Rabu, 22 Desember 2010

ARTIKEL: MEMAHAMI PERUMPAMAAN YESUS

Farisi Dalam Diri Kita
Pada suatu hari Tuhan masuk ke dalam surga. Ia heran karena banyak orang di sana sementara ketika Dia mengintip neraka keadaannya sepi.”Ini tidak boleh terjadi! Untuk apa neraka dibuat jika tidak ditempati?”
Dia lalu memanggil malaikat Gabriel supaya menyuruh semua orang menghadap takhta-Nya. Sesudah semua berkumpul, Tuhan memerintahkan Gabriel untuk membaca Dasa Titah.
Selesai hukum pertama dibacakan, Tuhan berkata, “Siapa yang melanggar hukum ini, sekarang juga pergi ke neraka!”. Sejumlah orang pergi dengan sedih. Demikian juga sesudah hukum kedua, ketiga, sampai ke enam dibacakan, penghuni surga sudah berkurang separuh. Giliran hukum ketujuh dibacakan surga menjadi sepi. Semua telah pindah ke neraka kecuali satu orang tua, gemuk dan botak serta hitam pula.
Tuhan tidak menghendaki hal ini. Dia lalu memerintahkan semua orang yang di neraka untuk kembali. Hal ini membuat orang tua tadi menjadi marah. “Ini tidak adil! Mengapa dulu Tuhan tidak mengatakan hal ini? Kalau saja kutahu, saya sudah . . . .”

Apakah Perumpamaan Itu?
Perumpamaan adalah alat yang digunakan untuk mempermudah orang lain memahami sebuah maksud atau konsep atau ide.
Perumpamaan itu seumpama pembanding. Ia kita taruh berdampingan dengan apa yang hendak kita sampaikan supaya dengan itu orang dapat terbantu untuk memahami apa yang kita maksudkan. Itulah arti kata parabole (perumpamaan dalam bahasa Yunani) yang sering kita temukan dalam pengajaran Yesus untuk mengajarkan sebuah kebenaran.
Sebenarnya kita juga sering menggunakan perumpamaan kalau kita sedang berdiskusi atau beradu argumentasi dengan teman kita. Ketika kita mengatakan “begini loh contohnya” atau “gimana ya supaya lo bisa ngerti”, maka sebenarnya kita sedang berbicara tentang perumpamaan juga.
Dalam cerita teks di atas diberikan sebuah contoh (Dari A. de Mello SJ, Burung Berkicau, Cipta Loka Caraka, halaman 148). Apa yang mau dijelaskan contoh tersebut?
Contoh tersebut dengan gaya karikatural mencoba berbicara tentang orang Farisi, bagaimana mereka merasa benar dan sombong serta menutup pintu bagi pertobatan atau keselamatan orang lain. Contoh itu bisa menjadi sindiran bagi kita yang mempunyai pola pandang yang sama. Ketika kita merasa bangga dengan moralitas yang kita miliki dan dengan itu seperti memandang rendah orang lain maka kita telah jatuh ke dalam sikap seorang Farisi.

Yesus dan Perumpamaan
Dalam pengajaran-Nya, Yesus sering menggunakan perumpamaan. Hal itu dimaksudkan supaya pendengar-Nya dapat memahami pengajaran-Nya dengan lebih mudah.
Ingatlah bahwa apa yang hendak diajarkan oleh Yesus adalah tentang Kerajaan Allah serta karya penyelamatan yang Allah lakukan.
Seorang manusia dengan segala kelemahan dan keterbatasannya akan sulit sekali (bahkan mungkin mustahil) memahami sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya. Sadar akan hal itu, Yesus menggunakan perumpamaan dalam pengajaran-Nya. Lihatlah bagaimana Dia mengajar tentang Kerajaan Sorga dalam Matius 13: 24-30. Pengajaran-Nya dimulai dengan kalimat: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama . . . .”. Demikian juga pada perikop-perikop berikutnya.
Kebiasaan Yesus ini adalah sebuah pengajaran tersendiri bagi siapa saja yang terpanggil menjadi pengkhotbah, penceramah, pendamping remaja dan naposo bulung serta guru sekolah minggu. Buat apa mengajar jika pendengar tidak mengerti. Supaya pendengar terbantu, maka menggunakan perumpamaan atau ilustrasi adalah hal yang bijaksana.

Studi Kasus 1
Lukas 12:13-21, Orang Kaya yang Bodoh.
Perikop ini bercerita tentang seseorang yang berselisih dengan saudaranya mengenai harta warisan. Barangkali ia merasa diperlakukan tidak adil atau hak-haknya tidak dipenuhi. Karena itu ia meminta jasa baik Tuhan Yesus agar menasihati saudaranya itu.
Untuk itu Yesus berumpama.
Apa yang mau diajarkan?
Yesus hendak mengatakan supaya pengikut-pengikut-Nya tidak berorientasi kepada uang, materi, harta kekayaan saja. Sepanjang itu masih dilakukan, ia akan terlibat dalam perselisihan, permusuhan, bahkan yang paling celaka, ia lupa mempersiapkan hal terpenting dalam hidupnya: keselamatan! Orang tidak akan membawa materi apa pun ke dalam kehidupan yang kekal itu. Karena itu mengapa orang hanya mementingkan materi seperti yang dilakukan orang-orang dari dunia ini?
Simaklah ucapan Yesus sebagai tekanan dalam perumpamaan itu (ayat 20), “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Dengan perumpamaan ini pendengar diharapkan akan lebih mudah menangkap apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Sekarang ini misalnya, ketika orientasi kita terpaku hanya kepada materi, kekayaan, bagaimana hidup senang jika memiliki banyak uang dan karena itu cepatlah selesaikan kuliah supaya bisa segera mencari uang, dst dst, maka akan sulit merubah mindset seperti itu. Membaca perumpamaan Yesus ini diharapkan akan membuat kita tiba pada satu kesimpulan, “Benar juga yah . . . kalau kita sesudah capek-capek kuliah, bekerja, mengejar materi, materi, materi dan melupakan kehidupan kekal, padahal sesudah semuanya itu terkumpul langsung game over apalagi yang tersisa . . .?

Studi Kasus 2
Mat 18: 23-35, Perumpamaan tentang Pengampunan.
Perikop ini bercerita tentang seseorang yang diampuni hutangnya ( debt bisa juga berarti dosa/kesalahan) sebesar 10.000 talenta (uang dalam jumlah yang sangat besar, setara dengan kira-kira 10.000 (talenta) x 6.000 (dinar. 1 talenta = 6000 dinar) x 50.000 rupiah (1 dinar = upah kerja sehari di Indonesia sekarang ini) = 3 trilyun rupiah. Tetapi ketika ia bertemu dengan orang yang berhutang padanya sebesar 100 dinar (setara dengan 5 juta rupiah), ia bertindak dengan begitu kejamnya. Dengan kejamnya, ia menangkap, mencekik dan menjebloskan orang itu ke dalam penjara.
Apa yang mau diajarkan?
Perumpamaan itu disampaikan Yesus untuk menjawab pertanyaan Petrus, “Sampai berapa kali kita harus mengampuni orang lain? Tujuh kali?”. Maka Yesus menjawab, “Tujuh puluh kali tujuh kali!”. Ini bukan sekadar 490 kali, tetapi sebenarnya tidak terbatas.
Yesus mengajar kita pengikut-Nya supaya tidak hanya mampu untuk mengampuni, tetapi harus hidup dalam pengampunan! Janganlah kesalahan kecil dari seorang teman kita diingat-ingat tetapi pengampunan luar biasa yang dilakukan Yesus di kayu salib terhadap dosa-dosa kita tidak berbekas sama sekali.

Penutup
Memahami perumpamaan Yesus memang tidak selalu mudah. Beruntung bahwa perumpamaan tentang penabur dalam Matius 13 masih diterangkan secara rinci. Ada perumpamaan yang jika tidak hati-hati dibaca dan dipahami akan berbahaya karena bertentangan dengan nilai-nilai yang kita pelihara. Contohnya adalah Lukas 16: 1-9, Bendahara yang Tidak Jujur. Pertanyaan yang spontan keluar dari mulut kita seusai membaca perumpamaan itu ialah, “Apa bener . . . yang seperti itu boleh dilakuin?
Ada juga, memang, perumpamaan yang dibuat sedemikian rupa supaya tertutup bagi orang yang tidak mau menerimanya, atau orang-orang durhaka. Markus 4: 11, 12 berkata, "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."
Yesus tidak memaksudkan hal seperti itu bagi kita. Ia menggunakan perumpamaan supaya kita terbantu memahami ajaran-Nya dan mempercayai-Nya. Buku-buku ilmu tafsir dapat membantu untuk memahami perumpamaan Yesus dengan baik. Tetapi di atas segalanya, rahasia untuk memahami perumpamaan Yesus adalah dengan tidak pernah memisahkan Yesus dengan perumpamaan-Nya. Perumpamaan Yesus hanya dapat dipahami jika kita menerima Dia, karena di dalam Dia lah Kerajaan Allah hadir di dunia ini.

