu dua tiga pasang / maksud kepada orang yang bersuara keras (orang yang sok jagoan).
-Jadilah pribadi yang memperhatikan dan menghargai orang lain.
-Jadilah pendengar yang baik dengan memberi kesempatan kepada orang lain untuk memberikan pedapat atau tanggapannya. Dengan demikian anda dapat memberikan pendapat dengan jelas dan mantap. Sekarang menurut pendapat para ahli di USA bahwa porsi berbicara 35% dan mendengarkan 65%.
-Jadilah pribadi yang membangun semangat orang lain dan dapat memberikan motivasi sehingga menjadikan orang berprestasi lebih tinggi.
-Sedapat mungkin hindari debat kusir yang tidak berguna tetapi jelaskan sesuatu itu dengan bukti dan alasan yang dapat diterima oleh semua orang. Jangan anda berpikir bahwa jalan pikiran anda sama dengan semua orang.
-Hindari kebiasaan membenarkan diri sendiri, kalau anda salah jangan malu untuk mengakuinya karena semua orang pasti sesuatu waktu akan berbuat kesalahan baik karena lupa atau alpa.
-Hindari kebiasaan menyalahkan dan mengkritik orang lain terutama dibelakangnya tetapi untuk membuktikan kebenaran sesuatu silahkan dilaksanakan pada forum resmi, camkan dan bijaklah dalam bertindak.
-Biasakan membicarakan hal-hal yang diminati orang lain. Ingat jalan menuju hati se-sec-ang adalah —111enget-ahuil clan membicarakan apa yang diseniangirya,
-Biasakan membuat orang lain sebagai orang penting clan dihormati karena kalau anda
baik kepada orang lain, maka anda paling baik kepada diri sendiri? (Dr. Lowis. Man).
-Biasakan menghormati pendapat orang lain sekalipun anda ticlak setuju clan jangan mempertentangkannya karena kalau dia tetap ngotot berarti dia keras kepada tanpa mau menganalisa pendapat orang lain berarti sama saja dengan membuang energi.
-Biasakan berprinsip tetap dalam sesuatu masalah terutama suatu hal yang sudah sama-¬sama disepakati untuk dikerjakan. Merubah suatu prinsip pada pertengahan perjalanan sama saja dengan 'manusia yang tidak ada prinsip" oleng, terombang ambing seperti perahu yang kehilangan kemudi. Kalau orang Batak bilang harus "golom ria ria" artinya walaupun daun ria ria itu tajam tetapi kalau kita langsung pegang dengan keras maka ketajamannya akan luluh dalam genggaman tangan kita.

III. Menjadi Terang Memerlukan Proses
Untuk menjadi keluarga terang dimasyarakat tentunya tidak bisa langsung instant tetapi harus memerlukan waktu yang lebih lama, dan waktu yang lebih lama itulah yang menjadi proses sbb:
1. Proses pertama adalah keluarga harus menjalin hubungan baik dengan masyarkat sekitar.
2. Dengan menjalin hubungan baik maka kita akan melanjutkan pada proses kedua yaitu mengetahui apa dan siapa masyarakat sekitar itu.
3. Dengan mengetahui kondisi dan keadaan masyarakat maka kita bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan mayarakat sekitar.
4. Dengan berpartisipasi dalam masyarakat maka kita juga bisa memotivasi masyarakat untuk berbuat lebih banyak lagi sesuai kemampuan baik pemikiran maupun materi yang ada.
5. Membangun hubungan baik harus secara terus menerus dan keluarga kita juga harus menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dimata masyarakat. Berikan contoh yang baik sehingga masyarakat mengikuti contoh yang baik tersebut. Karena untuk menjadi terang ditengah masyarakat sekitar tidak harus selalu dengan materi yang melimpah tetapi tergantung dari bagaimana partisipasi kita didalam hidup bermasyarakat yang maju ini. Kalau anda telah melaksanakan proses ini maka anda telah diterima oleh masyarakat sekitar dimana anda berdomisili dan sebagai hasilnya anda akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat baik dalam suka maupun dalam keadaan kesulitan.

