Selasa, 31 Maret 2009

WAWANCARA: LEONARDO SITOMPUL

Inilah sekelumit wawancara Team Buletin Narhasem dengan Leonardo Sitompul, yang dilakukan pada waktu dilantik menjadi Ketua Seksi Pemuda HKBP Semper 2007-2009.

1. Mengapa Anda tertarik menjadi ketua NHS, apa yang istimewa menjadi ketua NHS? Jawab: Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa untuk menjadi ketua NHS, sebab sama saja dengan menjadi anggota naposo biasa yang juga ikut pelayanan di gereja. Mungkin yang sangat jelas membedakannya adalah tanggung jawab sebagai ketua NHS untuk bisa memimpin segenap naposo dalam mengadakan pelayanan ini bersama. Tanggung jawab tersebut harus bisa dilaksanakan penuh sebab yang memilih untuk menjadi ketua ialah anggota naposo juga. Dan menjadi ketua NHS ini juga bukan sekedar karena ketertarikan saya untuk menjadi ketua tetapi lebih karena suatu panggilan pelayanan yang dari Tuhan saja. Jadi, menurut saya pribadi, menjadi ketua naposo ini terbilang istimewa karena sebagai karunia Allah untuk saya bisa dipercayakan menjadi ketua naposo, melalui teman-teman remaja naposo sekalian.
2. Apa Visi-Misi pelayanan Anda ini? Jawab: Visi saya di dalam kepengurusan ini sendiri ialah bersama-sama membentuk naposo menjadi murid Kristus yang selalu bertumbuh di dalam kasih terhadap sesama dan berdampak sesuai kebenaran firman Tuhan. Dengan harapan, seluruh anggota naposo bisa tetap setia dalam pelayanan di gereja kita ini. Dan segenap jemaat bisa merasa terberkati dengan pelayanan yang dilakukan naposo, melalui berbagai kegiatannya. Selain itu, juga membekali naposo dengan prinsip hidup yang berdasarkan firman Tuhan untuk selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan keseharian di luar gereja. Untuk bisa tercapai, tentu dengan berbagai kegiatan yang telah diprogramkan sebelumnya (misi), antara lain: kebaktian naposo yang rutin dilakukan tiap bulannya, persekutuan doa syafaat, persekutuan pengurus, RnB (wadah kebersamaan naposo dengan remaja), dan berbagai kegiatan besar lainnya pada saat Natal , Parheheon ataupun Paskah.
3. Anda belum punya pengalaman jadi pengurus NHS, namun langsung jadi ketua NHS, apa modal Anda berani mengambil pelayanan ini? Jawab: Saya sendiri juga bingung saat ditunjuk untuk menjadi calon ketua naposo yang baru (sebelum dipilih), sebab belum ada pengalaman sama sekali dalam kepengurusan naposo. Namun tetap saja teman-teman mempercayakannya kepada saya. Sebenarnya, modal saya yang terbesar ialah dukungan dari teman-teman naposo dan remaja juga untuk melaksanakan pelayanan ini, dan tentu saja berkat pertolongan Tuhan yang selalu diharapkan.
4. Anda masih muda secara umur, masih banyak NHS yang lebih tua dari Anda, bagaimana Anda dapat memimpin mereka? Jawab: Hal ini juga yang membuat saya agak ragu untuk bisa menjalankan tanggung jawab ini secara total, karena secara umur saya masih sangat muda untuk memimpin naposo yang jauh lebih tua dari saya. Namun saya juga pernah men-sharing-kan masalah ini dengan anggota naposo lainnya, dan mereka berkata supaya saya jangan pernah mempermasalahkan hal ini. Setela itu saya banyak dibukakan tentang prinsip pelayanan yang tidak mengenal umur untuk bisa menjalankannya. Saya merasa sangat terdukung oleh teman-teman naposo juga yang mau bersama-sama saya untuk beraktifitas bersama dalam pelayanan. Selain itu mereka juga banyak yang punya hati untuk mau dipimpin tanpa perlakuan yang berbeda secara umur. Saya juga sangat mengharapkan pimpinan Tuhan untuk bisa menjalankannya dengan penuh hikmat dan hati yang bijak, tanpa harus merasa minder.
5. Apa yang akan Anda lakukan kalau ada perselisihan tajam diantara sesama naposo? Jawab: Perselisihan yang terjadi bagaimanapun dapat memecah kebersamaan. Dan mungkin saja hal tersebut bisa terjadi antar naposo. Saya mencoba untuk bisa harmonis dengan semua anggota naposo, dan bisa menghadirkan suasana damai dalam naposo. Perselisihan yang terjadi akan diselesaikan secara baik-baik dan dengan pertolongan teman-teman naposo yang lainnya untuk bisa merasakan permasalahan yang terjadi. Kita bersama-sama berusaha untuk selalu bisa mengerti dan memahami perasaan teman-teman yang lainnya sehingga tercipta keakraban. Mengajak teman-teman juga untuk selalu berdoa pada Tuhan untuk setiap permasalahan dan pergumulan yang terjadi di naposo, sehingga kita semua bisa terus dikuatkan.
6. Adakah rencana dalam program Anda membukakan wadah bertemu kembali alumni NHS yang telah “tercerai-berai” ? Jawab: Sebenarnya ada niat juga untuk bisa mewujudkannya, tapi mungkin tidak secara langsung tertuang dalam program yang sudah ada. Diharapkan bahwa pelaksanaannya nanti bisa berjalan dengan terencana secara matang terlebih dahulu agar semakin banyak naposo yang bisa datang dan bisa kumpul bersama lagi. Doakan saja agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan tentu saja tidak sia-sia. Dan tentu saja semuanya sangat butuh bantuan dari teman-teman naposobulung juga, yang ada sekarang, untuk bisa melakukan semua ini. Tetapi, kalaupun tidak terlaksana dalam kepengurusan ini, mudah-mudahan tetap bisa dilaksanakan di kepengurusan berikutnya.
7. Bagaimana metode pengajakan dan perekrutan anda terhadap NHS yang tidak aktif? Jawab: Tidak ada metode khusus untuk bisa melakukannya. Hanya saja perlu perhatian lebih untuk teman-teman tersebut sehingga mau bersama-sama dengan kami dalam pelayanan ini. Kita perlu untuk selalu mengajaknya tanpa putus asa dan mau mengikutsertakan dia dalam kegiatan yang ada. Tetapi tentu saja dilakukan dengan hati yang tulus, tanpa ada maksud tertentu lainnya yang justru bisa merusak motivasi yang ada. Selain itu juga berusaha membukakan agar kita mengesampingkan permasalahan pribadi agar ajakan yang kita lakukan dan keadaan yang sebenarnya bisa sinkron dan tidak terkesan mengada-ada. Berusaha menciptakan suasana yang hangat, kompak, dan penuh sukacita. Dengan kata lain, kita selalu berusaha menerapkan ‘kasih’ kepada semua orang (naposo) agar orang lain juga merasa terberkati untuk bisa ikut dalam semua pelayanan naposo yang ada.
8. Hubungan seperti apa yang diharapkan Anda antara naposo dengan parhalado, naposo dengan orang tua dan jemaat pada umumnya? Jawab: Harapannya tentu saja bisa terjalin hubungan yang baik diantara semuanya. Segenap naposo bisa mendukung segala program yang dibuat parhalado untuk pelayanan kepada jemaat secara umum, begitu juga seluruh parhalado bisa mendukung dan membina naposo dalam pelaksanan program kepengurusan yang ada. Situasi saling mendukung ini sangat menentukan mutu pelayanan yang ada, sebab semua bagian yang ada di gereja kita ini tidak bisa dipisahkan, sebagai para pelayan yang merupakan satu keluarga (satu tubuh) di dalam Tuhan. Selain itu, hubungan naposo dengan orang tua juga harus semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Hubungan yang baik dengan orang tua juga sangat mempengaruhi pelayanan yang bisa diberikan naposo. Sebab keduanya akan saling menjadi berkat bagi sesama yang lain jika semua bisa merasakan suatu damai sejahtera. Begitu juga hubungan naposo dengan segenap jemaat, harus bisa saling mengisi dalam semua kegiatan pelayanan di gereja ini. Sebab, naposo juga secara tidak langsung bergantung pada keberadaan jemaat sebagai ladang pelayanan kita bersama. Jemaat juga akan merasakan kenyamanan dalam bersekutu dengan semua saudara seiman bila naposo bisa menghadirkan suasana yang menyenangkan dan penuh sukacita.
9. Adakah kemungkinan Anda mundur di tengah pelayanan ini, kalau ada, kondisi apa saja yang dapat menimbulkan hal tersebut? Jawab: Sepertinya tidak ada. Kalau pun ada, tentu dikarenakan kondisi yang telah ditentukan oleh tim formatur, yaitu menikah di saat menjabat dalam kepengurusan ini, atau pun keluar kota untuk melanjutkan studi. Sepertinya tidak ada kondisi lain yang bisa memungkinkan kalau menurut ketentuan yang telah dibuat tadi. Tetapi semua itu bisa terjadi tentu dengan kehendak Tuhan saja. Jika saya bisa melaksanakan tugas pelayanan ini sampai akhir nanti, kita imani bahwa itu karena kemurahan hati Tuhan dan kalau saya mundur di tengah pelayanan, juga karena kehendak Tuhan saja. Tapi kalau secara pribadi, saya tidak ada rencana untuk mundur di tengah pelayanan ini.
10. Apa harapan Anda kondisi naposo setelah Anda selesai periode? Jawab: Setelah selesai periode ini, diharapkan bahwa kondisi naposo bisa semakin kompak, semakin bisa menjadi berkat bagi jemaat dan bisa secara bersama-sama bertumbuh di dalam Tuhan. Intinya, bisa semakin baik dalam segala hal. Tapi tetap butuh kerja sama semua rekan-rekan naposo untuk bisa masing-masing dari kita memberikan yang terbaik demi kemajuan mutu pelayanan kita. Secara eksplisit, tentu sangat diharapkan kalau nanti jumlah naposo bisa semakin berkembang dan menjadi jauh labih banyak dari sekarang. Selain itu juga semakin bisa meningkatkan kualitas pelayanan kita semua, terlebih dalam paduan suara naposobulung HKBP Semper.
11. Bagaimana menurut Anda hubungan pengurus NHS dengan buletin, harus seperti apa? Jawab: Menurut saya, hubungan pengurus naposo dengan buletin sangat baik. Keduanya mampu saling mendukung dalam penyampaian informasi dari dalam ataupun luar gereja. Sebagian redaksi buletin, tentu pernah menjadi pengurus naposo, hal itu juga yang memudahkan tim buletin untuk bisa semakin akrab dengan semua pengurus naposo yang ada sekarang. Sebenarnya, pengurus naposo dan buletin tidak bisa dipisahkan begitu saja sebab keduanya sama-sama saling mengandalkan, hanya bentuk pelayanannya saja yang berbeda. Jadi akan sangat baik jika semua pengurus naposo bisa bekerja sama secara baik dengan buletin, karena kita semua mengadakan pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan saja.
12. Bagaimana hubungan pengurus NHS dengan pengurus Remaja, harus seperti apa? Jawab: Dari kepengurusan-kepengurusan sebelumnya terlihat bahwa hubungan pengurus naposo dengan pengurus remaja juga baik. Walaupun terdapat perbedaan umur yang cukup jauh tetapi tidak menjadi penghalang untuk bisa saling bertukar pikiran, saling menguatkan bahkan bisa bercanda bersama tanpa melihat status dalam kepengurusan, namun tetap saling menghormati. Bahkan banyak anggota remaja dan naposo yang ingin untuk terus bisa mengadakan kegiatan di gereja secara bersama-sama antara naposo dan remaja. Setiap pengurus yang ada dalam naposo dan remaja harus bisa terus bertumbuh bersama tanpa menonjolkan salah satu agar tetap bisa sejalan dalam mengadakan pelayanan di gereja ini.