(Penulis adalah Pdt. Bilman Simanungkalit, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi April 2008)

Selasa, 21 Desember 2010

RENUNGAN: IMAN YANG KOKOH DIBANGUN DI ATAS KRISTUS (KOLOSE 2:7)

“ 2 : 7 Hendaklah kamu berakar didalam Dia dan dibangun diatas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah di ajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”

I. Pengantar
Layaknya seorang Rasul yang diutus Allah untuk memberitakan injil, Paulus bukan hanya melayani masyarakat Yahudi. Jika masyarakat Yahudi menolak injil –kadang-kadang dengan kekerasan- maka pemberitaan dialihkan kepada masyarakat non-Yahudi. Sama halnya ketika Paulus terpanggil untuk memulai tugas penginjilan, dampak perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit, memberikan bukti yang melimpah. Bersama dengan Barnabas dalam hitungan setahun saja, mereka sudah mengalami berkat yang menonjol. Ternyata masyarakat non Yahudi banjir memasuki gereja Kristen. Yang perlu kita lihat dalam system pekabaran injil yang dijalankan Paulus selalu berpedoman kepada Pimpinan Roh kudus. Misalnya Paulus harus menuju ke utara “Galatia Utara” karena Roh Kudus melarang ke wilayah barat kemungkinan itulah yang menggerakkan Paulus untuk mengirimkan suratnya ke jemaat di kolose, sekalipun Paulus tidak secara langsung mendirikan jemaat di kolose. Namun dugaan yang bisa diterima dan yang paling mungkin adalah : Bahwa orang yang membawa ajaran Kristen disana adalah Epafras orang kolose yang mendapat pengajaran dari Paulus.
Adapun penduduk kota ini terdiri dari : Unsur Yahudi, Yunani dan Frigia, barangkali campuran ini terdapat juga dalam gereja (Jemaat Kolose). Latar belakang yang demikian agaknya menjadikan jemaat di kolose ini subur bagi macam-macam ajaran sesat yang di tentang Paulus dalam suratnya. Untuk itulah Paulus menyarankan agar jemaat itu harus sepenuhnya hidup di dalam ajaran Kristus.

II. Penjelasan
1. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun diatas Dia
Orang yang hidup di daerah pertanian sangat paham apa arti “akar” bagi kelangsungan hidup tanaman. Jika bibit kopi ditebar di daerah yang berbatu-batu dan tanahnya tipis, itu harus segera di pindahkan kedalam “polybag” yang sudah di isi dengan tanah subur (Kompos) yang bebas hama. Kalau tidak, bibit kopi itu akan segera layu.
Demikianlah Paulus mewaspadai keselamatan orang Kristen yang akan segera layu jika tidak segera berpindah kepada ajaran dari Firman Tuhan. Sebab Yesus Kristuslah satu-satunya Juruslamat yang mampu menjamin keselamatan manusia hingga masuk ke rumah Bapa di sorga. Jika hanya menyebut diri sebagai Kristen di dalam KTP, tetapi tidak pernah ke gereja dan tidak ada waktu untuk berdoa mustahil bisa merasakan kedamaian.
Orang seperti itu akan mudah putus asa dan hidup terombang-ambing. Akhirnya dan menjadi pecandu rokok, minum minuman keras dan sejenisnya. Apalagi saat-saat sekarang orang-orang muda sangat gampang tersinggung dengan alasan tidak ada lapangan kerja, BBM naik dan orang tua tidak bisa memberikan uang kantong yang cukup.
Dibangun diatas Dia berarti : selalu di sirami oleh firman Allah, setiap hari selalu ada kerinduan untuk bersaat teduh, doa pribadi dan berdoa syafaat bersama dengan saudara seiman lainnya. Jika ada hal yang sulit dihadapi dan tidak melarikan diri kepada rokok atau minuman.
Membangun komunikasi yang baik dengan seisi keluarga kalau orang tua bingung, anak-anak yang memberi dukungan, kalau anak-anak yang menghadapi persoalan, orang tua yang memberikan arahan. Seisi keluarga selalu punya waktu untuk membaca Firman Tuhan. Siraman rohani yang demikian, akan menjadikan keluarga Kristen semakin kuat dan bertumbuh didalam Kristus (Lam magodang di bagasan Hata ni Debata).

2. Hendaklah kamu bertambah teguh di dalam iman yang telah diajarkan kepadamu
Ada sebahagian orang jika menghadapi soal yang sulit, dia mencari obat penenang, kemudian tidur. Padahal setelah bangun tidur dia tetap menghadapi soal yang sama dan akhirnya dia jadi bertambah sakit kepala. Seharusnya dia memohon pertolongan Roh Kudus, agar mendapat jalan keluar. Jika seorang Kristen menghadapi kesulitan, tidak baik kembali kepada ajaran nenek moyang atau filsafat yang kosong, melainkan belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dan memohon agar Tuhan saja yang memberikan terang kasihNya. Sama dengan seseorang yang mencari rumah saudaranya ditengah keramaian kota. Yang harus di ingatnya adalah alamat yang tepat sesuai dengan yang sudah diberitahukan, janganlah asal melangkah tanpa alamat yang jelas.
Demikian juga dengan iman kita terhadap Yesus Kristus, jika ada tawaran memakai nama lain misalnya : Dukun, atau sumangot n ompu harus kita tolak. Sebab yang diajarkan kepada kita bukan ajaran seperti itu. Tetapi iman yang teguh, yang dibangun hanya di dalam nama Yesus.
Tawaran sesaat bukan hanya terjadi pada zaman dahulu, sekarang inipun orang muda sudah ada yang di bawa berziarah ke makam orang sakti supaya bisa mendapatkan pekerjaan. Orang Kristen yang demikian juga harus di tegur, sama seperti Paulus mengingatkan jemaat di Kolose. Ingatlah yang di ajarkan kepadamu, teknologi canggih juga tidak selamanya benar, sering terjadi bahwa kehebatan dunia modern bisa lumpuh dengan kekuatan Allah, dan justru hal seperti itulah yang sering kita alami. Maka sehebat apapun cita-cita dan kerinduan kita, tetaplah ingat jika Tuhan tidak merestui semua hal itu tidak berarti apa-apa.

3 Hendaklah hatimu melimpah dengan ucapan syukur
Orang Kristen yang benar harus mampu mengucap syukur setiap saat (senantiasa) ucapan terima kasih yang tulus sama dengan tarikan nafas orang sehat, wajar, tulus dan tidak dibuat-buat.
Dalam PL “Pujian” antara lain : halal, berarti “riuh” di hubungkan dengan perbuatan dan sikap dan raga; dan “zamar” dihubungkan dengan memainkan atau menyanyikan dengan disertai musik.
Dalam PB, menggunakan kata eukharistein – barangkali ini adalah kata pujian yang paling cocok, mengandung arti “terima kasih” orang yang memujilebih akrab dengan yang di puji.
Kecenderungan manusia sekarang, sebagai akibat kesibukan yang luar biasa ucapan syukur bisa dianggap terlalu gampang misalnya : hanya dengan sebatas melambaikan tangan kepada orang yang memberikan pertolongan kepadanya, sambil mengucapkan “terima kasih” yah! Padahal tanpa orang tersebut mungkin dia tidak bisa beraktivitas sepanjang hari. Hal seperti itu bisa kita lihat, misalnya : dalam hubungan tukang pikul dengan pemilik barang. Barangkali pemilik barang berfikir, toh sudah kuberikan upah. Akhirnya dia melupakan hubungan itu dan tidak mengerti apa arti ucapan terima kasihnya.
Ada lagi orang yang menganggap ucapan terima kasih dan syukur itu sungguh agung. Harus dihadiri hula-hula atau orang yang sangat dihormati. Sehingga harus ada parjambaran (tudu-tudu sipanganon) barulah bisa bersyukur.
Orang – orang yang demikian, kita lihat hadir di gereja hanya waktu anaknya mau di babtis, naik sidi atau menikah, barulah memotong kerbau pendek (B2), dan semua handai taulan di undang untuk makan bersama. Hal seperti itulah yang ingin di luruskan melalui tulisan Paulus ke jemaat di kolose ini dan sekaligus menjadi koreksi bagi warga jemaat HKBP Dewasa ini