Penutup
Dalam kondisi Negara sesuai dengan dampak perekonomian global yang semakin sulit maupun perekonomian setiap keluarga yang semakin berat maka kita harus pintar-pintar dalam mengatur ekonomi keluarga. Berpartisipasi sesuai dengan kemampuan yang ada adalah menjadi contoh yang baik ditengah mayarakat. Hindari perbuatan tercela dan menyinggung perasaan orang lain dan jadilah kita menjadi panutan. Kedamaian dan kesejahteraan berkeluarga, bertetangga, bergereja dan bermasyarakat diperlukan kesabaran,
Kebijakan dan pengorbanan, Untuk itu berbuatlah sesuatu pada masyarakat sekitar karena Kota juga adalah bagian dari masyarakat tersebut. Berbuat baik ditengah masyarakat yang majemuk berarti anda telah melaksanakan Pekabaran Injil / marsending. Melaksanakan sebagian dari program Marturia karena melaksanakan Pekabaran Injil tidak harus berangkat kepulau Rupat kepada orang-orang Akit untuk membuat mereka menjadi pengikut Jesus tetapi menyampaikan Amanat Agung agar orang mengenal Jesus dari perbuatan para pengikutnya. Untuk itu anda harus lebih mantap lagi bahwa Mahatma Gandhi abad ke-21 ini pasti tidak akan terjadi lagi. Yakin saja Tuhan pasti selalu bersama kita hari ini dan selanjutnya. Amin dan Horas.

(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2009)