(Wawancara ini dilakukan oleh Team Buletin Narhasem, dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2007)

Sabtu, 28 Maret 2009

RENUNGAN: MANFAATKAN “TEKNOLOGI INTERNET” MENJADI PUJIAN DAN HORMAT BAGI BAPA DI SORGA


“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan
(Amsal 1:7a)”


Pengantar

Wajibkah anak–anak Tuhan menjadi bagian dari masyarakat Global? Allah telah mempersiapkan Israel sebagai umat pilihanNya. Berdasarkan aturan dan petunjuk Allah yang disampaikan melalui hambaNya maupun yang bisa kita baca melalui kitab Amsal, diharapkan: -Iman khusus Israel hendaknya mempengaruhi hidupnya yang umum. Semua aktivitas, sikap dan tindakan sehari–hari harus di dasari “takut akan Tuhan”. Allah semesta tidak tanggung– tanggung mewujudkan kasih setiaNya terhadap “umat pilihanNYa” itu. Laut Teberau diperintahkan Allah supaya kering agar Israel menyeberang dengan tidak ragu – ragu. Dalam sekejap orang Mesir dan pasukan yang tangkas berkuda, dikacaukanNya. Kereta – kereta Firaun itu dibuatNya oleng dan hanyut dibawa arus. Allah memerintahkan malaikatNya untuk melindungi UmatNya dari bangsa – bangsa asing (Kel 33:2, al:kanaan, Amori, Het, Feris, Hewi dan Yebus). Perlindungan Allah yang hidup, juga mencakup pemeliharaan jasmani, berupa; manna dan burung puyuh, yang memungkinkan umat itu tetap sehat dan kuat selama berada di padang belantara menuju “Tanah Perjanjian” {tanah kanaan, tanah yang subur – yang berlimpah susu dan madunya). Dalam menempuh perjalanan panjang (keluar dari tanah perbudakan Firaun di Mesir memasuki tanah Perjanjian) Allah tidak membiarkan Israel mengalami sakit penyakit akibat cuaca buruk. Siang hari mereka dilindungi dengan tiang awan sehingga terhindar dari sengatan matahari dan tiang api pada malam hari.
Perlindungan dari Allah bukan lagi melulu ditujukan kepada Israel sebagai umat Pilihan, tetapi perjanjian “Kasih Setia Allah” sudah diperbaharui dan semua orang percaya. Terpanggil untuk diselamatkan. Melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib “dosa dunia” dihapuskan maka wajiblah setiap pribadi yang sudah diselamatkan “ikut berperan serta” membawa berita keselamatan hingga ke ujung dunia (mat 28:19-20).
Internet (Interconnected Network) merupakan jaringan (network) komputer yang terdiri dari ribuan jaringan komputer independen yang dihubungkan satu dengan yang lainnya. Jaringan komputer ini dapat terdiri dari lembaga pendidikan, pemerintahan, militer,organisasi bisnis dan organisasi – organisasi lainnya. Internet (nama pendeknya : net) merupakan jaringan komputer yang terbesar didunia. Sebelum tahun 2000, Internet sudah menghubungkan lebih dari 100.000 jaringan komputer dengan pemakai dari 100 juta orang (Jogiyanto Hartono, MBA, Ph.D. Dosen tetap UGM, dalam bukunya: “pengenalan komputer”)
Coba kita bayangkan perbandingan yang bisa dikerjakan melalui “Internet” dengan apa yang bisa dicapai oleh seorang “Pendeta/ Pengkhotbah “ melalui mimbar. Kenyataan ini harus kita akui bahwa : - apapun alasannya dan sesulit apapun tantangan yang akan dihadapi, namau seorang anak yang kesulitan mendapatkan ayat Alkitab dalam bahasa asing, dia bisa mendapatkannya melalui layanan “Internet”. Kemajuan teknologi yang diterima dengan takut akan Tuhan, sudah pasti sangat berarti, tetapi jika dijadikan sebagai alasan untuk menyombongkan diri, maka hal itu sudh merupakan awal kehancuran.

Penjelasan
Yesus datang ke – dunia membawa “pembebasan”. Sadar akan kemurahan Allah, yang sudah kita terima dengan cuma–cuma, mendapat anugerah keselamatan oleh “darah Yesus” dan menjadi pewaris hidup yang kekal, adalah: “kabar baik” yang harus diwartakan. Tugas itu harus kita kerjakan secara bersama–sama.
Kenyataan, bahwa: manusia jatuh ke dalam Lumpur dosa dan sangat rusak. Penduduk bumi kini berada dalam bayang–bayang maut. Ketakutan mengancam ketenangan hati setiap orang (mago pos ni roha, holong lam tu ngalina). Permusuhan, perseteruan ada dimana–mana. Bahaya kelaparan, kemiskinan dan bencana alam, sangat berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi. Rusaknya eko system akibat ulah manusia itu sendiri. Keserakahan menjadikan orang lupa diri. Yang kaya menindas umat yang lemah. Hukum dilecehkan dan keadilan menjadi semu. Paulus mengutip kata–kata pemazmur; tidak ada yang benar seorang pun tidak. Tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna (Roma 3 :10 – 12).
Kepada masyarakat yang demikianlah “berita pembebasan” harus disampaikan. Yang hatinya jauh dari kebenaran. Orang seperti itu selalu dipenuhi rasa cemburu dan iri hati. Melihat orang lain mendapat keberuntungan dia gelisah. Mendengar berita yang baik pun dia tetap curiga. Orang seperti itu tidak pernah dipenuhi hati yang damai, namun demikian “Injil keselamatan” harus disampaikan. Ketidak pedulian terhadap “Hukum dan Peraturan” bukanlah gambaran ke Kristenan yang pantas dari murid Yesus. Karya keselamatan yang ditawarkan Yesus Kristus harus sampai ke ujung dunia. Sampai akhir zaman perintah itu harus kita kerjakan. Berulang kali Ia nyatakan bahwa kedatangan Nya adalah : - mencari dan menyelamatkan orang yang hilang. Ia mengerjakan hak khas Illahi – mengampuni dosa. Hal ini bukan berarti Yesus senang dengan pelaku dosa tetapi sebaliknya tawaran Yesus, “dosamu telah di ampuni” dan jangan berbuat dosa lagi (Yoh 5:14) Mujizat–mujizat penyembuhan dan manisfestasi–manifestasi lainnya menyatakan kuasaNya atas alam, selaku Anak Allah. Yesus memilih 12 orang menjadi muridNya dari antara pengikutNya. Sebelum hari kematianNya di atas kayu salib Ia mendoakan semua pengikutNya, bahkan semua orang percaya oleh pemberitaan mereka kelak(Yoh 17:20). Yesus bangkit dari antara orang mati, naik kesorga dan berjanji akan menyertai semua orang percaya hingga kedatanganNya yang kedua kali. Ia mengutus Roh kudus untuk menghibur, memimpin dan memberi kuasa ( Ks 1 :8). Pelayanan Yesus selama di dunia ini, sepatutnyalah menjadi teladan dalam pelayan kita. Ia mempersembahkan diriNya sebagai Anak Domba Allah yang tidak bercacat, tugasNya tuntas seutuhnya. Dalam mengemban tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita, selaku orang yang sudah diselamatkan, bukan sekadar kagum dan terpesona. Untuk mencapai keberhasilan sebagai murid Tuhan Yesus, paling sedikit harus mau :
Belajar merendahkan hati (bd. Yesus membasuh kaki murid–muridNya Yoh 13:1-11). Mengenal Allah Bapa, sebagai sumber kekuatan yang memampukan Dia memenangkan setiap persoalan yang akan dihadapi dan tidak melarikan diri, dari resiko ang akan dihadapi. Hingga akhir hidupnya Ia menyerahkan nyawaNya kedalam tangan BapaNya, dengan seru kemenangan, sudah selesai!!!!! (Yoh 19:30). Hari raya Paskah, bukan sekedar membicarakan peristiwa sejarah, saat mana Allah bertindak menyelamatkan UmatNya, memimpin Israel keluar dari rumah perbudakan Firaun di tanah Mesir. Peristiwa itu bukan lah sekedar peringatan yang dirayakan secara berulang–ulang. Perayaan Paskah harus kita sadari sebagai “Hari kemenangan Kristus” saat mana “anak–anak yang terhilang dipersatukan dalam naungan kasih Kristus. Sehingga kita menyebut Allah “Bapak” (Rm 8:15 ; Gal 4:6). Mengumumkan berita keselamatan tidak selamanya melalui mimbar. Karya tulis adalah salah satu langkah strategis, sebagai sarana yang “Up to date”.

For the Glory of The Lord
Tiga tahun sudah “Narhasem” berjuang dengan gigih dalam peran sertanya, sebagai: media Informasi, Komunikasi dan Edukasi melengkapi pelayanan di gereja tercinta HKBP Semper. Naposo dan Remaja gereja ktia harus semakin giat memperjuangkan kemajuan “Majalah Narhasem”. Lewat media ini ada banyak tantangan yang bisa kalian kerjakan. Ikut dalam tugas pelayanan sebagai penulis, pembaca, pendistribusian, penyumbang dana dsb adalah bentuk tugas–tugas mulia yang merupakan ungkapan rasa syukurmu terhadap Kristus yang sudah menyelamatkan kamu.
Dirgahayu ke 3 –BULETIN NARHASEM- biarlah karyamu semakin berarti bagi pertumbuhan iman anggota gereja kita. Kehadiranmu yang senantiasa dirindukan kiranya dapat memberikan kesegaran, menambah wawasan dan menambah semangat. Maju terus, pantang menyerah !!!

Penutup
Kemajuan Teknologi harus diterima sebagai karya cerdas yang merupakan karunia Tuhan. Peristiwa banjir yang baru kita alami harus merupakan pelajaran bagi kita. Saat mana Allah menyatakan kebesaranNya: -dengan curah hujan yang lebih baik dari biasanya, sebagian besar wilayah Jakarta tergenang air, sarana komunikasi, listrik dan air bersih, hanya dalam waktu sekejap masyarakat metropolitan kehilangan semua itu. Jika Tuhan mengijinkan alamNya kita pakai maka bersyukurlah. Jika saatnya tiba Yang Maha kuasa, hentikan semua itu, maka kita dapat berkata: kehendakMu–lah yang jadi!!! Banyak kejadian yang tidak mampu diterima akal sebagai manusia ciptaan Allah. Semua itu merupakan pelajaran bagi kita untuk mengerti kehendak Allah. Syaloom !! Tuhan Yesus memberkati !!!….

(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong –Mantan Pendeta HKBP Resort Semper-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2007)

Senin, 23 Maret 2009

ARTIKEL: ORANG KAYA DAN ORANG MISKIN SECARA MATERI, SIAPA YANG DIBERKATI TUHAN

1. Pengantar
Ambisi, kemakmuran dan rasa aman kelihatannya bagaikan perpaduan yang sepadan dengan kesalehan. Akibatnya kemiskinan dipandang sebagai hukuman atas kesalahan atau dosa seseorang. Inilah stereotip lama yang berkembang dan mempengaruhi pola pikir serta sikap umat manusia terhadap realitas sosial yang dijalani. Hal ini terjadi karena pendekatan yang dilakukan seseorang (kelompok) yang tidak komprehensif dalam menelusuri nas-nas Alkitab yang berkenan dengan kekayaan dan kemiskinan.
Persoalannya adalah jika nas-nas Alkitab yang berbicara tentang kekayaan dan kemiskinan ditelusuri dapat menyebabkan kerancuan. Karena, nas tersebut kadang berbicara tentang kemiskinan sebagai kutuk, dan kekayaan sebagai berkat. Tetapi pada bagian lain, kemiskinan dipandang sebagai sebuah “tiket” masuk sorga, dan pada bagian lain kemiskinan dianggap sebagai aib. Kadang kata “miskin” dan “kaya” memiliki makna rohani, tetapi pada teks-teks yang lain menekankan kemiskinan dan kekayaan sebagai suatu realitas yang dapat dirasakan.
Hal seperti ini yang sering diabaikan oleh kelompok orang yang berupaya menggali teks Alkitab dalam menyikapi realitas sosial yang ada. Akibatnya terjadi penerapan makna yang tidak tepat dari suatu teks Alkitab untuk menilai serta menyikapi “kekayaan” dan “kemiskinan”. Untuk itulah lewat tulisan ini, kita akan menelusuri bagaimana sebetulnya konsep yang benar dari Alkitab tentang orang yang “kaya” dan “miskin”. Dengan upaya ini diharapkan kita dapat dengan benar menyikapi realitas kehidupan yang kita lihat dan alami.