III. Penutup
Sebagai orang Kristen modern kita sebaiknya meneladani sikap keterbukaan yang dimiliki Paulus. Dia tidak hanya meratapi penderitaannya sebagai orang yang dipenjarakan. Tidak hanya memperdulikan nama besarnya dalam lingkungan gereja yang pernah dilayaninya saja. Tetapi Paulus membuka hatinya kepada suara Roh Kudus sehingga dia bertanggung jawab untuk mengirimkan surat penggembalaannya kepada jemaat-jemaat lemah yang di anggapnya sangat membutuhkan dukungannya sekalipun hanya melalui pesan singkat lewat tulisan yang bisa dikirimkannya, seperti kepada jemaat Kolose.
-Hal yang sama bisa kita lakukan, sekecil apapun perhatian yang bisa kita berikan kepada orang-orang di sekitar kita.mungkin lewat ajakan kepada kenalan, sahabat, saudara seiman lainnnya agar ikut serta menghadiri ibadah sebagai Siraman Rohani yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan iman yang sehat.
-Mengajak saudara kita yang lemah yang sedang menghadapi persoalan untuk doa bersama. Memberikan jalan keluar semampu kita sebagai tanda persahabatan. Dengan demikian kita telah berupaya mendampingi dia pada saat keputus-asaan sudah mengancam sebab dalam kesendirian atau keterasingan, banyak orang yang menempuh jalan sesat.
-Hanya orang yang hidup dalam Kristus yang mampu mengatasi setiap persoalan, mampu memberikan pertolongan kepada orang lain. Orang Kristen yang demikianlah yang dapat merasakan pertolongan Tuhan setiap saat sehingga hatinya selalu melimpah dengan syukur.

(Penulis adalah Pdt. KE Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Januari 2006)

Sabtu, 18 Desember 2010

ARTIKEL: TETAP "BOAN SADA NARI" TU JESUS

Pendahuluan
Kita sudah memasuki minggu Advent 2008 berarti kita sudah berada pada pengujung tahun 2008 yang telah ditetapkan HKBP sebagai tahun Marturia. Hiruk pikuk tahun Marturia yang telah dicanangkan oleh Ephorus HKBP pada tgl 27 Januari 2008 di HKBP Tanah Tinggi Jl. Let. Jen. Suprapto Jakarta sudah hampir berakhir karena tahun 2009 yang akan datang oleh HKBP sudah ditetapkan sebagai tahun Diakonia.

1. Marsending Ekstern
Seperti kita telah sama-sama mengetahui bahwa tugas penting (salah satunya) orang-orang percaya kepada Yesus adalah harus melaksanakan amanah agung Tuhan Yesus yaitu tugas Marturia memberitakan tentang Injil dan memuridkan orang-orang yang belum mengenal Yesus
untuk menjadi murid Yesus Kristus seperti tertulis dalam Matius 28 : 19, “Karena itu pergilah, jadilah semua bangsa dan muridKu dan babtislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Rohul Kudus.
Tahun 2008 ini yang oleh HKBP telah dicoba dan diusahakan untuk mengembalikan jemaat HKBP “kembali demam marsending” seperti dahulu dimana para parsending yang diberangkatkan memberitakan Injil tersebut tidak mengalami hambatan biaya.
Tahun 2011 mandatang HKBP akan berjubileum 150 tahun hanya sayang pada tahun–tahun belakangan ini sepenuhnya mengerjakan tanggung jawab itu secara maksimal. Pangilan Tuhan Yesus untuk mengabarkan berita kesukaan kepada semua umat belum dilaksanakan secara terus-menerus. Adapun usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam pemberitaan Injil tersebut, dibeberapa tempat belum dilaksanakan secara tuntas dengan sepenuhnya. Terbukti dibeberapa tempat dimana mereka yang sudah menerima Injil tersebut kemudian meninggalkan keyakinanya dan pindah ke agama lain. Seharusnya apabila mereka sudah diutus menjadi pembawa Injil di daerahnya baik sebagai guru huria, evanggelis dan lain–lain maka penghidupnya juga harus dilengkapi layaknya gaji guru huria yang ada diterima tepat waktu. Tidak ada lagi penduduk setempat yang sudah dididik dan diangkat menjadi guru huria harus mengembalikan surat baptisnya hanya karena merasa tidak diperhatikan alias kecewa setiap orang yang baru pulang dari Pulau Enggano dan Pulau Rupat apakah dia pendeta evangelis atau volunteer selalu bercerita perihal guru huria atau pendeta yang bertugas disana tetapi hal yang sangat memprihatinkan tersebut selalu itu-itu saja tanpa ada perubahan dari tahun ke tahun. Seharusnya adalah perubahan dari pengambil keputusan HKBP sebagi respon atas kesulitan–kesulitan yang ada. Misalnya gaji yang rendah bisa diangkat lebih tinggi.
Juga penerimaan dilaksanakan sekali sebulan jangan sampai sekali 3 atau 4 bulan. Buatlah model Bantuan Langsung Tunai (BLT)-nya pemerintah. Karena tugas mereka adalah mencari dan membawa mereka yang belum mengenal Yesus dan mengembalakan domba-domba agar keyakinannya lebih stabil. Lain halnya dengan para gembala-gembala, domba-domba yang di kota besar mereka mengembalakan domba yang sudah ’’martoras’’ itupun apakah dari domba-domba itu banyak yang dijala orang lain belum tentu mereka pikirkan. Kita juga prihatin atas para gembala–gembala domba yang bekerja di desa atau di pelosok yang ada tetapi mereka toh masih ada sawah atau kebun huria yang bisa menambah kebutuhan sehari-hari.
Coba kita kembalikan semangat marsending itu model dulu tetapi dalam bentuk sekarang dimana jemaat HKBP baik tua-muda, anak–anak yang saat ini jumlahnya 3,5 juta orang. Setiap orang diminta Rp.1000,- (seribu rupiah) uang marsendingnya berarti terkumpul 3,5 milyar dari jumlah tersebut. Mungkin tidak semuanya tertagih tetapi yang jelas jumlahnya bisa sama karena orang ada yang memberikan Rp. 1000,- atau Rp. 10.000,- atau Rp. 100.000,- dan seterusnya. Uang tersebut masukan ke deposito abadi dan jasa depositonya cukup untuk mengaji para parsending yang ada di pulau–pulau terpencil tadi. Bisa dicoba kalau ada kemauan tetapi kalau kita langsung menjatuhkan vonis ’’susah’’ ya apa mau di kata.
Ya sudahlah, kalau kita terbiasa soal sending Enggano itu sudah kuno dan membosankan tetapi bagi penulis tersebut tidak pernah membosankan karena pada tahun 1950-an apabila ada pendeta yang datang berkotbah di kampung saya HKBP Hutaraja dan pendeta tersebut baru datang dari tempat-tempat penginjilan seperti Pulau Nias, Pulau Mentawai, Pulau Enggano. Orang-orang kubu di perbatasan Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka bercerita atas pengalaman mereka baik pada saat bercakap-cakap di teras gereja sambil menunggu jemaat perminggu maupun saat berkotbah, saya selalu mengikutinya dengan serius. Bagi saya mereka adalah menjadi hero, pahalwan dan penegak panji-panji Kristus. Dan apabila ibu saya mengatakan bahwa ayam jantan jara-jara (ayam jantan menjelang dewasa) peliharaan saya ditunjuk untuk sending, maka ayam tersebut akan saya pelihara dengan teliti dan nanti kalau besar dijual dan uangnya akan langsung diserahkan sending ke gereja melalui Ompung Sintua Taroli Siregar. Itu dulu cerita lama dan katanya sudah tidak relavan lagi dengan jaman ayeuna terserah aja.