Jumat, 06 November 2009

ARTIKEL: HKBP MENYONGSONG ULTAH 150 TAHUN

Luapan sukacita dalam mensyukuri bertambahnya usia senantiasa menjadi moment yang tidak terlupakan. Ucapan selamat yang disertai dengan doa dan harapan membuat semakin sempurna rasa kebahagiaan. Tekad untuk meraih masa depan yang lebih baik dirasakan semakin membara karena adanya dukungan dari banyak orang yang mengasihi.
Sesuai dengan Rencana Strategis HKBP (Renstra), yang menjadikan tahun 2010 sebagai tahun Sekretariat HKBP dan merupakan tahun Pra Jubelium 150 tahun HKBP pada 7 Oktober 2011, ucapan “SELAMAT ULANG TAHUN 150 TAHUN HKBP” akan terdengar diberikan banyak orang, Gereja maupun lembaga-lembaga pendidikan untuk sukacita besar ini. Persiapan untuk menyambut perayaan ulang tahun tersebut tentunya sudah dilakukan HKBP jauh-jauh hari sebelumnya. Sebagai Gereja yang besar dan tertua di Indonesia, pertambahan usia akan selalu mengajak HKBP untuk mengingat sejarah berdirinya yang penuh dengan perjuangan dan usaha-usaha untuk menjadikan HKBP sebagai lembaga keagamaan yang dapat mewujudkan kasih Allah sehingga dunia sekitar menjadi diberkati.
Secara khusus dalam menjalankan misi dan visi pelayanan HKBP, dalam Rapat Pendeta HKBP, 3-7 Agustus 2009 yang mengangkat tema “Hendaklah kamu murah hati seperti Bapamu murah hati” (Lukas 6:36) dan Sub Tema “Pendeta HKBP terpanggil meningkatkan kebersamaan terhadap sesama Partohonan dan memberdayakan anggota jemaat menjadi berkat di tengah Gereja, masyarakat, dan bangsa pada Era Global”, tersirat suatu hasrat agar HKBP tetap eksis dalam menyikapi perubahan zaman di arus globalisasi. Itu akan dapat terlaksana dengan adanya kesatuan pandangan (komitmen) para pendeta/pelayan HKBP sebagai perangkat utama dalam mewujudkan tujuan kehadiran HKBP di dunia. Arus globalisasi yang membuat terjadinya perubahan-perubahan secara radikal dan tidak terbatas telah mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, budaya bahkan peradaban dunia secara drastis. Perubahan-perubahan mendasar dalam aspek kehidupan menuntut para Pendeta HKBP dapat berperan sebagai “pemberi jalan keluar” atas semua persoalan yang dihadapi jemaat. Perubahan ini menantang para pendeta HKBP untuk membenahi diri dalam misi pelayanannya agar tidak larut dalam ritus peribadahan tetapi siap memasuki, mendampingi, menyikapi, serta menguatkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan jemaat.
Keberadaan HKBP di tengah-tengah dunia yang berubah begitu cepat dan dibarengi dengan munculnya persoalan-persoalan zaman telah menghadirkan suatu pertanyaan besar “perubahan apakah yang dibawa HKBP (pendeta)” untuk keadaan dunia yang lebih baik? Bagaimanakah pelayanan HKBP dilakukan sejalan dengan arus globalisasi ? HKBP harus menggumulinya dan menyikapinya dalam “terang Firman Allah” dan dipahami dengan pendekatan kontekstual. Arus globalisasi telah membuat HKBP tidak sekedar merenungkan situasi zaman yang terus berubah tetapi menjadi tantangan bagi para pendeta HKBP dalam konteks berKoinonia, berMarturia dan Berdiakonia. Memberdayakan jemaat dengan mengembangkan segala potensi yang ada adalah kekuatan besar pelayanan para pendeta HKBP dalam menghadapi perubahan-perubahan zaman akibat era globalisai. Artinya jemaatpun harus disadarkan atas realitas yang terjadi dan menolong mereka dalam memberikan solusi. Tentunya dalam pemberdayaan jemaat ini harus mengacu pada Karya Penyelamatan Allah dalam relasi dinamis dengan konteks kehidupan yaitu kedatangan Kerajaan Allah di dunia.
Dalam pelayanannya, HKBP harus mampu menemukan integritas pelayanan sebagai saksi Kristus yakni yang mampu menterjemahkan kabar keselamatan dalam realitas dan tantangan global. Membangun komunitas jemaat sebagai kekuatan spiritualitas, menumbuhkan semangat penginjilan dan tanggung jawab dalam diri jemaat ditiap sektor kehidupan, serta memperjuangkan kaum miskin, tersingkir, tertindas sebagai tindakan keberpihakan Gereja (Lukas :18-19). Ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus semasa hidupNya, memperjuangkan hak-hak orang-orang yang tersingkirkan dan terabaikan oleh dunia. Pelayanan Tuhan Yesus tidak hanya bersifat ke dalam (internal) yaitu yang hanya memperhatikan umatNya (Israel) tetapi juga bersifat keluar (eksternal) yaitu bagi bangsa-bangsa lain sehingga karya keselamatan bisa dimiliki oleh semua orang.
Sebagaimana realitas arus global yang memaksa dan membuka pengaktualisasian pelayanan yang sesungguhnya membuat HKBP dalam menyongsong 150 tahun kehadirannya di dunia harus segera memperlengkapi diri menjadi Gereja yang peduli dan siap untuk melayani ditengah-tengah perubahan yang ada. Kesatuan komitmen para pelayan (Pendeta, Guru, Diakones, Bibelvrow) dan kekuatan komunitas jemaat yang didasarkan atas panggilan Allah sebagai “garam dan terang dunia” akan memampukan HKBP melakukan banyak hal yang berguna bagi kemanusiaan dan menjadi hormat kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus, Amen !