2. Miskin dan Kaya sebagai Latar Belakang Sosial Alkitab
Persoalan miskin-kaya merupakan pergumulan yang tidak habis-habisnya sejak zaman penulis Alkitab hingga masa kini, dan para penulis Alkitab tersebut juga memiliki konsep dan pendekatan yang beraneka ragam sesuai dengan konteks masing-masing. Untuk itu perlu meninjau beberapa kosa kata yang berkaitan dengan kaya-miskin.
Dalam Perjanjian Lama ada beberapa kata yang berkaitan dengan orang miskin, antara lain: “ani” artinya orang yang membungkuk, hidup dalam keadaan rendah. Si miskin “ani” bukan berhadapan dengan si kaya, tetapi berhadapan dengan si penindas, pemakai kekerasan, yang menjerumuskan sesamanya ke dalam posisi yang rendah.
Kata yang dekat dengan “ani” adalah “anaw”. Kata ini berkonotasi makna rohani. Si “anaw” adalah orang yang rendah hati, yang merasa dirinya kecil (di hadapan Allah), dan lemah lembut. Kata yang digunakan untuk menyebut kelemahan jasmani dan kemiskinan materi disebut “dal” artinya berada pada posisi yang kurang baik. Di samping itu ada kata “ebyon” menunjuk orang yang berada pada posisi meminta (manusia selaku pengemis).
Kata-kata tersebut menunjuk pada keadaan-keadaan yang membutuhkan perubahan cepat. Dalam Amos 2:6-7 kata-kata tersebut di atas tampil dalam satu kalimat “karena mereka menjual orang benar (tsadiq) untuk uang, dan orang miskin (ebyon) karena sepasang kasut, mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara”. Kalimat ini menunjukkan bagi Amos kemiskinan bukan suatu hal yang netral, dia justru menempatkan si miskin sejajar dengan orang yang adil.
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa kata yang digunakan untuk melukiskan si miskin dan keadaannya. Kata yang paling umum adalah “ptokhos” -sama dengan “ani”- artinya menyelam sampai tidak kelihatan karena ketakutan. Ini menggambarkan tipe orang yang tergantung kepada bantuan dari luar, berserah pada pemberian sesamanya. Ada juga kata “penes” artinya orang yang harus bekerja keras seperti kuda demi bertahan hidup dengan kepala di atas air. Kalau si “ptokhos” tidak memiliki barang apapun, si “penes” harus sangat hemat. Si “penes” adalah orang miskin terhormat, si “ptokhos” hanya dapat mengulurkan tangannya ke atas. Bagi Yesus, justru “ptokhoi” adalah orang yang berbahagia (Mat. 5:3). Yesus menyebut si miskin “ptokhoi” berbahagia: mereka yang tak mengharapkan apa pun lagi dari dirinya sendiri, tidak mengharapkan apa-apa lagi dari kebaikannya, kesalehannya, kekuasaannya, kehormatannya dan kekayaannya. Dia adalah yang merasa sengsara sama sekali dan menyerahkan diri, sebagaimana keadaan mereka kepada Tuhan, Tuhan yang berbelas kasihan. Ketika seseorang melihat hidupnya dalam terang yang diberikan Tuhan Yesus, maka akan hancurlah keangkuhannya di hadapan kehidupan yang suci-murni, utuh dan tiada bercela itu.
Beberapa kosa kata yang dipaparkan di atas sebetulnya belum dapat mengungkapkan dengan jelas soal kemiskinan dan kekayaan. Untuk itulah penting meninjau konteks historis Alkitab. Berdasarkan fakta sejarah literatur Alkitab jelas bahwa bagi bangsa Israel kemiskinan berhubungan erat dengan sistem ekonomi dan struktur masyarakat pada zaman itu. Karena itulah dalam kitab Kejadian khususnya kata “miskin” tidak muncul tetapi istilah “kelaparan” (Kej.12:10; 41:27,31). Sebab, pada zaman para bapa leluhur dipahami harta kekayaan bukan suatu milik pribadi, tetapi kekayaan suku atau keluarga. Hal itu juga dipahami sebagai hasil jerih payah ketaatannya menjalankan peraturan-peraturan yang ditetapkan Allah.
Namun ketika hidup Israel beranjak dari pola hidup nomaden menjadi petani dan mereka bertempat tinggal tetap, hubungan-hubungan kepemilikan menjadi berubah. Kalau sebelumnya perbedaan-perbedaan ekonomis dan kelas-kelas sosial tidak ada karena keluarga satu kesatuan finansial, tetapi kini timbul kelas sosial dan kemiskinan menjadi masalah sosial. Hal ini diakibatkan oleh pemukiman di Kanaan di mana bangsa Israel beralih menjadi petani-petani kecil yang berdiri sendiri, mengelola, mengusahai sebidang tanah untuk dijadikan miliknya sendiri. Masing-masing hidup dari tanah yang diusahainya. Kalau tanah yang diusahainya tidak subur, panen gagal, dia menjadi miskin dan menjual dirinya sendiri serta keluarganya sebagai budak. Jadi persaingan hidup tidak lagi dalam rangka kebersamaan, tetapi mempertahankan dan memperkaya diri sendiri.
Corak hidup seperti ini menyebabkan sendi masyarakat menjadi berubah. Si miskin (tidak memiliki tanah) berhadapan dengan si kaya (pemilik tanah). Timbullah suatu kelompok aristokrasi yang makmur, tetapi di pihak lain rakyat miskin semakin bertambah jumlahnya. Jurang pemisah antara di kaya dan si miskin makin lebar. Dalam Perjanjian Baru pun si kaya sering disebut sebagai suatu golongan. Kritik diarahkan bukan hanya pada orang-orang kaya tertentu, tetapi pada golongan orang kaya yang telah memperkaya diri. Penginjil Lukas dan Yakobus adalah yang paling memberi perhatian terhadap persoalan ini. Lukas melihat bahwa orang kaya adalah petunjuk dari suatu mentalitas tententu dan dinilai negatif. Negatif bagi si miskin yang menjadi korban dari si kaya, tetapi negatif juga bagi si kaya yang menyia-nyiakan kemanusiaan dan komunikasinya dengan Injil (lih. Luk. 6:24; 8:14; 12:15,21-23). Yakobus juga melihat bahwa adanya golongan kaya dan miskin secara materi adalah karena mentalitas kerakusan dan penindasan (Yak. 1:1; 5:1).

3. Miskin-Kaya Secara Materi: Siapa yang diberkati Tuhan?
Dari uraian di atas jelas bahwa kemiskinan tidak timbul dengan sendirinya. Penyebabnya adalah kenyataan sosial ekonomi sudah berubah dan umat Allah masuk sergapan kultur agraris yang individualis, yang tertuju pada kepentingan keluarga. Karena itu kalau kita bertanya: siapakah yang diberkati oleh Tuhan, orang kaya atau orang miskin secara materi?, jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada sikap manusia dalam relasinya dengan harta miliknya dan dengan sesama serta kepada Tuhan. Kekayaan tidak pernah diakui sebagai tanda berkat, apabila kekayaannya ada karena ada orang yang dikorbankan. Dalam kekayaannnya yang demikian, justru kekayaannya menjadi perintang bagi jiwa dan keselamatannya sendiri masuk ke kerajaan Sorga. Contoh konkrit adalah cerita tentang raja Ahab dan Nabot (1 Raj.21). Ketika raja Ahab berkuasa sebagai raja, dia bertindak sewenang-wenang mengambil kebun anggur Nabot dengan menghadirkan saksi palsu untuk menghukum mati Nabot, Allah justru menghukum raja Ahab dan istrinya Isebel. Kekayaan dan kuasa yang dimiliki Nabot bukanlah bukti berkat Tuhan, tetapi buah dari keserakahan, dan kelobaan.
Sebaliknya, Ayub yang taat (saleh) di hadapan Tuhan (Ayb 1), kehilangan segala harta miliknya, anak-anaknya, dan dia tidur beralaskan debu karena penyakit yang dideritanya. Orang-orang pada zaman Ayub yakin akan adanya suatu hukum karma yang ditetapkan Tuhan yang adil. Orang baik dan saleh, orang berhikmat, pasti diganjar Tuhan. Mereka menjadi bahagia, makmur dan sejahtera serta berhasil dalam hidupnya. Sengsara (miskin) dan kemalangan untuk sementara dapat menimpa orang baik, tetapi itu hanya semacam ujian dan pencobaan. Pada akhirnya mereka akan diberkati oleh Tuhan dan menjadi bahagia. Sebaliknya: orang bodoh, jahat dan fasik pasti dihukum. Kalau pun mereka nampaknya bahagia dan sejahtera, namun itu hanya untuk sementara waktu saja dan kebahagiaannya semu belaka.
Pengalaman Ayub menunjukkan bahwa tidak selamanya kemiskinan (kesengsaraan) sebagai hukuman atau sebaliknya kekayaan secara materi sebagai bukti orang diberkati Tuhan. Sebab, nyata-nyata ditunjukkan bahwa Ayub adalah orang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Dengan demikian kategori diberkati oleh Tuhan bukan kepada semua orang kaya. Orang kaya disebut diberkati Tuhan sejauh kekayaannya itu bukan merupakan hasil pemerasan atau yang menyebabkan orang lain menjadi korban. Kekayaannya bukan menjadi penghalang untuk masuk sorga, sebab Alkitab tidak menolak manusia menikmati materi/barang-barang di bumi dalam koridor kejujuran, jauh dari pemerasan, penindasan terhadap sesama manusia.
Pengertian berkat atau diberkati tidak sesederhana memberi secara materi dan fisik. Kata berkat diterjemahkan dari kata “barakh” yang memiliki arti hurufiah memelihara hubungan yang mendalam dan akrab dengan Tuhan dan sesama. Jadi sekalipun seseorang tidak memiliki harta yang melimpah, atau kesuksesan secara materi dalam hidupnya, jika seseorang tetap dalam relasi yang mendalam dan akrab dengan Tuhan dan sesama, orang tersebut juga disebut sebagai orang yang diberkati Tuhan. Sebaliknya, sekalipun bagi seseorang melimpah harta dan kekayaan secara materi, tetapi semuanya diperoleh tanpa memperdulikan relasinya dengan Tuhan dan psinsip keadilan, kejujuran, dan kasih, keadaan tersebut bukanlah tanda hidup yang diberkati oleh Tuhan.
Dengan demikian sukses atau kaya secara materi tidak identik dengan berkat Tuhan, sebaliknya miskin atau sengsara tidak identik dengan kutuk/karma. Sebab, bisa saja orang korupsi, merampas hak milik orang lain sehingga dia kaya. Kalau kita bercermin pada kitab Ayub ternyata iblis juga memiliki kuasa untuk memberi dan mengambil kekayaan seseorang. Demikian juga kesaksian Injil Lukas (Luk.4:1-11), iblis juga menunjukkan bagi pada dirinya ada kuasa untuk memberikan kekuasaan atau kebesaran (kesuksesan) secara melimpah, kalau manusia mau bertekuk lutut di hadapannya.
Demikian juga dengan keadaan miskin, hendaknya tidak serta merta dinilai sebagai akibat dari kutuk Tuhan. Sebab, Kristus juga rela menjadi miskin, mengosongkan diri-Nya dari kemuliaan dan kebesaran-Nya demi keselamatan orang-orang yang dikasihi-Nya (bnd. Flp. 2:6-8). Via Dolorosa (jalan salib) yang ditempuh oleh Yesus untuk menyelamatkan orang berdosa merupakan bukti bahwa kesengsaraan, kegagalan dalam mencapai hal yang dicita-citakan di dunia tidak selamanya karena tindakan kita yang salah atau bertentangan dengan Firman Tuhan. Kemiskinan dan kesengsaraan Yesus justru menjadi berkat bagi orang-orang yang hidupnya dikendalikan oleh egoisme, pembesaran diri. Hal ini merupakan cermin bagi kita dalam melihat dan menyikapi persoalan kaya-miskin. Karena itu, hendaknya orang miskin secara materi tidak salah menempatkan diri seolah-olah dalam kemiskinannya Tuhan akan otomatis memasukkannya ke sorga kelak. Orang yang miskin secara materi, kalau dalam kemiskinannya menjadi tertutup kepada campur tangan Tuhan dan menyerah pada nasib, dia tidak akan mewearisi kerajaan sorga.
Persoalannya adalah, bagaimana agar dalam relasi umat manusia dengan sesama dan Tuhan tidak semata-mata bertolak pada takaran kaya-miskin secara materi? Kuncinya adalah semua orang semestinya hidup dalam azas Kerajaan Allah yakni penyerahan diri secara total kepada kasih dan keadilan Tuhan. Dengan azas ini relasi antarpribadi dan kelompok berlangsung dalam ikatan persaudaraan yang saling memperhatikan, saling mendukung, dan saling menguatkan satu dengan yang lain.

Daftar Pustaka:
A.B. Davidson, The Analitical Hebrew and Chaldes Lexicon, New York: Harper & Row, 1962.
Andar Ismail, Selamat Berkarya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-8, 2001.
J. Verkuyl, Khotbah di Bukit, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. ke-9, 2002.
L. Coenen, The New International Dictionary of New Testament II, Americana: Paternoster Press, 1979.
S.A.E. Nababan, Iman dan Kemiskinan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978.
Wolfgang Stegeman, Injil dan Orang-orang Miskin, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

(Penulis adalah Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Juli 2005)

Jumat, 20 Maret 2009

ARTIKEL: UNTUK APA KITA HIDUP???

A. Pengantar
Hidup adalah satu kata yang amat penting bagi manusia. Sebab, hanya manusia yang hiduplah yang dapat memberikan nuansa dalam kehidupan ini. Bahkan, hampir semua orang rela mengeluarkan banyak biaya agar tetap hidup. Minimal dapat memperpanjang hidupnya. Tetapi apakah kehidupan ini hanya untuk berusia panjang? Tentu tidak. Meskipun berusia panjang, boleh jadi keinginan dari banyak orang. Sebagaimana yang dikatakan Khairil Anwar: “Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Keinginginan untuk dapat menikmati atau menjalani kehidupan ini dalam waktu yang relative lebih lama, tentulah meimiliki maksud dan tujuan. Contohnya, seorang ibu yang menderita leukimia dan divonis oleh dokter yang merawatnya tidak akan berumur panjang. Dia terpukul dan merasa belum siap untuk meninggalkan kehidupan ini, sebab anak-anaknya masih kecil. Si ibu punya alasan dan tujuan. Dia mau merawat dan membesarkan anak-anaknya.
Beraneka ragam tujuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya, meskipun tidak sedikit yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi semua itu, pastilah ada alasannya dan tujuannya. Mempertahankan dan mengakhiri hidup sama-sama punya alasan dan (mungkin) tujuan. Jadi, sulit dimengerti bahwa ada orang yang mengatakan tidak memiliki tujuan hidup. Sebab, ketika dia mengatakan tidak memiliki tujuan hidup sebenarnya diapun sudah memilih tujuan hidupnya. Ya, tujuan hidupnya tidak memiliki hidup (bingung khan ……., sama, ha..ha…). itulah sebabnya, mau tidak mau; setuju atau tidak setuju orang pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing.