II. Marsending Intern
Perihal marsending ekstern tadi tidak usah pergi ke Pulau Rupat dan Pulau Enggano tetapi menganti ongkos kita kesanalah kita berikan ke sending gereja (Marturia) agar bisa dipergunakan secukupnya sesuai dengan tujuannya. Sesungguhnya di dalam keluarga Batak sendiri terutama di kota-kota besar banyak yang perlu disendingi seperti orang-orang yang karena pekerjaanya sehari-hari mereka tidak sempat ke gereja. Oleh karena kesibukan pekerjaannya, ke penjara, ke rumah sakit dan lain-lain adalah tempat-tempat yang memerlukan perhatian serius. Jangan sampai tim pendoa gereja tetangga datang terlebih dahulu mendoakan jemaat kita di rumah sakit dari pada parhalado gereja kita sendiri, juga jemaat kita yang jarang ke gereja atau kepertangiangan lunggu perlu dikunjungi dan minta agar ikut aktif pada kebaktian tersebut.

III. Sending Tugas Kita Semua dan Selamanya
Sesuai dengan pembahasaan Pendeta Leodunan Sibarani, M.Th dalam impolani Jamita 2008 atas tema tahun Marturia HKBP 2008, yaitu Johanes 15:16, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaku, diberikannya kepadamu.” Dari ayat ini beliau menyatakan sebagai berikut :
1. Allah yang memilih
Karena Allah yang memilih diminta kepada semua kita untuk melaksanakan tugas sesuai dengan amanah tersebut. Adalah anugerah Allah yang sangat besar atas pemilihan tersebut dan merupakan tanggung jawab yang besar adalah suatu tugas jemaat gereja dan gereja sendiri untuk membawa setiap orang kepada Yesus hari ini, besok dan selamanya.
2. Supaya pergi.
Kita disuruh berjalan bersama Yesus memberitakan Injil berita kesukaan. Keberangkatan bukan karena usaha sendiri, kemampuan dan kekuatan sendiri tetapi hanya oleh karena anugerah dari yang memberi anugerah dan mengangkatnya sebagai sahabatnya.
3. Menghasilkan buah.
Buah yang baik diperoleh apabila berbuah satu batang dengan rantingnya. Demikian juga dengan jemaat gereja agar tetap menjaga hidup didalam kemurnian memuji dan persembahan dengan persekutuan bersama Tuhan.

Penutup
Tahun Marturia telah diambang keberlaluan tetapi Marturia (Marsending) tidak berhenti sampai di sini tetapi harus terus-menerus sesuai dengan amanah agung tersebut :
1. Menjadi saksi nama Tuhan Yesus Kristus untuk selamanya yang sesuai dengan amanah yang telah diterima.
2. Menjadi contoh dalam tindakan dan perbuatan yang diterapkan dalam hidup sehari-hari dan menjadi contoh di lingkungan masing–masing .
3. Menjadi satu dalam keluarga Allah.
Dengan terpilihnya menjadi satu dalam keluarga Allah berati kita telah menjadi pewaris kerajaan Allah yaitu harta yang kekal yang telah disediakan untuk pengikut Allah sampai akhir zaman.
Tahun Marturia telah kita lalui dan laksanakan tetapi semangat Marturia harus tetap kita terapkan dalam hidup sehari-hari .
Selamat menjalani minggu-minggu Advent. Selamat Natal dan Tahun Baru 2009. Apabila ada salah kata dalam perjalanan setahun ini dalam tulisan kami dalam Buletin narhasem ini, mohon dimaafkan dan khusus kepada tim bulletin Narhasem, Selamat Natal dan Tahun Baru. Tuhan selalu memberkati kita semuanya. Amin dan horas.

(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2008)

RENUNGAN: BERJIWA DAN BERTUMBUH SEHAT

“Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja.”
(Daniel 1:15)

TIDAK ada keraguan bahwa keberadaan yang sehat secara jasmani (sebetulnya juga secara rohani) merupakan pemberian Allah yang patut kita syukuri dan kita jaga. Allah juga tentunya, menghendaki kita memiliki tubuh yang sehat dalam arti mampu bertahan menghadapi serangan aneka jenis penyakit dan sekaligus mampu melakukan aktivitas kita sebagaimana seharusnya. Mungkin yang jadi soal adalah justru tingkat keperdulian kita terhadap soal kesehatan ini, mulai dari pola hidup dan pola makan, sampai kepada upaya ekstra yang diperlukan semisal pemeriksaan kesehatan secara rutin atau rencana anggaran untuk tindakan pengobatan atau pencegahan datangnya penyakit.

Kesehatan adalah Kebutuhan Sampingan?
Persoalan tentang kesehatan baru muncul jika ada yang sakit. Sepanjang masih aman, dalam arti tidak ada keluhan terhadap penyakit, tidak akan terdengar persoalan tentang kesehatan. Selama tidak ada serangan penyakit atau selama dalam keluarga kita tidak ada yang tertimpa penyakit maka kita tidak perlu memusingkan soal kesehatan kita. Bagi kita yang tempat bekerjanya juga ikut memberikan jaminan kesehatan (memperhatikan kebutuhan pengobatan) di satu sisi tidak perlu mengkhawatirkan lagi tentang kesehatan. Lebih berat justru bagi kita yang tempat bekerjanya tidak memberikan santunan berobat. Hal itu baru dirasakan ketika penyakit atau petaka benar-benar datang.
Soal kesehatan lebih luas dari soal memikirkan dana kalau penyakit atau petaka tiba. Soal kesehatan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebutuhan manusia secara utuh. Piramid lima kebutuhan manusia dari Maslow memang tidak mencantumkan kesehatan. Maslow hanya mencantumkan ‘kebutuhan fisik’ yang asosiasinya mungkin terhadap kebutuhan akan pangan. Namun demikian, senyatanya, kebutuhan akan keberadaan yang sehat adalah termasuk (entah tersirat entah tidak) pada bagian yang pokok.
Itulah juga yang kita yakini sebagai sikap kristiani. Yesus sendiri mengumpamakan diriNya sebagai tabib. Dalam pelayananNya kepada orang banyak Ia menyembuhkan banyak penyakit. Pemisahan penyakit fisik dan penyakit dosa tidak penting bagiNya. Yang terlebih penting adalah misi penyembuhan dan pemulihan umat manusia. Dengan demikian keberadaan yang sehat merupakan bagian dari misi kerajaan Allah yang telah dimulai oleh Yesus.

Manusia adalah Jiwa yang Bertubuh atau Tubuh yang Berjiwa
Semboyan Mensana in Corporesano, dari pengertian hurufiahnya seakan menekankan hubungan searah yaitu pengaruh dari keberadaan psikis terhadap keberadaan secara biologis. Pada kenyataannya kita melihat bahwa aspek psikis dan biologis dari manusia memiliki hubungan yang timbal balik. Dan, itulah juga yang hendak kita tekankan dalam pendekatan kita.
Manusia adalah makhluk yang utuh. Keselamatan dari Allah juga kita yakini, hendak membawa keselamatan yang utuh. Itulah sebabnya dewasa ini makin dikumandangkan pelayanan yang menyeluruh (Holistic Ministry) di mana termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan (Healing Ministry). Kita masih mengingat bagaimana pada awal perkembangan kekristenan di tanah Batak para pekabar Injil juga memperhatikan pelayanan kesehatan dengan cara mengadakan pengobatan, mendirikan pos-pos pengobatan sampai dengan rumah sakit.
Orientasi hidup kekal tidak berarti menafikan kehidupan semasa masih di dunia. Orang percaya memandang hidup kekal sebagai tujuan utama dari kehidupannya pada masa kini. Dengan mengingat janji hidup kekal, orang percaya menata hidupnya pada masa ini sebagai kesempatan untuk memancarkan kehidupan yang telah dibaharui. Kehidupan yang telah dibaharui dengan semangat pemulihan ciptaan telah dimulai. Cara-cara hidup lama yang jauh dari rencana Allah harus ditinggalkan.
Sekarang adalah saatnya bagi orang percaya untuk menampakkan hidup yang telah diperlengkapi dengan semangat pemulihan dan penyembuhan. Orang percaya terpanggil untuk membawa kesembuhan bagi kerusakan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Kesembuhan yang dimaksud mencakup segala jenis penyakit dan kerusakan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Orang percaya ikut terpanggil untuk menghadirkan kembali suasana Taman Eden.