(Penulis adalah Pdt. Linda Christine Lumbantobing, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2009)

Jumat, 30 Oktober 2009

ARTIKEL: ALL ABOUT SIDI (5W+1H) DAN APA HUBUNGAN SIDI DENGAN PRASYARAT NIKAH

Katekisasi Sidi (sebutan yang sering disebut dalam bahasa Batak: Parguru Manghatindanghon Haporseaon-PMH) kesempatan mendalami firman Tuhan sekaligus membangun karakter seorang remaja agar lebih dewasa mengikuti Tuhan Yesus Kristus dengan setia. Maka menurut hemat saya harus diberi kesempatan bagi mereka mengikuti pembelajaran sesuai dengan silabus (Kurikulum) yang dipersiapkan Gereja masing-masing. Pemahaman sebahagian orang bahwa katekisasi sidi kesempatan untuk mendapatkan ijin menikah, ada juga yang mengasumsikan memperoleh sertifikat lepas tanggung jawab dari orang tuanya. Yang benar bahwa dalam Katekisasi sidi sebenarnya bukanlah hal itu tetapi adanya suatu masa pembinaan bagi remaja agar menjadi lebih dewasa iman untuk melakukan kewajiban sebagai pengikut Kristus. Maka dia harus dibimbing agar semakin mengenal Yesus Kristus dan kabar sukacita dalam Alkitab, bertumbuh dalam kepercayaan dan pengakuan iman kristen, hidup secara kristiani dengan pimpinan Yesus menghadapi hari-hari dengan sukacita yang baru, bertujuan dan berpengharapan sebagai umat Allah. Sehingga semakin tau membedakan mana yang baik dilakukan dan mana yang jahat yang mau ditinggalkan. Sekarang perlu menyimak satu persatu tentang Katekisasi Sidi gereja melakukan pembinaan warga gereja sejak dini agar peserta sidi dulu, sekarang dan akan datang semakin mantap wawasannya sesuai dengan iman kepercayaannya teguh dan tidak luntur ditelan jaman.

1. What (apa) itu sidi?
Sejak anak-anak sudah ada baptisan kudus yang dilakukan, mereka sudah dipanggil ikut masuk dalam persekutuan Kristen mewarisi kehidupan kekal. Selanjutnya menjadi tanggungjawab orang tua untuk mengajarkan firman Tuhan bagi putra-putri mereka, namun kenyataannya tidak sedikit orang tua yang lupa akan tugas dan tanggungjawabnya. Gereja sebagai institusi yang memiliki peranan penting terpanggil melakukan pembelajaran agar anak dipersiapkan secara dewasa baik jasmani dan dewasa iman. Saya mengutip Aturan dan Peraturan HKBP (AP HKBP) pasal 5 point 6 “Gereja melaksanakan pelajaran Sidi bagi mereka yang akan mengaku imannya.. Ketika akan mengakhiri pelajaran itu, Pendetalah yang mengevaluasi hasil belajar mereka di hadapan pelayanan tahbisan dan orang tuanya masing-masing.. Mereka mengaku imannya di hadapan jemaat pada kebaktian Minggu sesuai dengan tatacara yang tertulis dalam Agenda HKBP”. Maka sidi yang dilaksanakan di Gereja HKBP memperkenalkan Tuhan yang Maha Kuasa, pencipta, pemelihara, dan penguasa atas segala sesuatu. Yesus Kristus penyelamaat dan Roh Kudus adalah yang menguduskan hati manusia untuk percaya kepada karya keselamatan Kristus. Agar mereka mengerti akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai jemaat Kristus kepada Tuhan dan sesama manusia, membangun karakter agar mengasihi Tuhan dan sesama sehingga hidup mereka menjadi persembahan ibadah yang murni dan sejati bagi Tuhan, dan lain sebagainya. Maka yang menerima pembelajaran sidi itu sebaiknya orang yang memasuki usia 13-20 tahun. Masa inilah yang sangat rentan dan bergejolak dalam memasuki panca robah dimana perilakunya bisa berubah-ubah setiap waktu, maka kehadiran Gereja sangat memiliki peranan penting mendampingi kehidupan dalam membangun karakter yang utuh.