B. Makna dan Tujuan Hidup Umat Tuhan
Pada bahagian ini, secara khusus akan digali makna dan tujuan umat Tuhan dari Kitab Suci umat Kristen. Untuk itu, kita akan belajar dari para tokoh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

1. Adam dan Hawa
Setiap agama menyakini bahwa ada kekuatan lain diluar manusia yang membuat atau menjadikan manusia itu ada. Bagi umat Tuhan (orang Kristen), “Kekuatan” yang luar biasa itu disebut TUHAN ALLAH. Dalam bahasa asli Perjanjian Lama Tuhan Allah ini sering disapa dengan nama YHWH atau Elohim. Dialah yang menciptakan manusia. Ada keunikan dalam penciptaan manusia ini. Berbeda dengan ciptaan yang lain, Tuhan Allah memberikan RohNya, yaitu nafas hidup (nefes hayya; Kej.2:7) kepada manusia, barulah manusia hidup. Dari sejak awal penciptaanpun, Allah tidak secara kebetulan dan bukan tanpa maksud ketika menciptakan manusia. Dia menghendaki manusia menguasai (bukan hanya dalam arti mengeksploitasi/menjarah) ciptaan lainnya. Kekuasaan diberikan Tuhan Allah sekaligus tanggung jawab untuk memelihara ciptaan tersebut. Untuk itu, manusia yang diciptakan Allah dengan baik (pada mulanya) harus menunaikan tugas itu sebagai manusia yang utuh. Artinya, unsur manusia yang bukan hanya dari debu tanah harus ada, yaitu ROH ALLAH (neffes hayya = nafas hidup). Idealnya Roh Allah hanya taat kepada Allah. Karena itu, manusia yang dianugerahi Roh Allah harus taat kepada Allah. Tanpa ketaatan tersebut, maka sesungguhnya manusia itu sudah mati, meskipun secara jasmani (mungkin) masih hidup. Manusia itu tidak utuh lagi. Roh Allah sudah meninggalkannya. Inilah yang terjadi pada Adam dan Hawa. Mereka gagal menaati perintah Allah. Maksud dan tujuan hidupnya sudah melenceng. Mereka mati, meskipun masih hidup.

2. Raja Saul
Saul adalah raja pertama bagi umat Tuhan Israel. Tuhan sendiri melalui hambaNya Samuel yang mengangkat Saul menjadi Raja. Awalnya, Saul adalah raja yang baik dan sukses. Bukan hanya dalam pemerintahan tetapi juga dalam ketaatannya kepada Allah. Namun, ketika kekuasaan itu semakin besar, Saulpun besar kepala. Beberapa kali kekudusan dan perintah Allah dilanggarnya (baca I Samuel 13:13-14; I Samuel 15). Saul gagal menjadi seseorang yang memiliki maksud dan tujuan hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah.

3. Raja Daud
Daudlah yang dipilih Tuhan Allah menggantikan Saul yang telah gagal menaati perintah Tuhan. Meskipun sudah diurapi Samuel, Daud tidak langsung menjadi raja. Dia tidak mengadakan kudeta. Dia tidak melakukan kejahatan untuk mempercepat proses pergantian raja; meskipun peluang untuk itu beberapa kali terbuka baginya. Bahkan ketika para pengikutnya meminta ijin kepada Daud untuk membunuh Saul, Daud melarangnya. Ndang jadi lalu tangan tu angka na miniahan ni Jahowa (bnd. I Sam.24:7). Daud menjadi salah satu contoh, tokoh yang memiliki tujuan hidup. Dia memang pernah “jatuh” (dalam peristiwa Betsyeba, istri Uria). Tetapi Daud bertobat dan memohon kemurahan Allah. Nabi Natan yang menegurnya, tidak dianiayanya; meskipun Daud memiliki kuasa untuk melakukannya (mungkin berbeda dengan penguasa pada Zaman ini). Tujuan hidup Daud jelas, tunduk dan taat kepada perintah Allah. Segala kuasa, kekayaan dan kemampuannya tunduk dan taat kepada perintah Allah. Bahkan, ketika Tuhan Allah tidak mengijinkannya membangun Bait Suci; Daudpun tetap taat kepada Allah.

4. Tuhan Yesus
Teladan yang Perfect akan tokoh yang memiliki makna dan tujuan hidup adalah Tuhan Yesus. Semua yang dimilikinya tunduk dalam ketaatan kepada Tuhan Allah. Godaan Iblis akan kebutuhan hidup (batu menjadi roti), kekuasaan (melompat dari bubungan Bait Allah), harta dan kemewahan (semua kerajaan dunia dengan kemegahannya; lebih lengkapnya baca Matius 4:1-11), tidak membuat Tuhan Yesus bergeming dari tujuan hidupnya. Bahkan “kesakitan” yang luar biasa, itupun tidak membuat Tuhan Yesus melupakan tujuan hidupnya. Aktualisasi diriNya jelas. Dia hidup hanya untuk menghidupi perintah Allah. Tuhan Yesus yang bukan hanya Allah tetapi juga manusia seutuhnya telah sampai kepada puncak aktualisasi diriNya. HidupNya adalah merealisasikan kehendak Allah, bukan hanya dalam interaksi dengan BapaNya tetapi juga dalam interaksiNya dengan manusia. Kepastian bagi Tuhan Yesus adalah “hartaNya dan kebahagiaanNya” adalah hidup bersama-sama dengn Allah.
Pengajaran Tuhan Yesus: “Dimana hartamu, maka disitulah hatimu”, patut kita hidupi. Caranya bagaimana? Untuk menyederhanakannya, baiklah kita melihat beberapa kenyataan dalam kehidupan. Lihatlah seseorang yang “doyan” chatting diinternet. Seseorang itu akan tahan selama berjam-jam duduk di Warnet atau didepan komputernya. Luar biasa, bukan? Contoh yang lain, seseorang yang “menggilai” sepakbola, maka dia akan tahan berjam-jam bahkan begadang hanya untuk menyaksikan kesebelasan favoritnya bertanding. Fantastik, bukan? Atau contoh yang lain, seorang pemuda atau pemudi yang betah duduk berlama-lama hanya untuk menunggu kekasih hatinya. Romantis, bukan? Semua contoh itu memperlihatkan bahwa semua yang kita anggap berharga (sesuai dengan versi masing-masing), maka kitapun memberikan hati dan bersungguh-sungguh.

C. Penutup
Pertanyaan kita sekarang, apakah imanmu Sesuatu yang berharga? Bila ya, maka perjalanan hidupmu akan memperlihatkannnya. Ingat kepastiannya, bahwa semua hidup memiliki tujuan. Camkanlah, akhir dari segala tujuan hidup tersebut hanya 2. Pertama: Mati dalam hidup ini dan mati sesudah mati. Kedua: Hidup dalam hidup dan hidup setelah hidup. Janji Krsitus bagi orang beriman tidak ada kematian (baca Yohanes 11:25-26). Aktualisasikanlah dirimu tidak hanya untuk yang fana tetapi yang paling penting adalah untuk yang baka. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yan di Sorga (Matius 5:16). Selamat memiliki Tujuan Hidup Yang Benar

(Penulis adalah Pdt. Lelim Yan Fransher Limbong, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi November 2004)

Kamis, 19 Maret 2009

ARTIKEL: WARGA GEREJA DAN PEMANASAN GLOBAL

Bumi terancam oleh naiknya suhu yang sering disebut pemanasan global (global warming). Pemanasan global diakibatkan oleh kegiatan manusia yang tidak bersahabat dengan alam. Kehadiran manusia di bumi telah menjadi kanker bagi bumi yang sifatnya tetap. Sifatnya tetap yang dimaksud adalah luas dan kelilingnya tidak pernah berubah. Yang berubah adalah jumlah penduduk bumi. Jumlah penduduk yang terus meningkat, jikalau sikap manusia menjadi kanker bagi bumi akan mempercepat bocornya ozon. Bocornya ozon akan menjadikan kiamat bagi bumi.
Sebagai umat yang percaya kepada kebenaran Alkitab, muncul pertanyaan mengapa Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya seperti pasir di pinggir pantai?. Bukankah semakin banyak manusia pada prakteknya menjadi kanker bagi bumi?. Dan, muncul lagi pertanyaan bagaimana dengan kedatangan Yesus yang keduakali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati?. Apakah Yesus datang sebelum atau setelah ozon bocor?. Apakah kebocoran ozon menjadi hari kiamat?. Pertanyaan ini layak dikaji secara mendalam para Teolog kontemporer.
Apapun jawaban pertanyaan ini, yang penting bagi anak-anak Tuhan adalah menuruti perintah Tuhan untuk setia dengan Firman Tuhan sampai maranata. Sebagai pertanggungjawaban iman kita dapat melakukan langkah-langkah praktis untuk meyelamatkan bumi. Jikalau seluruh umat percaya tidak termasuk manusia yang menjadi kanker bagi bumi tetapi berperilaku bersahabat dengan bumi, maka dapat berpengaruh yang significant. Bersahabat yang dimaksud adalah melaksanakan seluruh aktivitas yang bersahabat dengan bumi.
Bersahabat dengan bumi dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, gereja, di tempat kita bekerja bahkan mempengaruhi kebijakan nasional dan internasional agar seluruh aktivitas umat manusia bersahabat dengan alam. Dengan istilah yang lazim disebut pembangunan yang berbasis ekologi.
Perilaku pribadi itu dimulai dari membuat jendela rumah yang besar sehingga cahaya matahari masuk ke dalam rumah, sehingga sehat, murah, dan mengurangi pemakaian listrik. Kita harus sadar bahwa listrik kita masih digerakkan oleh solar. Rumah kita juga harus hemat energi seperti menghabiskan makanan karena akan mengurangi sampah. Bangun pagi membersihkan badan dengan air secukupnya, dan menggosok gigi yang benar dengan air secukupnya. Selain hemat air, kita juga harus menggunakan sabun, pasta gigi, shampoo secukupnya, sehingga seluruh aktivitas kita ramah lingkungan.
Jikalau semua masyarakat memikirkan masa depan bumi seperti menggunakan listrik yang hemat energi( tahan lama, kantong yang sehat), dapur yang ramah lingkungan, mencuci pakaian, mencintai produk local, memilih makanan dengan pertimbangan kesehatan dan gizi (tidak berdasarkan gengsi), membuka lapangan kerja bagi masyarakat local, memilih kulkas yang hemat energi, tidak lupa mematikan alat-alat elektronik (tv, radio) dan lain sebagainya, tidaklah layak disebut manusia kanker bagi bumi.
Tetapi faktanya, Gereja sebagai lembaga pengawas moral justru paling boros energi dan perilaku jemaat tidak ramah lingkungan. Warga Gereja terjebak dengan hedonisme. Lihat saja, dimana ada arsitektur Gereja yang mengandalkan cahaya matahari?. Sangat sedikit Gereja yang tidak mengandalkan listrik di setiap kegiatan. Dan, kesadaran pengurus Gereja untuk memadamkan lampu yang tidak digunakan masih rendah. Berapa banyak Gereja mempertimbangkan ramah lingkungan dalam setiap kegiatan?. Mulai dari pemilihan kertas, mengurangi pernak-pernik yang merusak kelestarian alam? Setuju atau tidak, Gereja di negeri ini belum memasukkan ramah lingkungan dalam setiap kegiatan. Mulai dari memilih lokasi Gereja hingga tempat parkir. Ada Gereja yang menggunakan halaman Gereja untuk lahan parkir hingga jemaat tidak bisa lewat atau mengganggu aktivitas jemaat lain.
Perilaku jemaat setali tiga uang. Di pintu Gereja dengan asyik mengobrol dengan jemaat lain tanpa mempertimbangkan bahwa ada jemaat lain yang berdesak-desakan. Di pintu masuk Gereja yang langsung menuju jalan raya menimbulkan kemacetan. Pengurus kehilangan akal untuk mengatasi macet karena jemaat tidak menyebar untuk memperluas area. Pokoknya, jemaat tidak peduli dengan yang lain. Jemaat hanya peduli dengan dirinya. Naik angkutan umum secara sembarangan, menghentikan taxi sembarangan (bahkan ditengah jalan raya) sehingga menimbulkan macet dan lain sebagainya. Bukankah kehadiran kita harus menyenangkan orang lain? Tidakkah hal semacam ini menunjukkan bahwa jemaat hanya peduli dengan kepentingannya?
Firman Tuhan berkata, setialah dengan perkara kecil maka akan dipercayakan perkara yang besar. Oleh sebab itu, kita harus mulai dari perkara yang kecil yang dimulai dari sikap hemat, bertindak dengan tidak mengganggu orang lain. Ketika Anda “ngotot” melawan pengumuman agar tidak parker di halaman Gereja menunjukkan keangkuhan itu. Ketika Anda tidak peduli dengan pemanasan global, mungkin juga hal itu bagian dari keangkuhan juga. Dengan kata lain, keangkuhan itu menunjukkan Anda kanker bagi bumi.
Garam dan menjadi terang, itulah Firman Tuhan. Hidup dengan gaya hidup (life style) yang mencerminkan garam dan terang haruslah pionir untuk menyelamtakan masa depan bumi. Dengan demikian, kita bertanggungjawab atas bumi.