Menuju Kesembuhan Dunia
Panggilan untuk membawa kesembuhan kepada dunia ini juga menjadi tema besar dari Sidang gereja tingkat dunia beberapa tahun lalu yang diambil dari Wahyu 22:2: “…Untuk Menyembuhkan Bangsa-bangsa!” Dengan tema itu, gereja-gereja di seluruh dunia diserukan agar mengobarkan kembali semangat penyembuhan yang telah Yesus mulai pada pelayananNya di tengah-tengah orang banyak.
Masa heroik Yesus yang menyentuh hati sanubari masyarakat harus kita lanjutkan. Ketergerakan hati Yesus melihat orang yang timpang dan buta, keaktipan Yesus untuk keluar dari Bait Suci untuk menyusuri tepi pantai, menaiki perahu dan mendaki lereng bukit, dan kerelaan Yesus untuk bertamu ke rumah-rumah harus kembali bergema. Namun, makna terdalam dari keteladanan itu bukan perulangan sensasi mujizat penyembuhan yang mencengangkan banyak orang. Bukan menghadirkan kembali mujizat Yesus terhadap orang buta dan tuli, bukan mengulang kembali memberi makan ribuan orang dengan modal beberapa potong roti, juga, bukan memaksakan agar orang percaya berada di perahu atau di tepi pantai atau di lereng bukit.
Yang menjadi kata kunci adalah ketergerakan hati dan keperdulian. Bumi kita dipenuhi dengan rintihan dan keluhan anak manusia akan penyembuhan dan pemulihan. Bumi kita dihuni baik oleh orang-orang yang beruntung maupun juga orang-orang yang kurang beruntung. Terdapat sebagian orang-orang (dan bangsa-bangsa) yang memiliki keadaan yang lebih baik dalam arti berkelimpahan dari segi materi, teknologi, sumber daya, peradaban, dst. Sebaliknya terdapat pula orang-orang (dan bangsa-bangsa) yang kurang beruntung dalam arti tertinggal dari segi materi, ilmu pengetahuan dan teknologi, ketrampilan, sumber daya, dst.
Panggilan kepada bangsa-bangsa yang besar untuk melirik bangsa-bangsa yang membutuhkan uluran tangan. Panggilan kepada gereja-gereja yang besar untuk melirik gereja-gereja kecil dan lemah yang membutuhkan uluran tangan. Panggilan kepada warga jemaat yang lebih beruntung untuk menoleh kepada sesama warga jemaat yang sedang membutuhkan perhatian dan uluran tangan. Dan…panggilan kepada segenap orang percaya untuk menampakkan sikap hidup yang perduli dan tulus kepada sesama ciptaan tanpa pamrih.
Dengan semangat penyembuhan dunia, orang percaya akan selalu ikut secara aktip berbuat bagi dirinya maupun orang lain. Panggilan untuk penyembuhan dunia membuat orang percaya semakin kreatip untuk berbuat, dalam kaitan ini, mewujudkan dunia yang sehat yang dihuni oleh manusia yang sehat. Menyehatkan dunia adalah sebuah pekerjaan besar dan merupakan Mission Impossible bagi manusia tetapi telah dimulai oleh Yesus Sang Tabib yang Agung!

Gereja yang Mencanangkan Hidup Sehat
Di tingkat jemaat, kita memiliki unit pelayanan yang kita sebut Seksi Kesehatan (yang bersama-sama dengan Seksi Kemasyarakatan, Seksi Pendidikan, dan Seksi Diakoni Sosial berada dalam Dewan Diakonia). Sejauh ini yang pernah dilakukan adalah mengadakan pengobatan gratis. Meski kegiatan itu bersifat kuratip, kita tetap bersyukur juga. Kita tentunya dapat pula mengembangkan pelayanan di bidang ini dengan berbagai cara pula. Misalnya, tindakan yang bersifat preventip, mengadakan kegiatan gerak jalan massal atau membuat penyuluhan tentang pola hidup sehat atau tentang penyuluhan tentang gizi. Namun yang utama bukanlah: asalkan ada program, sudah cukuplah!
Kita hendak meraih sesuatu yang lebih dari sekadar membuat program di lingkungan Seksi Kesehatan. Kita, misalnya, ingin membuat pola hidup sehat sebagai bagian dari gaya hidup sebagaimana panggilan untuk ikut serta dalam pelayanan penyembuhan dunia merupakan bagian dari Misi Agung Sang Tabib!
Hidup yang sehat adalah anugerah Allah! Mari kita sambut dan pelihara!

(Penulis adalah Pdt. Maurixon Silitonga, M.Th., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2010)

Jumat, 17 Desember 2010

ARTIKEL: BUSANA PENGANTIN KRISTUS

Pengantar
Dalam bukunya yang berjudul “Dress for success” Jhon Molloy menunjukkan pentingnya peran pakaian dalam menunjang kesuksesan, khususnya para sekretaris. Dia mengatakan, jika anda ingin sukses berdadanlah sesuai dengan selera pimpinan anda. Pernyataan itu mengisyaratkan pentingnya memperhatikan pakaian dalam menjalankan tugas. Kalau dalam konteks pekerjaan sehari-hari begitu diperhatikan soal pakaian, dalam konteks kekristenan (hubungan kita dengan Tuhan) juga tidak kalah pentingnya. Untuk itulah redaksi Narhasem mengangkat topic “Youth Fashion”, dengan tujuan setiap orang Kristen, khususnya kaum muda memahami bagaimana dia tampil dan apa saja yang menjadi hal penting untuk dikenakan sebagai bukti pengikut Kristus.
Dalam tulisan ini perhatian kita terfokus pada busana “pengantin Allah” dalam arti kiasan yang akan menggambarkan bagaimana “penampilan seorang Kristen” yang dinakamakan “pengantin Allah”. Karena itu kita harus sadar siapakah kita di hadapan Tuhan. Kesadaran seperti ini akan memampukan kita menjalankan fungsi sebagaimana mestinya dan inklud di dalamnya bagaimana “pakaian”yang seharusnya kita kenakan.

Orang Kristen /Jemaat adalah “pengantin” Tuhan
Gambaran hubungan umat dengan Tuhan dalam Alkitab memiliki banyak segi, dan masing-masing memiliki makna sesuai dengan konteks nas yang menggambarkan hal tersebut. Di dalam Perjanjian Lama, gambaran hubungan umat dengan Allah secara khusus dan khas dilukiskan dalam kitab Nabi Hosea. Keluarga Hosea sebagai gambaran bagaimana dinamika hubungan Allah dengan umat Israel. Di dalam hubungan tersebut terjadi penghianatan, namun Tuhan tetap menunggu dan menghendaki pemulihan hubungan “suami-istri” tersebut berlangsung dalam kesetiaan dan kejujuran.(Hosea 1-2) Di dalam kitab Kidung Agung dengan syair yang indah juga digambarkan hubungan Tuhan dengan umatnya, yang dikiaskan dengan mempelai laki-laki dan perempuan yang saling puji-memuji (Kidung Agung 1-4)
Di dalam Perjanjian Baru, khususnya surat Paulus ke Jemaat Efesus ( Ef.5:29-33)menggambarkan betapa indah dan besar rahasia hubungan Kristus dengan umatNya, seperti hubungan suami dan istri. Kristus akan merawat jemaatNya seperti merawat diriNya sendiri. Menjadi mempelai bagi Kristus tidak berbicara mengenai seberapa besar keberadaan, kedudukan, jabatan, maupun prestasi kita dalam dunia ini, tetapi berbicara mengenai seberapa besar dan dalamnya kita hidup dalam kebenaran yang Tuhan inginkan untuk kita hidupi dalam dunia ini.
Di dalam kitab Wahyu kiasan untuk Jemaat juga digambarkan sebagai Pengantin Perempuan. Hal ini pertama-tama terdapat di dalam Wahyu 19:7-8, dihubungkan dengan Perjamuan kawin anak Domba. Jemaat Allah sejati ditampilkan sebagai seorang perempuan yang mengenakan gaun pengantin putih bersih. Sementara Babel ditampilkan sebagai seorang pengantin yang memakai pakaian indah saja. Maksud kiasan ini mau membandingkan yang salah dan yang benar. Selanjutnya dalam Wahyu 21:9 gambaran Jemaat sebagai pengantin Kristus dihubungkan dengan Yerusalem yang sorgawi, dengan penampilannya yang memakai permata-permata yang berkilauan.