2. Why (mengapa) harus sidi?
Kesempatan baik bagi si Putra-putri Gereka dituntun dan dibina untuk menselaraskan gerak kehidupannya kepada Tuhan yang memberi berkat baginya. Maka pembelajaran sidi adalah moment yang pas dalam mengawali pentingnya mengajarkan dan menanamkan pengenalan Tuhan melalui karya-karyaNya, mengajarkan khatehismus karangan Marthin Luther yang terdiri dari : Hukum Taurat, kesaksian iman orang Kristen, Doa Bapa kami, Baptisan Kudus, perjamuan Kudus, doa berisi ringkas, padat dan jelas, mengajarkan sejarah Gereja dan perkembangan-perkembangan masa kini, belajar buku ende dan bahkan pengetahuan umum skop yang lebih luas. Sebaiknya orangtua dan anak dapat saling menopang agar dapat mengikuti pembelajaran sidi itu selama satu tahun. Artinya kurikulum yang sudah dipersiapkan harus diikuti agar suatu saat menjadi jemaat yang matang. Pengalaman penulis di berbagai gereja mulai gereja yang berada di desa dan gereja yang berada kota hampir sama, usul-usul orang tua yang berkembang agar anaknya dapat menerima peneguhan sidi tanpa menerima pembelajaran Sidi karena merekapun katanya menerima pendidikan Agama di sekolah mereka, melalui tulisan ini saya tegaskan tidak bisa disamakan bahan ajar di sekolah dengan pembelajaran Katekisasi sidi mungkin ada muatannya yang sama tetapi ada banyak ketidaksamaannya yang tidak diajarkan di sekolah mereka. Saranku rubalah paradigmu yang salah dan sebaiknya semua yang belum sidi usianya sudah memenuhi syarat segeralah mengikuti pembelajan sidi dimana gereja atau ambil surat pengantar dari gereja asalmu agar bisa kamu mengikuti pembelajaran sidi di mana saudara berada dalam posisi sekarang, pasti ada manfaatnya sekarang dan akan datang khususnya tentang kesaksian imanmu dan kesetiaan kepada Tuhan Allah.

3. When (kapan) mengikuti pembelajaran sidi?
Di dalam buku bahan ajar di Katekisasi sidi HKBP bahwa yang telah berusia 13-20 tahun dapat mengikuti pembelajaran sidi dan lamanya katekiasasi sidi 12 bulan (satu tahun) atau biasa dirumuskan 120 x pertemuan dan sekali pertemuan lamanya 45-60 menit. Tetapi sampai saat ini masih ada kita jumpai yang belum katekisasi sidi diatas usia 20 tahun maka pimpinan jemaat harus memiliki tanggungjawab penuh atas keberadaan mereka. Penulis pernah mengadakan katekisasi khusus bagi mereka yang sudah bekerja dan katekiasasi kilat bagi mereka yang akan segera meried dan mereka akan menerima pembelajaran khusus karena satu hal dan lain hal. Nah...penulis menyarankan kepada pimpinan jemaat setempat janganlah ada yang menerima sidi tanpa pernah diajari sebaiknya minimal 3 bulan sebelum mereka sidi dan perlu dikomunikasikan dengan baik kepada warga jemaat agar merekapun tau apa yang mau kita lakukan jemaat yang belum sempat menerima pembelajaran sidi.

4. Where (dimana) menerima pembelajaran sidi?
Bagi saya pada saat memasuki usia 13-20 tahun sebaiknya di gereja asalnya segera mengikuti katekisasi sidi tetapi kalau sudah meninggalkan kampung halamannya mungkin karena alasan kuliah dan alasan tapi belum menerima sidi sebaiknya di mana gereja yang paling dekat menerima bahan ajar setelah diterimalah surat keterangan dari Pendeta Resort atau pimpinan jemaatnya! Agar mereka dapat menerima pembelajaran sidi di gereja yang terdekat. Alasannya kenapa harus seperti itu karena itu kesempatan baginya memperdalam firman Tuhan melalui bahan ajar katekisasi sidi. Tetapi ada juga budaya rasa malu kalau usianya sudah di atas 25 tahun sudah mulai enggan mengikutinya, temuan yang terjadi dalam pelayanan pada saat mau menikah, itulah kesempatan baginya, bisa saja itu karena terpaksa dia harus mengikuti! Karena syarat mau menikah di gereja Protestant harus lebih dahulu sidi. Kadang-kadang keadaan ini memprihatinkan, sebaiknya harus dipersiapkan dirinya menjadi jemaat yang taat akan aturan yang berlaku di gerejanya.