(Penulis adalah Gurgur Manurung, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2007)

Senin, 16 Maret 2009

ARTIKEL: YESUS KRISTUS SEBAGAI MANUSIA

Sepanjang sejarah kekristenan terjadi perdebatan tentang Allah yang menjadi manusia atau sebaliknya manusia yang disebut sebagai Allah. Perdebatan itu terdapat dalam pribadi Yesus Kristus. Bagaimana mungkin Allah bisa menjadi manusia, bukankah itu “menurunkan” derajat Allah. Atau bagaimana mungkin manusia bisa menjadi Allah bukankah itu menjadi sebuah “penghinaan” bagi Allah. Pola berpikir seperti ini merupakan suatu yang wajar dan realistis. Allah adalah suatu “rahasia”, Ia melewati batas akal budi kita, perasaan kita, keinginan kita dan kemampuan kita. Karena Allah adalah suatu rahasia maka kita ingin meneliti rahasia itu? Tentunya, sesuai dengan bingkai Alkitab.

1. Pemahaman Manusia Tentang Allah
a. Allah Yang “Jauh”
Banyak agama yang mengajarkan bahwa Allah dipandang atau diakui berada di tempat kudus atau di sorga sehingga Allah sulit sekali untuk dicapai sehingga manusia tidak memiliki hubungan apapun dengan Allah. Akibatnya manusia berpegang pada kitab yang memuat perintahNya atau pada seorang guru yang dianggap utusan Allah atau kepada suatu agama yang diturunkan” oleh Allah. Bagi agama yang demikian Allah dianggap tetap menjadi Allah yang jauh di dalam kekekalanNya.
Ajaran ini mengakui bahwa Tuhan Allah Yang Mahatinggi, Yang Maha Kuasa dan Maha Adil adalah yang transenden, yang menjadikan dunia dan segala isinya serta mengadilinya. Jadi hubungan antara Allah dengan manusia digambarkan sebagai hubungan antara raja dan hamba-hambaNya yang hina.

b. Allah Yang “Dekat”
Banyak agama yang mengajarkan bahwa Allah berada dekat dengan umatNya karena Allah yang sengaja “diciptakan” untuk mereka. Misalnya dengan membuat patung yang bisa mereka sembah. Di sini, manusia seakan-akan mengikatkan dirinya kepada keinginan dan cita-citanya sendiri karena manusia berusaha untuk mengikat Allah kepada kemauan manusia itu sendiri.
Pemahaman tentang Allah ada dimana-mana sama seperti api berada di dalam kayu yang dibakarnya. Di sini Allah bukannya jauh dari manusia melainkan begitu sehingga tiada lagi perbedaan antara manusia dengan Allah. Manusia pada hakekatnya adalah Allah sendiri sehingga tiada perbedaan antara yang disembah dan yang menyembah.

2. Allah Yang Menjadi Manusia
Apabila dikatakan Allah menjadi manusia maka sulit untuk diterima oleh akal manusia. Pikiran Allah bukanlah pikiran manusia dan jalan Allah bukanlah jalan manusia (Yes.55:8-9). Sebab Aku ini adalah Allah (Hos.11:9). Jadi, bagaimanapun dalamnya pemahaman agama-agama tentang Allah atau bagaimanapun pemahaman manusia tentang Allah, tetapi Alkitab memberitakan kepada kita sesuatu yang berbeda. Perbedaan itu sesuatu yang tidak terbayangkan sehingga tidak pernah ada dalam benak manusia (I Kor.2:9). Bahwa Allah telah menyatakan Diri dalam Yesus orang Nazaret dan menjadi manusia sama seperti kita (namun Ia tetap Tuhan). Yesus Kristus telah menjadi sama dengan kita kecuali di dalam dosa. Ia turut merasakan segala kelemahan kita, sama seperti kita Ia telah dicobai di dalam segala perkara (Ibrani.4:15). Oleh Yesus Kristus maka kita dapat memberanikan diri untuk langsung menghampiri tahta Allah (Ibrani.4:16). Allah bukanlah Allah yang “jauh” yang sulit untuk dicapai tetapi juga bukanlah Allah yang “dekat” karena kita ciptakan sendiri. Ia sendiri telah datang ke dunia ini sehingga kita boleh hidup dalam persekutuan langsung dengan Dia. Dalam Yesus maka Allah telah datang kepada manusia. Di dalam Yesus maka Allah telah memberikan Diri sendiri kepada manusia. Di dalam Yesus maka Allah telah mengaruniakan segala-galanya untuk manusia. Allah tidak hanya berfirman tentang hakikatNya, sifatNya, tuntutanNya dan kehendakNya tetapi firman itu telah menjadi “daging” artinya telah menjadi manusia dalam kedatangan Yesus Kristus. Di dalam Yesus maka Allah bertemu dengan manusia dan bukan manusia yang menjumpai Allah.

3. Allah Yang Menyatakan Diri
Semua agama mengakui adanya Allah. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah Allah yang mana? Haruslah kita tegas untuk mengatakan bahwa Allah yang kita percayai adalah Allah yang menyatakan diri di dalam Yesus Kristus. Artinya, kita tidak lagi hanya berkata tentang Allah yang kekal dan berada di sorga.
Allah hanya dapat dikenal oleh dan dengan perantaraan Allah sendiri. Dengan kata lain, kita hanya dapat mengenal Allah hanya karena Dia menyatakan diri. Allah menyatakan diri dalam:
a. PerbuatanNya.
Kita tidak hanya mengenal Allah yang “jauh” karena keberadaanNya di sorga tetapi Allah yang berbuat dan bertindak. TindakanNya untuk datang & berkenan menjadi manusia supaya kita bisa mengenal Dia. Dia berbuat selama hidupNya untuk menolong manusia bahkan sampai mempersembahkan DiriNya di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Perbuatan itu ditujukan kepada manusia dan dunia.
b. KasihNya.
Allah menyatakan diri sebagai manusia karena kasihNya. Ia menciptakan hubungan antara Dia dengan manusia karena kasihNya. Kasihnya bukanlah suatu pengertian yang statis melainkan suatu realita yang dinamis: Allah adalah yang mengasihi.
c. KedaulatanNya.
Allah menyatakan diri sebagai manusia dan rela mati untuk menebus dosa kita karena kedaulatanNya. Sebab Ia adalah Allah maka Ia berdaulat untuk berbuat dan menyatakan kasihNya. Ia tidak terikat kepada pandangan-pandangan kita, pikiran kita tentang “kasih” karena Dia berdaulat untuk menyatakannya.
Dengan demikian Allah menyatakan diri kepada kita untuk menyampaikan kasihNya; untuk menunjukkan perbuatanNya yang mengherankan dan supaya kita memahami kedulatanNya.

4. Keilahian Dan Kemanusiaan Yesus
Sebuah pertanyaan yang sering kita dengarkan adalah bagimana pada Pribadi Yesus terdapat sifat Allah dan sifat manusia. Ketika menjadi manusia, apakah sifat keilahiaanNya hilang? Atau bagaimana untuk menjelaskan ketika Allah merasakan sifat manusia yang lapar, haus, menangis atau berduka, menderita dan dicobai? Bukankah hal seperti itu hanya bisa dialami manusia yang fana ini?
Di dalam keesaan PribadiNya maka Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. KeilahianNya dan kemanusiaanNya tidak boleh dipandang sebagai dua tingkatan yang berbeda. KemanusiaanNya bukanlah suatu cara berada yang lebih rendah dan menganggap keilahianNya menjadi lebih tinggi. Kemanusiaan Yesus tidak dipandang sebagai suatu “selubung” saja dan keilahianNya tidak dipandang hanya “roh”Nya saja. Atau dengan kata lain KemanusiaanNya bukan dalam keadaan semu saja sehingga hanya keilahianNya yang lebih penting. Tapi kemanusiaan dan keilahian menyatu dan tidak terpisahkan dalam satu Pribadi Yesus. Dalam Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah. Di dalam keesaan Yesus merangkap kedua “tabiat” itu.
Di dalam kedua tabiat ini, kita bisa memahami karya Yesus Kristus untuk dunia ini. Ia telah datang untuk melaksanakan karya penebusan yaitu perdamaian antara Allah dengan manusia. Oleh karena Dia sungguh-sungguh Allah maka Ia sanggup untuk memperdamaikan manusia dengan Allah. Oleh karena Ia sungguh-sungguh manusia maka perdamaian itu benar-benar diperuntukkan bagi manusia. Artinya Ia satu dengan Allah dan juga satu dengan manusia.

(Penulis adalah Pdt. N.H. Pakpahan, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi September 2004)

Sabtu, 14 Maret 2009

ARTIKEL: BAGAIMANA MEMERANGI OKKULTISME DI TANAH BATAK

I. "Okkultisme" adalah ilmu pengetahuan tentang kuasa-kuasa gelap. Praktek 'Okkultisme' belakangan ini semakin banyak dipraktekkan orang, bukan saja dari kalangan orang-orang atau masyarakat yang tertinggal, terasing dan terbelakang di pedesaan yang kurang pendidikan dan pengetahuan akan agama/kepercayaan (iman). Tetapi juga sudah masuk dari kalangan masyarakat yang ber 'label’ modern, berpangkat, intelektual (berpendidikan tinggi) dan tinggal di kota-kota besar hingga metropolitan.
Sebenarnya praktek-praktek Okkultisme sudah berumur sangat tua, sejak manusia pertama Adam dan Hawa sudah diciptakan Allah, manusia sudah cenderung mempercayai adanya kuasa-kuasa gelap, di luar dari pribadi Allah. Keinginan serta kemauan manusia pertama itu untuk mendengar suara - suara lain di luar dari suara Allah yakni bisikan dan suara iblis merupakan benih-benih awal dari segala sesuatunya yang membawa manusia kepada praktek kuasa - kuasa gelap (Yer. 17 : 5-6 "Beginilah firman Tuhan: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! la akan seperti semak hulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik.....". Kenapa hal itu harus terjadi pada orang percaya (di kalangan masyarakat Batak) ? Hal itu terjadi karena adanya ketidak-puasan manusia terhadap 'pemerintahan’ Allah atas diri manusia itu sendiri. Dan itulah sebenarnya permulaan segala bentuk praktek okkultisme dalam kehidupan manusia yakni adanya ketidak-puasan manusia terhadap pemberian Allah dalam dirinya sehingga mencari kepuasan itu dari luar diri Allah. Iblis menawarkan segala kepuasan yang diinginkan oleh manusia itu dengan cara yang sangat menarik dan menggiurkan, yang sebenarnya hanyalah penipuan belaka. Manusia terperdaya oleh tipuan iblis dan melakukan apa yang dikehendakinya......... itulah Okkultisme. Mengapa banyak manusia yang tertipu ? ? ? karena manusia selalu melihat apa yang di depan mata (1 Samuel 16 : 7), padahal mata sangat krusial karena mata kita menunjukkan siapa yang ada di hati kita (Matius 6 : 22-23), sebab kalau bicara soal penampilan...iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang (2 Korintus 11 : 14).

Praktek-praktek seperti ini senantiasa dilakukan oleh berbagai kalangan manusia sepanjang jaman dan peradaban manusia. Dari sejak awal kehidupan pun manusia sudah mulai mencari berbagai kuasa dan kekuatan dari dalam alam semesta dan isinya ; manusia mencari kekuatan dari benda-henda hidup, benda-benda mati, pohon, batu-batuan, angin, makhluk-makhluk halus, roh, arwah, binatang dan organ-organ tubuh yang dimilikinya (misalnya; kumis atau bulu harimau, kuku atau taring binatang buas, dan lain-lain Sekali lagi, hal ini terjadi karena ketidak-puasan manusia terhadap peranan "sembahannya" sehingga mencarinya kepada unsur-unsur lain yang dianggap dan dipercayai mampu memberinya. Hal seperti ini hampir terjadi dalam segala generasi kehidupan manusia hingga sekarang. Masyarakat Kristen Batak, sebagai bahagian dari masyarakat dunia juga tidak luput dari kebiasaan manusia pada umumnya sebagaimana diuraikan di atas. Tidak heran apabila di tengah-tengah kehidupan masyarakat Kristen Batak juga kita temukan berbagai-bagai praktek okkultisme sejak dari jaman sebelum menjadi Kristen hingga sekarang sesudah keKristenan berumur 142 tahun di tanah Batak. Yang menjadi persoalan sekarang ada dua, yakni :
• Kenapa praktek-praktek okkultisme seperti itu masih juga berlanjut saat mereka sudah 'berpindah' dari alam kekafiran (hasipelebeguon) kepada alam yang baru dalam lingkaran (sphere) kasih Allah yang kita sebut dengan “keselamatan”
• Kenapa para pengguna 'jasa’ okkultisme ini tidak menakuti akibat-akibat yang sangat berbahaya dari keterlibatan dan penggunaan jasa perdukunan ini ? Benar, bahwa perbuatan-perbuatan seperti itu sudah sangat berkurang dalam jaman sekarang ini dan hanya dilakukan oleh 'segelintir' orang-orang tertentu saja. Namun, yang segelintir ini pun menjadi virus dosa yang tidak tanggung-tanggung menjerumuskan yang lain untuk berbuat dosa karena sudah terbukti dilakukan oleh hampir semua lapisan masyarakat; baik di pedesaan, pelosok terpencil, maupun di kota-kota besar dan maju; (baik oleh kalangan biasa, tidak berpendidikan, maupun mereka yang menyebut dirinya kaum terpelajar dan intelektual). Maka hal ini tidak boleh tidak harus menjadi pokok perhatian yang sangat serius bagi kita (secara kolektif masyarakat Batak yang sudah Kristen). Selain itu kita harus menyadari besarnya pukulan dan bahaya yang ditimbulkan oleh keterlibatan dengan okkultisme ini, bukan saja bagi pertumbuhan iman dan hidup rohani, tetapi juga terhadap hidup sehari-hari para penggunanya. Semua ini, 'membangunkan’ kesadaran kita. Artinya, kita tidak mungkin lagi menutup mata terhadap kenyataan ini bahwa banyak dari warga jemaat Gereja kita yang terpengaruh mengikuti praktek-praktek okkultisme ini, dan akibatnya sangat fatal dan berbahaya sekali bagi kelangsungan pertumbuhan iman dan kepercayaan.