Pakaian Pengantin Tuhan
Buku Ende HKBP No. 31:2 menggambarkan pakaian yang layak bagi Tuhan,
“Songon dia paheanku mandapothon Debata? Unduk serep ni rohangku ido abit na tama. Dung adong na songon i tau ma au di Tuhanki”
Mengacu kepada syair lagu tersebut, ada dua hal yang ditekankan menjadi pakaian orang Kristen yang dikehendaki Tuhan yakni: ketaatan kepada Tuhan dan kerendahan hati. Syair lagu ini mengindikasikan adanya kecenderungan masyarakat mempersoalkan pakaian dalam arti pisik yang melekat pada tubuh seseorang dalam hubungannya dengan ibadah kepada Tuhan. Oleh keterbatasan kemampuan untuk memenuhi jenis dan mode pakaian yang dianggap layak untuk dipakai ke gereja, akhirnya seseorang itu mengurungkan niatnya untuk beribadah kepada Tuhan. Tanpa menyepelekan jenis dan bentuk pakaian yang umumnya dipakai ke gereja, lagu ini mengingatkan orang Kristen agar tidak hanya memperhatikan pakaian secara fisik, pakaian dalam arti sikap tidak kalah pentingnya.
Oleh karena itu marilah kita menanggalkan cara hidup yang lama seperti kita menanggalkan baju yang sudah tua, kenakanlah pakaian yang baru sebagai bukti bahwa kita telah hidup baru di dalam Kristus (bnd. 2 Kor.5:17)
1. Hidup dalam kebenaran dan kesucian
Di dalam Epesus 4:24 rasul Paulus mengatakan kepada orang Kristen agar mengenakan manusia baru yang di dalamnya terdapat kebenaran dan kesucian. Paulus melihat bahwa hidup di luar Kristus, ada 3 yang mengerikan, yakni: pertama, seseorang tidak sadar bahwa dirinya berdosa. Hal ini terjadi karena hatinya yang telah membatu.Kedua,manusia tidak kenal malu dan tidak punya sopan santun.Ketiga,tergantung pada hawa nafsu dan tidak perduli kepada orang lain. Hidup dalam kebenaran, berarti Kristus yang menjadi ukuran, sebab Kristus-lah kebenaran itu sendiri (Yoh.14:6) Dengan bercermin kepada Kristus, ada dua konsekuensinya:pertama, kita akan senantiasa dapat melihat keberdosaan kita yang menyebabkan kita seharusnya menjadi seteru Allah. Tetapi di dalam Kristus yang adalah pembenaran kita, Ia melayakkan kita sebagai anak Allah dengan mengampuni dan menyucikan kita dari dosa dengan darah-Nya. Artinya, kita akan menjadi orang-orang yang tau diri dan senantiasa mawas diri terhadap segala macam godaan dan hasutan iblis untuk merusak “pakaian” kita. Hidup suci bukan berarti kita dapat menyucikan diri kita sendiri, melainkan Kristus yang menyucikan diri kita dan menyatakan kita tahir/suci. Maka yang kedua,adalah hidup beda dengan dunia. Dalam istilah yang lain Paulus mengatakan:” Jangan menjadi serupa dengan dunia”(Roma 12:1-2) Dengan kata lain kualitas hidup orang Kristen memiliki nilai plus dibandingkan dengan yang lain. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk Tuhan. Artinya, pekerjaan yang ditekuni sehari-hari merupakan sarana bagi dirinya untuk menunjukkan penyerahan dirinya secara total kepada Allah. Kesadaran ini akan memotifasi diri kita untuk bekerja, belajar, mencari nafkah dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, sehingga berkat Tuhan akan memungkinkan kualitas hasilnya juga baik.

2. Mengenakan Perlengkapan senjata Allah
Orang Kristen di dunia tidak hanya berhadapan dengan situasi kehidupan yang normal-normal saja. Tetapi sebagaimana digambarkan Paulus, akan berhadapan dengan kuasa-kuasa gelap yang melayang-layang di udara. Untuk itu orang Kristen perlu memiliki “pakaian” yang siap pakai untuk situasi seperti itu, agar dapat berdiri teguh dan kuat.
Ikat pinggang kebenaran. Orang Kristen akan bebas bergerak dan tidak ragu-ragu, karena kebenaran Kristus ada di dalam dirinya dan menjadi patokan dalam hidupnya
Bajuzirah keadilan. Baju zirah ini adalah sebagai penangkal serangan yang menimpa, seperti anak panah. Keadilan berarti hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesame manusia. Jika kita hidup sedemikian rupa menurut kebenaran Tuhan, itu akan menangkis tuduhan yang dilontarkan terhadap kita. Tutur kata saja tidak dapat menahan tuduhan yang dilontarkan atas diri kita, tetapi kehidupan yang sungguh baik akan mampu menangkis tuduhan itu.
Kasut kaki: kerelaan memberitakan Injil. Orang Kristen yang memakai kasut ini, senantiasa membawa kabar sukacita, menyebarkan kasih di tengah perselisihan, menyebarkan damai di tengah peperangan, membawa terang di tengah kegelapan, membawa penghiburan di tengah dukacita, membawa pembebasan di tengah penindasan dan perbudakan.
Perisai Iman akan memampukan kita menghadapi cobaan yang diibaratkan seperti anak panah. Iman kepada Kristus itulah perisai. Berjalan berdampingan dengan Kristus, kita akan diselamatkan dari setiap pencobaan
Ketopong Keselamatan. Keselamatan yang diberikan Kristus kepada kita akan meyakinkan kita terhadap pengampunan-Nya, sekaligus menguatkan kita untuk melawan dosa/mengalahkan hawa nafsu jahat
Pedang roh, Firman Allah. Firman Allah menjadi senjata kita untuk menahan serangan dosa dan bekal mengalahkan dunia.
Doa. Inilah menurut Paulus senjata yang terbesar. Hidup tanpa doa ibarat lampu tanpa minyak, maka doa merupakan “nafas iman”

Kesimpulan
Orang Kristen merupakan pengantin Kristus. Untuk itu hendaklah masing-masing mengevaluasi dirinya apakah pakaiannya sesuai dengan jati dirinya sebagai pengantin Kristus? Marilah kita memperhatikan bagaimana seharusnya kita hidup, sebab melalui sikap, tutur kata dan perbuatan kita, orang lain dapat membaca siapakah kita sebenarnya (bnd. 2 Kor.3:2-3) Berdandanlah dengan baik sesuai dengan kehendak sang Mempelai yaitu Kristus. Solideo Glori

(Penulis adalah Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2010)

Kamis, 16 Desember 2010

ARTIKEL: ORANG BATAK DAN RITUAL AKHIR TAHUN

1. Identitas Batak
R.W Liddle menyatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatera bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang Toba istri dari putra pendeta Batak menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Bukit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pusatak Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Karo, Pakpak, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola.
Sebagian besar orang Batak menganut agama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim) dan juga penganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

2. Orang Batak dan Ritualnya
Seiring dengan kepercayaan mereka masing-masing disaat memasuki pergantian akhir tahun mulai malam tiga puluh satu sampai tanggal, 01 setiap awal tahun, menurut pengamantan penulis ada banyak kita jumpai kolaborasi seremonial yang diprakarsai secara pribadi atau kelompok, baik sebagai suku batak atau suku yang lain, baik bangsa Indonesia atau bangsa lain, mereka melakukan acara dipergantian tahun. Tetapi saya lebih membatasi diri untuk membahas suku Batak dan Ritualnya diakhir Tahun, hal ini sesuai dengan permohonan saudari Uli Panjaitan melalui SMS yang disampaikan di awal bulan Nopember 2010.

Bagi orang Batak suasana akhir tahun memiliki arti tersendiri, pertama: moment penting untuk mensyukuri (manghamauliatehon) kepada Tuhan atas berkat karuniaNya yang menyertai mereka dari awal dan akhir Tahun yang sedang kita jalani. Kedua: Kesempatan bagi suku Batak mengevaluasi (mangarujiruji) selama perjalanan satu tahun. Ketiga: Kesempatan: bermaaf-maafan antara anak terhadap orangtua, antara suami istri, antara yang lebih tua kepada yang lebih muda, dll, keempat: Kesempatan bermohon (mangido) agar disertai Tuhan menapaki tahun baru. Semua ini dilakukan dalam bentuk acara khusus seperti lebih dulu diawali makan bersama (resepsi) atau ibadah akhir tahun, adanya suatu pertemuan. Namun tidak sedikit orang Batak menyempatkan waktunya reatreat ke suatu tempat untuk refreshing dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Semuanya itu sah-sah saja sepanjang dalam koridor yang baik janganlah konsumerisme, tetapi harus hemat-isme, lebih baik buka hatimu bersedekah bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan daripada hanya menghambur-hamburkan materi untuk dirimu sendiri.