5. Who (Siapa) yang akan disidikan?
Pertanyaan ini agak pelik untuk dijawab karena belum semua warga jemaat memahami secara bersama orang yang mengikuti pembelajaran sidilah yang pastas menerima peneguhan sidi. Kadang-kadang temuan yang terjadi sepertinya tidak dapat ditolerir kebenarannya, bagi penulis menyarankan sebaiknya orang tua harus satu visi berama majelis dan pelayan full timer, setiap yang menerima pembelajaran sidilah yang menerima peneguhan sidikan. Maukah kita konsisten melakukannya? Atau suka-suka kita aja. Bisa itu mengundang masalah baru dan bahkan sampai meng-kambing-hitamkan yang lain demi kepentinganmu. Imbauan penulis, dengan jiwa besar setiap yang mengikuti bahan ajar sidi yang layak menerima peneguhan sidi. Mari kita serius melakukannya.

6. How (Bagaimana) orang yang menerima peneguhan sidi?
Pertama: memiliki komitmen agar menjadi pengikut Kristus yang menunjukkan curi teladan. Kedua: Siap bertarung mempertarungkan iman percayanya agar hidupnya tetap dikendalikan firman Tuhan, dan pedoman hidupnya selalu beralaskan firman Tuhan. Ketiga: tidak mudah diombang ambingkan oleh arus jaman yang cepat berubah-ubah.

7. Lalu, hubungan sidi dengan prasyarat menikah?
Bagi gereja protestan khususnya HKBP orang yang sudah menerima peneguhan sidi adalah yang layak memasuki jenjang pernikahan kudus. Adapun alasan yang pertama: penulis merumuskan mereka sudah dikategorikan dapat bertumbuh secara jasmani dan bertumbuh secara spritual sesuai dengan iman percayanya. Kedua: pembinaan selama pembelajaran sidi membentuk pola berpikir semakin kritis membaca tanda-tanda jaman. Ketiga: menunjukkan kesetiaan dalam kehidupannya dan berpengharapan penuh melalui sola fide (hanya karena iman), sola scriptura (hanya karena firman Tuhan), sola Gratia (hanya karena anugerah) menjadi baro meter hidupannya. Jika dibandingka dengan dogma Katolik bahwa syarat menikah adalah orang yang mengikuti katakumen, persis sama dengan gereja protestan. Nah sekarang: rekan-rekan yang belum sidikan dan sudah memenuhi syarat putuskan sekarang juga segera daftarkan diri anda untuk mengikuti bahan ajar katekisasi sidi. Ingat pada saat sidilah kamu dapat dibentuk ke arah yang lebih baik melalui kesaksian imanmu. Sebenarnya anda beruntung kalau sudah sidi: status anda menjadi jemaat dewasa, dapat menerima perjamuan kudus, sudah dapat melanjutkan jenjang pernikahan menikah, tapi yang lebih luar biasa menjadi warga kerajaan Allah sekarang dan akan datang! Kesaksian imanmulah sebagai kata kuncinya dalam mengikuti Tuhan. Dimanakah itu kamu dapat raih? Melalui pembelajaran sidi? Makanya berulang-ulang kutegaskan: Kamu harus menjadi peserta sidi yang baik, itulah kesempatan menerima pembinaan dari hamba-hambaNya. Selamat menjadi peserta sidi yang serius dan konsisten. Ajaklah saudara dan rekanmu untuk mengikuti pembelajaran sidi. Horas (Hanya Oleh Karena AnugerahNya Saja).

(Penulis adalah Pdt. Haposan Sianturi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2009)