II. Pandangan mengenai dunia Okkultisme dan Magic
1. Dunia Okkultisme
Istilah 'occultisme' berasal dari bahasa Inggris: 'occult' artinya gelap, tersembunyi atau tidak nampak oleh mata, gaib, rahasia, tersembunyi dari pandangan manusia, misteri magic. Okkultisme adalah suatu kepercayaan atau 'agama' yang mempercayai adanya kekuatan gaib yang tersembunyi dalam bentuk benda atau roh, tetapi kepercayaan atau 'agama' yang tidak mempunyai institusi atau lembaga tertentu; terdapat di mana-mana dan memikat banyak orang baik, orang modern maupun yang tidak modern. Kepercayaan atau 'agama' klassik ini merajalela di semua pelosok bumi. Orang atau masyarakat yang mempercayai "Okkuoltisme" ini yakni bahwa di dalam benda-benda atau unsur-unsur tertentu seperti benda seni (alat-alat musik, hentakan-hentakan musik, dll), budaya (misalnya dalam ritus-ritus adat dan benda-benda pusaka), binatang-binatang bertuah, roh-roh (arwah orang yang sudah meninggal dunia), kata-kata atau petuah orang-orang yang dihormati, dalam tumbuhan tertentu, tenaga atau kuasa-kuasa supranatural yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Daya - daya ini dapat digunakan dalam bentuk seperti jimat, penjaga rumah, penjaga daging, pelaris, pitonggam, tabas atau mantera dll. Okkultisme (kuasa gelap) demikian besar rahasianya sehingga serba gelap dan sembunyi-sembunyi; tidak ada yang menggunakannya terang-terangan: dicari dengan berbisik-bisik dari orang yang satu ke yang lain, digunakan dengan gelap (disimpan di kantong, di dalam gigi, cincin yang dilobangi, pada ikat pinggang, hingga sebahagian orang ada juga yang memasukkannya ke dalam tubuh melalui berbagai cara tradisional. Hampir semua pengguna jasa okkultisme ini tidak suka ketahuan memakai benda-benda ini. Namun yang pasti, sadar atau tidak sadar mereka telah "menduakan" Allah.

2. Dunia Magic
Kata 'magic' (sihir) itu asalnya dari kata Persia 'maga’ yang berarti imam. Aneh sekali, bahwa di dalam agama Zarathustra yang memakai kata itu mula-mula untuk imam, menjalankan sihir termasuk perbuatan yang tidak baik. Namun kata magic itu justru mendapat arti ilmu sihir. Di dalam agama primitif pengertian 'magic' itu lebih luas artinya dari pada 'sihir'. Apa yang kita katakan 'magic' di dalam agama primitif adalah suatu cara berpikir dan suatu cara hidup, yang mempunyai arti lebih tinggi daripada apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir sebagai perseorangan. Komunitas orang yang menjalankan magic atau yang percaya kepada magic, mendasarkan pendapatnya kepada 2 (dua) buah pendapat, yaitu :
- Bahwa dunia ini penuh dengan daya-daya gaib, serupa dengan apa yang dimaksud oleh orang modern dengan daya-daya alam.
- Bahwa daya-daya gaib itu dapat digunakan.

Lagi pula hal yang bercorak khas pada magic ialah bahwa orang mengira dapat menguasai atau menggunakan daya-daya gaib tadi tidak dengan rasio atau akal budi, melainkan dengan alat-alat di luar akal budi (irasional). Manusia modern berusaha mengusai dan menggunakan daya-daya itu dengan tehniknya. Sikap hidup magic berarti suatu perlawanan manusia terhadap kekuasaan-kekuasaan yang idjumpainya. Manuisa tidak tunduk kepada kekuatan yang dijumpainya, tetapi berdaya upaya menaklukkannya. Berhubungan erat dengan hal menjalankan magic itu adalah kepercayaan bahwa dunia itu dikuasai oleh daya-daya kekuatan, yang lebih kurang seimbang keadaannya.

III. Praktek Okkultisme Menurut Pemberitaan Alkitab dan Masyarakat Batak, serta Akibat dan Efeknya
1. Menurut Pemberitaan Alkitab
Ada pun praktek dan jenis kuasa kegelapan yang senantiasa dipraktekan orang-orang bebal menurut pengungkapan Alkitab, antara lain sbb:
a. Berdasarkan Keluaran 23 : 24 kita temukan praktek okkultisme, antara lain :
- Membuat patung-patung berhala.
- Tugu-tugu berhala.
b. Berdasarkan Imamat 19:31 kita temukan praktek okkultisme, antara lain:
- Mempercayai dan berpaling pada arwah orang mati.
- Berpaling kepada roh-roh peramal,
c. Berdasarkan Ulangan 18 : 10-11 kita temukan praktek okkultisme, antara lain :
- Mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api.
- Seorang yang menjadi petenung, peramal, penyihir, pemantera.
- Seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal.
- Meminta petunjuk kepada orang mati.
d. Berdasarkan Yehezkiel 13 : 17-23 kita temukan praktek okkultisme, antara lain :
- Bernubuat sesuka hati
- Perdukunan (dukun laki-laki atau perempuan)
- Menggunakan tali-tali pengikat, seperti : bonang manolu
- Menggunakan benda-benda jimat pada tangan dan kepala
- Mengenakan selubung di kepala dengan tujuan menangkap jiwa orang.
e. Berdasarkan Mika 5 : 11-14 kita temukan praktek okkultisme, antara lain - Menggunakan alat-alat sihir.
- Meramal
- Berupa patung-patung dan tugu-tugu berhala, dan menyembah buatan tangan.
f. Berdasarkan 2 Tawarikh 33 : 1-9 Raja Manasye mempraktekkan berbagai jenis _ okkultisme, antara lain :
- Bukit-bukit pengorbanan.
- Membangun mezbah-mezbah untuk para Baal.
- Membuat patung-patung Asyera dan sujud menyembah dan beribadah kepada segenap tentara langit.
- Mendirikan mezbah di rumah Tuhan, walaupun Tuhan melarangnya.
- Mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api di Lebak Ben- Hinom.
- Melakukan ramal, telaah, sihir dan menghubungi para pemanggil roh peramal.
- Menaruh patung berhala di rumah Allah.

2. Menurut Masyarakat Batak
Perlu ditegaskan bahwa upacara yang menyangkut adat Batak tidak serta-merta secara otomatis dianggap sebagai sesuatu kekafiran, tetapi kita (masyarakat Kristen Batak) harus ingat bahwa di dalam upacara atau seremoni Adat Batak bisa saja terjadi praktek okkultisme, antara lain :
- Meminta berkat dari orang yang meninggal dunia sambil menari/manotor di sekeliling mayat. Metiarinianotor di sekeliling mayat tidak terlalu menjadi masalah bagi iman Kristen, sebab itu menyangkut budaya dan tradisi Batak yang perlu dilestarikan. Namun, jangan sekali-kali meminta berkat? dari orang yang meninggal dunia...... ..itulah yang disebut okkultisme!!!
- Sijagaron, terbuat dari bermacam-macam dedaunan hijau, daun kering, padi, kemiri, dll. Semua unsur-unsur ini merupakan ‘simbol’ atau "perlambang'. Sijagaron menggambarkan bahwa orang yang meninggal dunia itu adalah seorang yang gigih, setia, penuh perjuangan dan tahan menderita, menurunkan generasi baru yang berdedikasi pada masyarakat. Jika pemahaman seperti ini ada pada kita, sijagaron akan terhindar dari okkultisme. Tetapi, jika sijagaron diartikan sebagai tempat bersemayamnya roh-roh dari orang yang meninggal dunia maka jelas…. Itu merupakan praktek okkultisme!!!
- Marsuap di kuburan. Praktek "cuci muka' atau "marsuap' di kuburan bagi masyarakat Batak, banyak disorot kalangan tertentu. Mereka mencap praktek ini okkultisme murni, apabila pemahaman orang yang melakukan upacara itu hanya sekedar menjauhkan roh-roh orang yang meninggal dunia itu dari kehidupan orang yang masih hidup, agar tidak ada lagi pertemuan atau perjumpaan antara roh atau begu, sumangot, sahala daripada yang meninggal dunia itu dengan anggota keluarga dan turunannya yang masih hidup. Jika memang demikian arti dan pemahaman kita tentang marsuap di kuburan, maka praktek demikian akan jatuh kepada okkultisme.
- Penggalian Tulang-belulang atau mangokal holi. Dalam upacara penggalian tulang-belulang ini masyarakat Batak juga sering teperangkap melakukan okkultisme, saat tulang-belulang telah ditemukan : ada diantara keluarga yang spontan mengatakan "Horas ma hita... "Nunga dapot be saring-saring ni Omputa", ada dari antara keluarga yang menghormati tulang-belulang dengan cara "menyembah" (Maniuk), ada yang berbicara dan berkomunikasi dengan tulang-belulang, bahkan ada yang mencium (setelah dibersihkan). Dan yang ini adalah pengalaman penulis, setelah ditemukan tulang-belulang itu ada terjadi keribuatan di antara keluarga Karen saling memperebutkan "gigi ipon ompungnya" karena giginya terbuat dari mas murni, sehingga keturunan saling berebut karena dipahami akan memberi berkat....Supaya tegas, semua perbuatan-perbuatan tadi adalah sisa-sisa kepercayaan lama dan merupakan bagian dari okkultisme.
- Meminta "kesembuhan’ melalui jasa perdukunan. Pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa mereka sembuh setelah berobat ke dukun (mandi ramuan, mandi jeruk purut, jamu-jamu khusus, mengoleskan minyak, dll). Benarkah dukun yang menyembuhkan ??? ini juga merupakan praktek okkultisme.
- Meminta "kekebalan tubuh’ kepada pengguna jasa ini diberi dukun berbagai jenis jimat yakni: benda-benda yang telah diisi dengan kuasa atau tenaga, tahan pukul, tahan tembak, tahan tikam, tahan guna-guna, tahan racun, dll. Biasanya dipakai pada tubuh; dililitkan pada pinggang, dimasukkan di dalam ikat pinggang, pada gigi yang sengaja dilobangi amat kecil, pada batu cincin, pada pergelangan tangan, dililitkan pada leher seperti kalung, dll.
- Meminta "Penjaga rumah dari penjahat/pencuri;, Pelaris usaha dagang untuk memikat hati pembeli, Pitonggam untuk memiliki kuasa dan wibawa jika berbicara, Pemanis dorma digunakan untuk memikat hati lawan jenis, ada juga yang melakukan dampol tongosan, seorang yang sakit tidak perlu dibawa ke dukunnya cukup hanya memberi informasi tentang yang sakit selanjutnya dukun akan memberi "terapi pengobatan' dari jarak jauh... ini juga merupakan praktek okkultisme!!!
- Pengguna jimat. Ini memiliki banyak ragam dan bentuk. Segala macam dapat dibuat orang menjadi jimat. Jimat bukan hanya berupa benda atau materi tetapi juga kata-kata, syair-syair lagu, air, dll....... Inilah macam ragam praktek okkultisme!!!
- Sebahagian orang Batak ada juga yang mempercayai 'begu roh-roh'. Begitu juga kepercayaan terhadap 'sahala m daompung' yang dipercayai dapat memberikan daya, wibawa dan kekuatan yang memberikan seseorang keberanian, kecakapan, kekuasaan, kekayaan dll, sahala bisa melimpahkan tuah bagi osang lain. Ada juga kepercayaan terhadap 'sumangot ni daompung' dianggap dapat memberi kesehatan, kesejahteraan, berkat, rejeki, panen yang melimpah ruah.