3. Akhir Tahun Sebagai Perenungan Untuk Memasuki Awal Tahun Baru
Saudaraku! hanya dalam hitungan jam kita semua akan meninggalkan tahun 2010 dan memasuki tahun baru 2011, bagi HKBP adalah tahun Yobel dimana HKBP genap berjubelium 150 tahun. Setelah I.L Nomemmsen berhasil menginjili suku Batak. Semua orang (mungkin juga termasuk anda dan saya) sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk merayakan pergantian tahun ini dengan ibadah sesuai dengan iman percayanya, tetapi ada juga yang meniup terompet bersama keluarga di rumah masing-masing. Bahkan ada sebagian orang yang telah mempersiapkan liburan akhir tahun dari jauh-jauh hari sebelumnya, baik itu liburan di dalam negeri maupun yang mau melancong ke negeri orang. Semua tempat hiburan dan hotel-hotel berbintang sampai penginapan melati dipastikan akan kebanjiran pengunjung yang ingin merayakan pergantian tahun. Bagitu juga dengan pesta yang diadakan mulai dari pesta kembang api dan terompet yang berlimpah dengan jamuan serta hidangan yang serba mewah.
Memang tidak ada yang salah dengan berbagai macam tingkah polah orang dalam menyambut dan merayakan pergantian tahun selam itu tidak mengganggu dan merugikan orang lain. Tetapi ada baiknya kita merenung lagi, apakah memang harus dengan perayaan seperti yang selama ini kita lakukan untuk menyambut tahun baru ? Karena hakekatnya menyambut pergantian tahun adalah untuk introspeksi diri, melihat kembali apakah selama setahun ini kita telah melakukan sesuatu yang berarti baik itu untuk diri sendiri maupun untuk orang banyak. Apakah kehidupan kita sudah lebih baik dari tahun sebelumnya baik itu yang menyangkut kehidupan dunia maupun akhirat. Karena dalam tekad manusia yang memiliki visi, bahwa :
“hari ini lebih baik dari hari kemaren, itulah tanda orang yang beruntung”
“hari ini sama dengan hari kemaren, itulah tanda orang yang merugi”
“hari ini lebih jelek dari hari kemaren, itulah tanda orang yang celaka”
Termasuk dalam golongan yang manakah kita ?
Maka alangkah baiknya di akhir tahun ini mempersiapkan diri kita untuk menyambut tahun baru, kembali merenung dan mawas diri tentang apa yang telah kita lakukan dan perbuat selama setahun ini serta mempersiapkan segala sesuatunya untuk berbuat yang lebih baik di tahun depan. Jangan sampai kita termasuk kedalam golongan orang yang “celaka” tapi kita orang yanghidup dalam karunia Tuhan (Sola Gratia).
Sebelum mengakhiri tulisan ini, ijinkan penulis member kontribusi untuk rekan Remaja dan pemuda; banggalah sebagai orang batak, jangan gadaikan margamu karena berbagai kepentingan. Ingat akhir tahun adalah suatu kesempatan untuk mengkaji ulang, apakah sudah maksimal kamu berbuat yang seturut dengan kehendak Tuhan? Jangan tunda-tunda melakukan pekerjaanmu. Lakukanlah…! Lupakanlah dan berdamailah masa lalumu…diakhir tahun ini kembalikan semangatmu, singsingkan lenganmu untuk membangun dirimu, bangsa dan gereja kita. Penulis mohon maaf bila ada tutur kataku yang tidak berkenan.
Kutipan firman Tuhan untuk menggugah iman percaya kita: dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. (Epesus 4: 24), sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15: 5c). Selamat menyambut tahun baru. Shalom.

(Penulis adalah Pdt. Haposan Sianturi, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Desember 2010)

Sabtu, 04 Desember 2010

RENUNGAN: KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS BERMANFAAT DALAM PELAYANAN UNTUK "MEMBANGUN GEREJA"

Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh; Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.
(1 Kor. 12:4- 5)

Pengantar
Dampak perjumpaan Paulus dengan Kristus yang sudah bangkit, yang dialaminya dalam kesadaran yang mantap, adalah merupakan bukti yang melimpah, yang menurut Lukas mutlak sebagai mujizat. Dimana bagi manusia hal itu tidak mungkin terjadi, "seorang musuh dipakai Kristus menjadi rasul-Nya" (Kis. 9, 22, dan 26).
Paulus sendiri menyadari panggilan-Nya sehingga dia tidak kenal lelah sekalipun harus menembus medan yang sulit (bahaya di laut, berupa ombak besar dan ancaman binatang buas dan ular berbisa di daratan), semua itu dilaluinya dengan tabah agar Firman Allah disampaikan kemana Tuhan memimpinnya.
Sebagai seorang rasul sekaligus menjadi gembala atas jiwa-jiwa yang sudah diselamatkan oeh darah Kristus, Paulus selalu siap siaga untuk mewaspadai ancaman yang ingin menghancurkan kesatuan setiap orang percaya.
Bagi jemaat di Korintus kemungkinan untuk bisa goyah selalu ada, dimana masyarakat Korintus terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda. Jemaat itu sebahagian beranggotakan beberapa orang Yahudi, tapi yang menonjol ialah non-Yahudi dan mantan penyembah berhala, berlatar belakang jahat. Jemaat Kristen di Korintus menikmati keamanan yang lebih baik dibandingkan Paulus.
Secara sosial, jemaat mencakup wawasan yang luas. Namun masih ditemukan garis pemisah antara si kaya dan si miskin, sebagian besar bukanlah bangsawan atau berpendidikan tinggi, namun terdapat lagak pretensi sosial dan intelektual dalam jemaat (bd. E.A. Judge, The Social Pattern of Christian Groups in the First Century, 1960 him. 49-61).
Mereka senang mendengar pidato yang muluk-muluk sambil membanding-bandingkan kehebatan berbicara dari guru-guru palsu. Jemaat di Korintus sangat memanjakan pendengarannya dengan berita-berita yang memiliki keunggulan. Dengan dasar itu jemaat berusaha membanding-bandingkan guru-guru mereka atas dasar yang palsu, dan nama-nama yang bermacam-macam itu mereka pakai sebagai seruan perang (memecah belah kesatuan di tengah-tengah jemaat).
Alasan inilah yang dilihat oleh Paulus untuk segera mengirimkan surat kepada jemaat di Korintus. Jika masing-masing anggota jemaat menyadari keberadaan-Nya sebagai orang berdosa yang sudah dibasuh oleh darah Kristus maka dosa kekafiran harus ditanggalkan. Namun inilah yang sulit : sebagian dari kepercayaan mereka terhadap Kristus memang sungguh-sungguh, tapi mereka juga benar-benar percaya kepada roh-roh jahat. Paulus menegaskan, tidak ada pilihan lain bagi setiap orang Kristen selain percaya kepada Kristus yang membawa keselamatan dan menolak semua ajaran yang menyesatkan.
Semua orang yang memberitakan kebenaran firman Allah tidak untuk dibanding-bandingkan melainkan harus mampu menerima ajaran yang memperkaya pengalaman rohani bagi setiap warga jemaat, karunia Rohani yang menyertai pelayanan "para saudara" adalah pemberian illah.
Hanya satu Tuhan yang mengerjakan semua itu dan memberikan dengan cuma-cuma bagi setiap orang yang telah dipilih Allah secara khusus. Untuk itu saling menerimalah kamu sebagai teman sekerja Allah. Terimalah perbedaan saudara-Mu sebagai kekayaan kemurahan Allah, bukan untuk diperdebatkan atau sebagai seruan perang.