3. Akibat dan Efeknya
Akibat penggunaan okkultisme sangat fatal bagi kehidupan manusia, antara lain :
- Hidup kita berjalan semakin jauh dari Tuhan
- Mudah letih lesu atau frustasi
- Tidak memiliki harapan akan masa depan
- Merasa takut dan gentar atau rasa minder
- Tidak takut kepada Tuhan
- Munafik (berbuat salah tapi tidak bermanfaat)
- Doanya tidak didengar Tuhan

Efek pengguna okkultisme, antara lain :
- Allah murka kepada pengguna okkultisme
- Allah akan menghajar mereka
- Allah akan menyembunyikan ajah-Nya
- Tidak ada damai dan kebahagiaan
- Hati, jiwa dan hidupnya tidak pernah tenang atau tentram
- Jadi "sampah' dan lumpur kotor di hadapan Tuhan

IV Cara Memerangi dan Menanggulanginya
Inilah yang paling jelas kita temukan dalam semua permainan okkultisme: adanya rayuan, godaan, dan bujukan iblis. Rayuan iblis berlangsung dalam berbagai segi kehidupan manusia; upacara adat, benda-benda kuasa kegelapan, kepercayaan akan roh-roh, pelaris, pemanis, kekebalan badan, dll. Iblis merayu dan menipu manusia bahwa bila manusia menggunakan jasa baiknya pasti dia akan memperoleh sesuatu yang menggiurkan bagi dirinya. Tanpa banyak pikir, orang Kristen (masyarakat Batak) mudah teperangkap ke dalam cengkeraman godaan iblis. Sambil merayu dan membujuk, iblis juga membohongi manusia. Ini pun tak perlu lagi diragukan, sebab iblis adalah ‘bapakpembohong’ (Yuhanes 8 : 44). Iblis berjanji akan memberi sesuatu pada manusia yang sama sekali tidak mungkin diberikannya. Hal ini jelas sekali pada pengalaman Tuhan Yesus (Matius 4). Dalam peristiwa pencobaan yang dialami Yesus, khususnya pencobaan yang ketiga sangat nyata kebohongan iblis: "semua itu akan kuberikan kepadamu.... " Iblis mau memberikan semua yang tidak pernah dia miliki kepada pemilik yang sebenarnya yaitu Tuhan Yesus ? Bagaimana mungkin dia memberi yang tidak pernah dia miliki ??? Inilah kebohongan itu. Tujuan satu-satunya adalah untuk dapat menguasai sepenuhnya roh, jiwa dan pikiran, hidup manusia. Memang iblis sanggup membuat tanda-tanda mujizat sama seperti dalam Keluaran 7 : 10 - 13, demikian juga memberi penghasilan yang banyak seperti dalam Kisah Para Rasul 16 : 16. Tetapi itu semua hanyalah kebohongan yang selamanya, karena dasar dari iblis ingin mengikat dan menguasai manusia itu sepenuhnya dan untuk selamanya. Untuk itu, dapat kita simpulkan bahwa dibalik semua praktek-pratek okkultisme ada tokoh dibaliknya yaitu iblis...iblis...dan iblis!!!

Orang Batak diaspora masih tetap membawa kebiasaan-kebiasaan dari bona pasogit (asal usulnya) dalam banyak hal. Begitu banyak kerugian termasuk erosi iman dan kepercayaan yang diakibatkannya. Kita tidak bisa menjadikan kemajuan hidup duniawi fisik sebagai ukuran kemajuan hidup keKristenan, karena begitu dalamnya sifat-sifat lama berakar dalam diri orang Batak. Marie Davis pernah mengatakan bahwa orang Batak adalah pioner-pioner alamiah. Di dalam diri orang Batak hidup suatu semangat dan perasaan sanggup menghadapi berbagai situasi baru. Semangat dan rasa untuk terus berjuang yang telah ada selama ini di dalam diri orang Batak itulah yang perlu kita pertahankan sebagai komunitas masyarakat Batak. Semangat untuk melawan godaan dan rayuan si iblis yang menjatuhkan kepada okkultisme, serta perjuangan atau kegigihan untuk memerangi okkultisme yang telah merasuki masyarakat Batak di pedesaan secara umum dan di perkotaan secara khusus. Kitab Yesaya 57 : 18-19, mengatakan; Tuhan akan menyembuhkan, Tuhan akan menuntun mereka dalam hidupnya, Tuhan akan memulihkan hidup mereka, Tuhan akan menghibur dan memberi sukacita bagi mereka, Tuhan akan memberi mereka damai sejahtera dan kebahagiaan, mereka akan memuji dan beribadah dengan baik kepada Tuhan Itu semua dapat kita terima dan rasakan kalau kita betul-betul mau bertobat serta menjauhi praktek okkultisme dalam diri kita, keluarga, masyarakat dan dunia tempat kita tinggal. Yang dahulu kita (orang Batak) adalah sipelebegu, tetapi sekarang kita harus menjadi sipelebegu.......... berdasarkan iman, untuk itu kita harus memeranginya dengan cara:
- Persiapan diri dan percaya diri, menyadari bahwa pekerjaan ini merupakan peperangan terhadap kuasa-kuasa iblis, roh-roh jahat, setan, maka seorang anak Tuhan yang terpanggil untuk memerangi okkultisme haruslah orang yang benar-benar telah mempersiapkan diri secara khusus. Terutama dengan perlengkapan rohani sebagai mana dalam Epesus 6 : 10-20.
- Bersekutu dengan Tuhan secara terus-menerus (intim), meliputi kehidupan yang penuh dengan doa, karena doa adalah senjata yang mutlak bagi orang Kristen supaya seseorang itu tidak jatuh ke dalam pencobaan. (Jakobus 5 : 17)
- Menguasai Firman Tuhan … itu adalah mutlak! Karena Firman TUhan itulah yang menjadi otoritas satu-satunya yang harus diandalkan dalam memerangi okultisme.
- Seiring dengan itu semua, yakini bahwa Roh Allah yanga da pada orang percaya jauh lebih kuat dan lebih perkasa daripada roh-roh dunia ini (1 Yoh 4 ; 4), dan ingatlah akan pesan Amanat Agung Tuhan Yesus “…dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman”… yakini janji Tuhan ini sepenuhnya. Tuhan beserta kita.

(Penulis adalah Pdt.Feybert H. B. Siregar, S.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2007)

Selasa, 10 Maret 2009

ARTIKEL: MENCARI HIKMAT ALLAH


“Karena Tuhanlah yang memberi hikmat, dari mulut-Nya
datang pengetahuan dan kepandaian.”
(Amsal 2:6)
Pendahuluan
Suatu ketika Adolf Hitler kecil sedang duduk didepan rumahnya didaerah Lamback, Austria memandangi menara biara Benediktin. Hitler kecil adalah penyanyi soprano yang berbakat dan para biarawan telah beberapa kali mengajaknya untuk menyanyi dalam koor. Ia selalu merasa senang berada diantara biarawan dan dalam hati ia berkeinginan menjadi biarawan ketika ia besar nanti.
Waktu berlalu, Adolf bersama keluarganya pindah ke Jerman dan seiring dengan itu Adolf Hitler berkembang menjadi pemuda yang jauh berubah. Ia mejadi pemimpin tertinggi di Jerman dan salah satu pemimpin yang paling kejam dalam sejarah. Hitler juga menyebabkan perpecahan gereja saat itu menjadi 2 (dua), yaitu Deutsche Christian yang berpihak padanya dan menjadi alat kekuasannya dan Bekennende Kirche yang menentangnya.
Apa yang terjadi dengan Adolf Hitler?

Hikmat Allah dan Hikmat Manusia
Para Ahli Taurat, orang Farisi dan Saduki disebut-sebut sebagai orang–orang yang “berhikmat” dalam Alkitab. Mereka memiliki pengetahuan dan pengertian yang sangat tinggi serta disegani di zamannya. Mereka sering mengajar dan menjadi hakim atas hal-hal yang terjadi dikehidupan orang Israel. Bahkan, penyaliban Tuhan Yesus merupakan salah satu “karya” para ahli Taurat dan Imam-imam Kepala tersebut (Mat 26:57-66). Ahli-ahli Taurat, oarang Farisi dan imam-imam Kepala memakai hikmat manusia untuk memutuskan dan menjalani kehidupan kesehariannya. Hikmat yang penuh tipu muslihat (Mat 22:15; 26:4), ketidakpercayaan akan kuasa Allah (Mat 16:1; 12: 38-40), mencari kesalahan orang lain (Mat 12:10) dan munafik (Mat 23). Keinginan dan kepentingan daging yang mereka tutupi dengan penampilan dan jubah-jubah adat-istiadat serta Hukum Taurat yang mereka banggakan. Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu (Markus 7:6)

Bagaimana dengan Hikmat Allah?
“Tetapi Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”
(Yakobus 3:17)
Dari pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Hikmat Allah membawa pendamaian bagi lingkungan sekitar, tidak egois dan penuh kasih. Bagi manusia duniawi, Hikmat Allah merupakan suatu kebodohan besar dan tidak masuk akal, karena mereka harus mematikan kedagingan mereka, tidak egosentris tetapi God sentris.
Alkitab mencatat bahwa bukan orang-orang “pintar” yang dipakai Tuhan untuk melakukan karya-karya AgungNya didunia. Murid-murid Tuhan Yesus berasal dari kalangan nelayan (Mat4:18 &21), pemungut cukai (Markus 2:14) yang nota bene bukan orang-orang terpandang. Rahab, perempuan sundal dipakai Tuhan untuk melindungi Yosua ketika mengintai kota Yeriko (Yos 2), seorang janda miskin di Sarfat dipakai Tuhan untuk melindungi Elia ketika ia bersembunyi dari amukan Raja Ahab (1 Raja-raja 17:7-16).

Mengapa harus Hikmat Allah?
“Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil ialah hikmat.”
(Pengkotbah 10:10)
Salomo adalah raja yang penuh hikmat yang pernah memerintah Israel. Kerajaannya berkembang dengan pesat dan terbesar saat itu (! Raja-raja 4:21-28) Ia membuat istananya dengan megah (1 Raja-raja 7:1-12) dan yang tidak kalah pentingnya, Salomolah yang dipercaya Tuhan untuk membangun baitNya yang kudus. Ia tidak menyia-nyiakan kepercayaan itu dan membangun Bait Allah selama 7 tahun. Ia dengan segala hikmat dan kebijaksanaan yang dimilikinya menjadi kesaksian bagi Ratu Syeba sehingga nama Tuhan dipermuliakan (1 Raja-raja 10:9). Allah mengaruniakan kepadanya semua kekayaan dan keberhasilan karena Salomo meminta Allah untuk memberikan hikmatNya untuk memerintah Israel.
Daniel, orang muda yang hidup di zaman bangsa Israel jatuh ketangan Nebukadnezar merupakan orang yang cakap dan penuh hikmat sehingga ia dipercaya tinggal di istana Babel. Ia dan tiga rekannya (Hananya, Misael dan Arzarya) menjadi orang-orang kepercayaan Nebukadnezar karena kebijakan dan pengertian yang dimilikinya. Daniel memberikan kesaksian yang indah tentang Tuhan sehingga raja Nebukadnezar memuliakan Tuhan (Daniel 2:47).
Yusuf, walaupun dibenci saudara-saudaranya dapat bertahan hidup dan akhirnya menyelamatkan keluarganya karena hikmat yang dimilikinya.
Ada kesamaan yang terdapat pada tiga tokoh diatas, yaitu mereka berhasil dalam hidupnya dan membawa berkat bagi orang-orang sekitarnya. Hal itu didapat karena mereka memiliki hikmat dan pengertian dari Allah sehingga mereka dapat memutuskan hal-hal sesuai dengan kehendak Allah yang tidak diperhitungkan oleh hikmat manusia (1Kor 2:5 & 13)

Mencari Hikmat Allah
“Hikmat itu, dari iman datangnya, atau akal budi, dimanakah tempatnya?“ (Ayub 28:20)
Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimanakah kita mencari hikmat Allah sehingga mendapatkan pengertian yang baik atas hal-hal yang terjadi dalam hidup kita?
Daud menjelang wafat berpesan kepada Salomo agar ia melakukan kewajibannya dan setia kepada Tuhan serta hidup menurut jalan Allah (1 Raja-raja 2:3).Ketaatan Salomo untuk hidup menurut jalan Allah membuatnya dipenuhi hikmat Allah dan hal-hal baik yang tidak dimintanya sebelumnya. Pengenalan akan Allah melalui kitab-Nya dapat memberi pengertian-pengertian akan kehendak Tuhan dan Hikmat-Nya (2 Tim 3:15).
Lihat apa yang terjadi ketika Salomo, Yusuf dan Daniel bergaul akrab dengan Allah sehingga Allah mengaruniakan hikmatNya kepada mereka. Salomo dengan segala kebesaran dan hikmatnya akhirnya jatuh ketika ia berpaling dari Tuhan. Saat Salomo jatuh dalam penyembahan berhala, Allah membangkitkan lawan-lawan Salomo untuk melawannya sehingga kerajaannya terpecah setelah Salomo wafat (1 Raja-raja 11:14-40).
Jadi, “kepada manusia, Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” (Ayub 28:28)

Kesimpulan
Hikmat Allah berbeda dengan hikmat manusia karena pusat dari masing-masing hikmat itu sendiri berbeda. Hikmat Allah akan memberikan kepada setiap orang yang menerimanya pengertian-pengertian akan hal yang terjadi. Allah akan memberikan hikmatNya kepada setiap manusia yang taat dan setia hidup dalam ajaran-ajaranNya.
Banyak contoh nyata yang terjadi ketika manusia berpaling dari jalanNya dan menggunakan hikmat manusia. Kehancuran, kecemasan dan jauh dari Allah merupakan harga yang harus dibayar mahal saat manusia mulai menggunakan hikmatnya sendiri.
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
(Matius 6:33)

(Penulis adalah Christo Hotman Radjagukguk, S.E., Ak., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2004)


Jumat, 06 Maret 2009

ARTIKEL: NOMMENSEN SEBAGAI KESEMBUHAN BAGI BANGSA BATAK

Penyerahan Diri Nommensen Kepada Tuhan
Ingwer Ludwig Nommensen lahir di sebuah pulau kecil bernama Nortstrand, Jerman Utara. la berasal dari keluarga yang miskin dan menderita. Ayahnya sering sakit-sakitan sehingga tidak mampu untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Untuk terus dapat bertahan hidup, maka sejak umur 8 tahun Nommensen sudah bekerja sebagai penggembala di musim panas, sedangkan pada musin dingin ia memutuskan untuk tetap bersekolah. Di usianya yang ke 10 tahun, Nommensen bekerja sebagai buruh tani di perkebunan orang-orang kaya dan membantu pekerjaan para tukang memperbaiki atap rumah. Karena sejak kecil sudah harus mandiri, maka hal tersebut menjadikan Nommensen sebaagi seorang anak yang ulet, gigih serta tidak kenal menyerah dalam bekerja dan karakter itulah yang menjadi modalnya setelah ia pergi untuk menginjili orang-orang kafir.
Pada tahun 1946 di usianya yang ke 12, ia mengalami kecelakaan tertabrak kereta kuda saat sedang bermain dengan teman-temannya. Kecelakaan tersebut menyebabkan kakinya patah sehingga harus diamputasi. Saat mendengar hal tersebut, ia amat putus asa dan hari-harinya dijalani dengan kelabu tanpa harapan. Dalam keputusasaannya ia membaca firman Tuhan dari Yohanes 16:23 yang berbunyi, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu." Dalam kebimbangannya ia bertanya kepada ibunya apakah ayat tersebut berlaku juga bagi dirinya. Dan ibunya berkata bahwa hal tersebut masih berlaku. Akhirnya mereka berdoa bersama. Dalam doanya Nommensen berjanji jika ia sembuh, ia akan pergi memberitakan Injil kepada orang yang belum mengenal Kristus seperti cerita para pemberita Injil yang diceritakan oleh teman-temannya sewaktu menjenguk dirinya.
Beberapa minggu kemudian Nommensen memperoleh jawaban atas doanya. la memperoleh kesembuhan total sehingga bisa beraktivitas seperti biasanya, dan ia tidak melupakan janji yang pernah dibuatnya dulu, dimana jika ia sembuh ia akan menyerahkan dirinya kepada Tuhan untuk menjadi seorang penginjil. Akhirnya pada tahun 1853 dengan berbekal sepatu dan pakaian seadanya, ia berpamitan kepada orang tua dan saudara-saudaranya untuk memulai tugasnya menjadi seorang penginjil. Nommensen sungguh-sungguh memenuhi janji yang pernah dibuatnya dulu kepada Tuhan karena ia percaya bahwa kesembuhan yang ia peroleh tentu karena kemurahan dan kebaikan Tuhan pada dirinya dan karena Tuhan sendiri sudah memiliki rencana yang indah untuk memakai Nommensen sebagai alatNya menyelamatkan bangsa-bangsa yang belum percaya kepadaNya.
Kemudian ia melamar menjadi seorang pemberita Injil di Lembaga Pekabaran Injil Rhein (RMG). Dan pada tahun 1857 ia meneruskan studinya dengan belajar di sekolah pendeta di Bremen. Selain kuliah Nommensen juga bekerja sebagai tukang sapu, tukang kebun dan juru tulis sekolah itu. Hingga akhirnya ia berhasil lulus dari sekolah pendeta dan dithabiskan sebagai pendeta pada tahun 1861.

Menginjili Ke Tanah Batak
Setelah dithabiskan sebagai pendeta ia kemudian mulai berangkat menuju Sumatera. Pada bulan Mei 1862 ia tiba di Padang dan mengucapkan doa penyerahannya yang agung, "Seluruh hidup, tenaga, badan dan jiwa dan segala rahmat yang Kau limpahkan kepadaku, kuserahkan kembali kepadaMu. Aku tidak membalas kasihMu yang menyelamatkanku. Semua yang ada padaku, dari padaMu jua kuterima karena itu semuanya bukanlah kepunyaanku."
Doa penyerahan yang diucapkan oleh Nommensen menunjukkan penyerahan dirinya secara utuh kepada pemiliknya karena ia percaya semua yang ada padanya adalah milik kepunyaan Tuhan yang Tuhan berikan kepadaNya karena kasihNya yang begitu besar dan Nommensen mau menyerahkan kembali semua kasih Tuhan tersebut bukan karena ia berhutang janji kepada Tuhan, namun karena ia benar-benar mau menyerahkan semua yang ada padanya untuk dipakai sebagai alat Tuhan.
Dari Padang kemudian ia melanjutkan ke Sibolga dan di Barus ia mulai mengadakan pendekatan kepada orang Batak di pedalaman. Selain itu ia pun mulai belajar bahasa Batak dan Melayu yang dapat dikuasainya dalam waktu singkat. la juga mulai menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang Batak dengan cara mempelajari adat istiadat dan budaya batak karena ia tahu melalui jalan tersebut ia dapat melakukan pendekatan dengan raja-raja Ia menjalankan tugasnya dengan berani. Sambil berkhotbah ia mengobati orang yang sakit dan menghibur mereka dengan permainan harmonikanya. Semua itu ia lakukan untuk mempererat hubungan dengan orang-orang Batak, dan akhirnya membuat ia semakin mudah bergaul dan diterima oleh sebagian masyarakat Batak. Namun tidak sedikit juga masyarakat Batak yang menanggapi niat baiknya dengan pemikiran negatif bahwa ia adalah mata-mata Belanda, sehingga ia tidak dapat tinggal lebih lama di Desa Rambe. Penyebab lain Nommensen tidak dapat tinggal lebih lama di daerah pedalaman ialah karena ia tidak mendapat ijin untuk mendirikan rumah dari Residen Belanda yang waktu itu hanya menguasai daerah perkotaan sedangkan daerah pedalaman tetap dikuasai oleh raja-raja Batak yang hidupnya masih primitif seperti makan orang. Kehidupan primitif mereka lainnya dapat dilihat dengan seringnya terjadi perperangan antara raja yang satu dengan yang lain dimana jika salah satu dari mereka kalah maka akan dipersembahkan pada upacara adat Siatas Barita. Pesta Siatas Barita adalah pesta menyembelih seekor kerbau dan seorang manusia yang akan mereka persembahkan kepada arwah nenek moyang mereka.
Karena mengalami banyak kesulitan melayani di daerah pedalaman di Parau Sorat, maka ia mulai merubah pelayanannya dengan memulai pelayanan dari daerah kota yaitu Tapanuli. Pada tahun 1864 ia pindah ke Silindung. Di sana Nommensen pernah akan menjadi korban akan dipersembahkan bersama seekor kerbau, pada upacara adat Siatas Barita. Namun dengan beraninya ia mengatakan kepada orang-orang yang mengikuti upacara tersebut bahwa hal itu salah, karena tidak mungkin bila arwah nenek moyang menginginkan darah dari keturunannya sendiri. Sehingga akhirnya lama-kelamaan upacara Siatas Barita yang mempersembahkan orang kepada arwah nenek moyang semakin berkurang walaupun masih tetap dilakukan dengan mempersembahkan seekor kerbau.
Pada tangal 29 Mei 1864 ia mulai mendirikan rumah sakit di Huta Tarutung dan memulai misi pelayanan Injil di Tapanuli Utara. Sampai akhirnya ia berhasil mendirikan jemaat yang pertama di Huta Dame. Huta Dame dirancang sedemikan rupa menjadi perkampungan Kristen. la mengajar jemaat di sana untuk berdoa dan membaca Alkitab setiap pukul 6 pagi sebagai bekal mereka sebelum bekerja sepanjang hari. Dan setiap pukul 9 pagi, 12 siang, 3 siang dan 6 sore lonceng selalu dibunyikan untuk mengingatkan orang Kristen untuk berdoa menghadap Tuhan. Walaupun kehidupan tersebut adalah kehidupan masyarakat barat sangat berbeda dengan kehidupan mayarakat Batak, namun mereka tetap melakukannya dengan taat.
Pada tahun 1873 Nommensen mendirikan sebuah gedung gereja, sekolah dan rumah pribadinya di Pearaja Tarutung, dimana sekarang tempat tersebut dijadikan sebagai pusat Huria Kristen Batak Protestan. Pelayanan yang dilakukan Nommensen bagi masyarakat Batak cukup banyak mulai dari memperhatikan kehidupan masyarakat miskin dengan memperbaiki sistem pertanian, peternakan dan memberikan modal usaha sampai menerbitkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Toba dan memberikan pelatihan kepada orang-orang Batak untuk disiapkan sebagai penginjil yang akan meneruskan pelayanannya. Semua pelayanan itu dilakukannya dengan gigih dan tidak kenal putus asa, sesuai dengan doa penyerahan diri yang telah ia ucapkan sewaktu ia baru tiba di Pulau Sumatra dan janjinya yang ingin menyerahkan hidup dan matinya pada bangsa telah Tuhan tebus.
Pada tahun 1881 Nommensen diangkat sebagai Ephorus oleh Pimpinan RMG karena jasa-jasanya di bidang pelayanan. Dan pada usianya yang ke 70 tanggal 6 Februari 1904 Nommensen dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa oleh Universitas Bonn. Pada tanggal 12 Mei 1918, Dr. Ingwer Ludwig Nommensen meninggal dunia di Sigumpar setelah melayani orang Batak selama 57 tahun.

Nommensen Adalah Alat Tuhan Untuk Menyembuhkan Bangsa Batak Toba
Nommensen merupakan rasul orang Batak. Banyak perubahan yang telah dilakukannya untuk menyelamatkan orang-orang Batak. Lewat mujizat yang diperolehnya sewaktu ia hampir diamputasi ia boleh memperoleh kesembuhan secara jasmani dari Tuhan, dan lewat kesembuhannya itu, ia menyerahkan dirinya untuk Tuhan pakai sebagai alatNya menyelamatkan bangsa-bangsa yang masih kafir. Nommensen dipakai Tuhan dengan luar biasa, lewat penginjilan yang dilakukannya di Tanah Batak, ia menjadi alat kesembuhan Allah bagi bangsa Batak. Banyak bangsa Batak diselamatkan dan menjadi percaya pada Kristus.
Kesembuhan yang dialami oleh bangsa Batak dapat dilihat dari perubahan kepercayaan yang mereka anut. Pada mulanya kepercayaan orang Batak adalah animisme dan dinamisme, dimana mereka percaya kepada kekuatan roh-roh yang ada pada batu, kayu dan kuburan. Dimana kadang-kadang mereka memberikan sesajen dan meminta kekuatan serta petunjuk pada benda-benda tersebut. Namun lewat penginjilan yang dilakukan Nommensen, ia boleh membawa orang-orang Batak percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya sehingga mereka boleh meminta apapun yang mereka inginkan hanya dalam nama Yesus. Dan kepercayaan Siatas Barita lama kelamaan semakin ditinggalkan oleh masyarakat Batak setelah semakin banyaknya raja-raja Batak yang percaya kepada Kristus, walaupun tidak ditinggalkan sepenuhnya oleh orang Batak.
Kemenangan yang diperoleh Nommensen dalam pelayanannya ialah, ia tetap memakai adat istiadat dan budaya batak yang merupakan kebanggaan bagi orang batak sebagai wadah untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Ia tidak pernah menganggap bahwa ulos ataupun gondang yang saat ini sering dianggap tabu oleh banyak aliran sebagai sesuatu yang mengagung-agungkan arwah nenek moyang. Tetapi tetap memakai gondang yang merupakan alat musik kebanggaan masyarakat Batak untuk memuliakan nama Tuhan.
Karena membawa perubahan yang sangat besar bagi masyarakat Batak, maka untuk mengabadikan namanya, nama Nommensen dipakai sebagai nama dari Universitas HKBP di Medan dan di Pematang Siantar. Dan pelayanan yang telah dilakukannya sungguh-sungguh menyembuhkan rohani masyarakat Batak Toba.

Sumber: Dari Berbagai Sumber

(Penulis adalah Ully Panjaitan -saat ini adalah Pemimpin Redaksi Buletin Narhasem-, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2004)