Penjelasan
1. Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu roh
Karunia adalah pemberian. Ada beberapa kata Yunani untuk pemberian terutama sekali pemberian Allah yang telah diberikan kepada manusia:
- Dorea (Cuma-cuma, hadiah) - pemberian Ilahi. Kadang-kadang berarti keselamatan (Rom 5 : 15,17)
- Dosis : setiap pemberian yang baik
- Dorema : setiap anugerah yang sempurna datangnya dari atas.
Dan satu lagi ialah kharisma, dapat digunakan mengenai 'karunia baik' Allah yaitu : hidup yang kekal (Rom. 6 : 23), penggunaannya yang khas ialah untuk karunia-karunia rohani, yaitu karunia-karunia yang diberikan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu.
Setiap orang percaya diperlengkapi dengan kasih karunia Allah untuk saling melengkapi sebagai pengurus yang baik (1 Petrus 4:10-11) ditengah-tengah persekutuan orang Kristen.
Setiap orang harus mempertanggung-jawabkan karunia yang dipercayakan Allah kepada-Nya demi keutuhan bersama dan demi kebaikan kita juga. Dengan demikian nama Allah dipermuliakan.
Sikap yang selama ini hanya sebagai pendengar dan penonton kemudian membuat perbandingan siapa yang lebih hebat tidaklah baik. Tetapi semua warga jemaat harus terlibat (ikut serta, ambil bagian) dalam tugas pelayanan.
Menurut Petrus, hidup orang Kristen, haruslah demikian :
- Jadilah tenang supaya kamu dapat berdoa (selalu ada waktu untuk berdoa).
- Berilah tumpangan seorang akan yang lain tanpa bersungut-sungut
- Masing-masing terlibat dalam pelayanan (memimpin doa, mengajarkan Firman Allah, melaksanakan sakramen, menaikkan puji-pujian dan ucapan syukur, dsb)
Paulus sangat menyadari kerugian yang akan dialami jemaat di Korintus jika mereka hanya bersoal-jawab diseputar kehebatan pemberita-pemberita injil dan kekaguman mereka terhadap tanda-tanda mujizat yang diadakan oleh orang-orang tertentu.
Mereka bisa terjebak dalam kegiatan yang dilancarkan oleh ahli filsafat dunia dan pidato yang muluk-muluk (1 Kor. 1 : 20).
Cara hidup yang demikian tidak membawa mereka kepada keselamatan melainkan akan semakin jauh dan kembali kedunia kekafiran. Penggunaan karunia-karunia Roh Kudus (seperti : menyembuhkan orang sakit, memberitakan firman Allah, melenyapkan kelemahan dan kemampuan berbahasa Roh, (yun . glossolalia) semua itu harus bertujuan untuk membangun jemaat bukan untuk memecah belah kesatuan yang sudah ada.
Adalah tugas setiap orang percaya untuk memohon petunjuk Allah, supaya ikut serta melayani sesuai dengan cara kuasa Allah. Karunia Allah yang bisa dialami seseorang tidak secara otomatis bisa dipelajari dan ditiru oleh orang lain. Kerinduan untuk bisa sama seperti idola kita adalah baik, jika kita mau belajar mencoba dan berlatih, tetapi jangan kecewa dan menjadi putus asa jika tidak bisa seperti impian kita. Sebab sudah menjadi kenyataan bahwa anak seorang pengkhotbah tidak selamanya bisa berkhotbah, anak seorang pemusik tidak selamanya bisa bermain musik. Kemungkinan untuk menjadi bisa selalu ada tetapi jangan tinggalkan gereja, jika bahasa doamu tidak sebaik teman atau orang disekitarmu. Berlatihlah dan minta petunjuk Tuhan mungkin kamu akan lebih cocok jika ambil bagian dalam memandu pujian atau singer (song leader), dan banyak contoh lainnya.
Anak-anak Tuhan harus terampil dalam memakai karunia Allah yang dipercayakan kepada perorangan, jangan hanya ikut-ikutan. Tetapi berlatihlan dan bagi waktumu baik-baik.
Jangan hanya membanding-bandingkan kehebatan gereja lain, pembicara dari sekte lain, sementara dirimu tidak pernah bisa belajar dengan sungguh-sungguh untuk mempergunakan karunia Allah yang sudah dipercayakan kepada-Mu. Adalah baik mengenal kemampuan diri kita sendiri untuk kita persembahkan kepada Allah dan kita pakai dalam pelayanan.

2. Dan ada rupa-rupa pelayan tetapi satu Tuhan
Ikut ambil bagian dalam "Karunia Pelayanan", praktis adalah tanggung jawab setiap orang Kristen. Sekalipun tidak melalui pendidikan di Sekolah Tinggi Theologia, kita selalu mempunyai kesempatan untuk belajar firman Tuhan dan memohon pertolongan Roh Kudus. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, a.l :
(1) Karunia kekuasaan.
a. Iman (yun . pistis)
Yang dimaksud bukan iman yang menyelamatkan melainkan tingkat iman, dengan mana dilaksanakan perbuatan khusus yang mengherankan (Mat. 19 : 17)
Saat mana murid-murid mempertanyakan Jesusp mengapa mereka tidak mampu mengusir setan. Jawab Jesus : "karena kamu kurang percaya".
Dalam kitab Ibrani 11 : 33 - 40 tertulis, bahwa sejak PL banyak orang muda yang mengalami pertolongan dan karunia Allah yang hebat (Gideon, Daniel, Daud, dan banyak lagi orang percaya lainnya): Mampu memimpin peperangan dan luput dari mata pedang sekalipun hanya memakai persenjataan yang sangat sederhana, selamat dari mulut singa-singa yang kelaparan, memadamkan api yang dahsyat, beroleh kekuatan dan bebas dari kecemasan di masa -masa sulit. Demikian juga ibu-ibu menerima kembali anaknya yang sudah mati.
Namun demikian jika saja "doa yang kita persembahkan " yang selama ini kita imani, tetapi belum terkabul, janganlah putus harapan, mungkin Allah mempunyai rencana yang jauh lebih indah sesuai dengan waktu dan cara Allah.
b. Karunia untuk menyembuhkan (yun.kharismata iamat6n), diberikan untuk melakukan tanda mujizat dan memulihkan kesehatan.
c. Mengerjakan mujizat (energemata dunameon) har.melakukan kekuasaan. Karunia ini memberikan kesanggupan untuk mempertunjukkan berbagai mujizat lain.

(2) Karunia seperasaan
a. Pelayanan (yun. Antilepseis) artinya: pertolongan yang diberikan kepada orang lemah oleh golongan kuat termasuk: melayani orang sakit dan yang berkekurangan.
b. Pemberi sedekah yang murah hati (yun. ho metadidous)
c. Seorang yang menunjukkan kemurahan (yun. Ho eleon)
d. Jabatan pelayanan (yun.diakonia), lih. I. Tim 3:1-13

(3) Karunia mengelola.
a. Kepemimpinan (yun.kuberneseis) yaitu: karunia kekuasaan untuk memimpin.
b. Siapa yang memberi pimpinan (yun.ho proistamenos) diterjemahkan:"ia yang membantu" suatu karunia seperasaan.
Karunia seperti merasul, bernubuat dan mengajar dipakai dalam pelayanan yang teratur. Karunia yang lain dinyatakan berseling- seling (waktu-waktu tertentu). Karunia-karunia kadang-kadang merupakan pelepasan atau peningkatan bakat yang wajar.
Adapun karunia-karunia rohani yang kita peroleh berasal dari Allah (mis: mengajar/kemampuan mendidik orang untuk memantapkan bakatnya dalam bidang masing-masing, mengasihi, bermurah hati, dan berbagai perbuatan baik lainnya) semua itu berasal dari Allah. Dengan demikian harus dipakai untuk memuliakan Allah, bukan untuk disombongkan atau meremehkan orang lain.

Penutup
Ada berbagai-bagai karunia yang diberikan Allah kepada setiap orang percaya. Karunia-karunia itu harus kita mantapkan dengan selalu memohon pertolongan Allah, supaya:
1. Membaharui sikap kita agar tidak jatuh dalam kesombongan di saat kita mengalami sukacita karena suatu keberhasilan.
2. Memohon pertolongan roh kudus, menerangi hati kita di kala kabut kegelapan menutupi pengenalan kita akan karunia yang sudah kita terima. Mungkin diakibatkan rasa cemburu atau iri hati dengan karunia yang dimiliki orang lain.
3. Bersyukurlah untuk setiap karunia rohani yang bisa kita persembahkan untuk membangun kebersamaan dalam gereja Tuhan. Baling membangun dan saling melengkapi itulah yang patut dalam persekutuan setiap orang percaya. Syaloom Tuhan Yesus memberkati.

(Penulis adalah Pdt. K.E. Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Maret 2006)